Thursday, 26 November 2015

PROSES PENELITIAN KUALITATIF



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang pada paradigma naturalistik atau fenomenologi. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena. Selain itu, penelitian kualitatif juga sebenarnya menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk menggambarkan suatu fenomena.
Penelitian kualitatif di jalankan dari fenomena-fenomena atau gejala yang berlaku di lapangan yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang bisa saja berubah-rubah. Oleh sebab itu, kerangka penelitian yang sistematis dan terperinci serta baku tidak mungkin disusun sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selagi proses penelitian dijalankan. Peneliti dan responden atau subyek penelitian saling berinteraksi secara simbolik. Dalam pelaksanaan penelitian peran peneliti  langsung berfungsi sebagai alat penelitian yang konsisten sepenuhnya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses penelitian kualitatif yang disajikan menurut tahap-tahapnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan pada tahap pra-lapangan?
2.      Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan pada tahap kegiatan di  lapangan?
3.      Bagaimana proses pada tahap analisis data?
4.      Apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan laporan?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap pra-lapangan.
2.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap kegiatan di lapangan.
3.      Untuk mengetahui proses pada tahap analisis data.
4.      Untuk mengetahui kegiatan pada tahap penulisan laporan.




BAB II
PEMBAHASAN

Proses penelitian kualitatif disajikan menurut tahap-tahapnya, yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.
A.    Tahap Sebelum ke Lapangan
1.      Penyusunan Rancangan Awal Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.
2.      Penentuan Lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada konteks. Juga dengan alasan-alasan pemilihan yang ditetapkan dan rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan, seperti dengan kualitas dan keadaan sekolah (Dinas Pendidikan). Selain didasarkan pada rekomendasi-rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan perbedaan dan kemampuan potensi yang dimilikinya.
3.      Pengurusan Izin Penelitian
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.
4.      Penjajakan Lapangan dan Sosialisasi Diri
Hal ini dilakukan dengan keadaan karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan merasa terganggu sehingga banyak data yang tidak dapat digali, tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu.
Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasakan serta menghayati bersama tatacara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian. Persoalan etika akan muncul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi dan mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi yang ada. Dalam menghadapi persoalan tersebut peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologis maupun mental.
5.      Informan yang dipilih
Selain untuk mengenal situasi dan kondisi lokais penelitian, kegiatan penjajakan dapat juga dimanfaat untuk memilih dan memanfaatkan informan. Penentuan partner kerja berfungsi sebagai “kedua mata” kita yang memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan. Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen dari orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan penelitian atau kepentingan karier.
6.      Penyusunan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Peneliti sebagai intrumen utama dalam penelitian kualitatif, meliputi ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dan lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu penelitian.
b.      Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek keadaan yang dapat mengumpulkan data yang beragam sekaligus.
c.       Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test atau angket yang dapat mengungkap keseluruhan secara utuh.
d.      Suatu interaksi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami oleh pengetahuan semata-mata.
e.       Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
f.       Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan dari data yang diperoleh.
g.      Dengan manusia sebagai instrumen respon yang aneh akan mendapat perhatian yang seksama. (Sanafiah Faisal:1990) 

B.     Tahap Kegiatan di Lapangan
1.      Memahami Lokasi Penelitian
Pada saat memasuki lapangan, peneliti kualitatif harus mampu melakukan adaptasi dengan lokasi penelitian. Sejalan dengan kenyataan ini peneliti harus memahami lapangan. Kegiatan memahami lapangan meliputi:
·         Memahami latar penelitian, latar terbuka, dimana secara terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar terttutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang.
·         Penampilan, menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.
·         Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, berindak netral dengan peranserta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan subjek.
·         Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan.
2.      Pengumpulan Data
Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan:
a.       Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi ujung tombak kegiatan observasi yang dilaksanakan, seperti pemanfaatan Tape Recorder dan Handy Camera.
b.      Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah untuk memperoleh makna yang rasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural. Dalam proses wawancara ini didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis dan Audio Visual, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kebernilaian dari data yang diperoleh.
c.       Studi Dokumentasi
Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.

C.    Tahap Analisis Data
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sakunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan.
1.      Analisis Model Miles dan Huberman
a.       Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumblahnya cukup bayak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, makain lama peneliti kelapangan, maka jumblah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.  Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
b.      Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c.       Conclusion Drawing/Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitin kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotetsis atau teori.
2.      Analisis Model Spradley
a.       Analisis Domain
Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian atau setting sosial. Domain-domain fenomena yang terjadi di lapangan dengan melakukan drand tour dan mini tour. Dalam analisis domain peneliti menetapkan domain-domain yang akan diteliti melalui fenomena-fenomena lapangan yang berhubungan dengan aktivitas (place, actor, activity) tempat, subjek, dan aktivitas di lapangan, selanjutnya melaksanakan observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif, maka selanjutnya adalah melakukan analisis domain.
b.      Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi merupakan langkah lanjut dari analisis domain, hasil analisis domain tersebut dijabarkan lebih rincidan lebih terfokus, sehingga nampak secara detail apa-apa yang berhubungan dengan domain-domain tersebut. Analisis taksonomi dilakukan dengan teknik observasi terfokus, wawancara mendalam, dan studi dokumen yang berhubungan dengan domain-domain yang diteliti.
c.       Analisis Komponensial
Analisis komponensial merupakan kelanjutan dari analisis taksonomi, yang mana domain yang telah dijadikan fokus melalui analisis taksonomi. Dalam analisis komponensial adalah mencari perbedaan atau yang kontras, data ini dicari dengan melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumen.
d.      Analisis Tema Budaya
Analisis tema budaya merupakan merupakan kelanjutan dari analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dari analisis ketiga ini, maka akan terdapat konstruksi bangunan yang utuh yang menjelaskan tentang situasi sosial penelitian (place, actor, activity) yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih terang dan jelas.
3.      Meningkatkan Keabsahan Hasil Penelitian
a.       Kesahihan Internal (Credibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas, diantaranya:
-          Teknik triangulasi: teknik pemeriksaan keabsahan data untuk mencek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap hubungan sejumlah data.
-          Pengamatan secara terus menerus
-          Perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan
-          Diskusi teman sejawat
-          Tersediannya refrensi
-          Member chek: pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
b.      Kesahihan Eksternal (Transferability)
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
c.       Dependenbility dan  Confirmability
Digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, dan pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.

D.    Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan, dapat dilakukan kegiatan penyusunan. Penyusunan laporan penelitian merupakan tahap akhir yang penting dalam penelitian, laporan penelitian merupakan pengkomunikasian hasil penelitian kepada pembaca. Adapun secara kompleks, dimulai dari awal proses penelitian sampai dengan penyajian hasil penelitian.
Proses menyusun laporan penelitian apabila peneliti telah mengumpulkan data, menyajikan data, memverifikasi data atau mengambil kesimpulan sehingga temuan tersebut dapat dikomunikasikan dan dipublikasikan bagi orang yang berkompeten dan respek dengan temuan tersebut.
Pencapaian derajat keilmiahannya sebuah penelitian, harus memenuhi sistematika yang sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Peneliti dapat menyesuaikan dengan format yang baku atau sesuai dengan masing-masing lembaga.

Demikianlah tahapan penelitian kualitatif yang harus ditempuh oleh seorang peneliti. Dalam beberapa tahapan tersebut terdapat sejumlah aktivitas yang harus dilakukan sekaligus sejumlah aturan tertentu yang harus dipatuhi. Pelaksanaan penelitian kualitatif yang taat norma diharapkan akan menghasilkan temuan penelitian yang tidak bias sehingga orang akan memadang bahwa penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melakukan penelitian pada bidang tertentu dengan tingkat keyakinan hasil sama tingginya dengan penelitian lainnya.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menurut Moleong (2008) terdapat empat tahap penelitian, yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.
Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap sebelum ke lapangan adalah: penyusunan rancangan awal penelitian, penentuan lokasi penelitian, pengurusan izin penelitian, penjajakan lapangan dan sosialisasi diri, informan yang dipilih, dan penyusunan instrumen ienelitian. Sedangkan hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap kegiatan di lapangan, yaitu: memahami lokasi penelitian dan pengumpulan data.
Pada tahap analisis data menurut model Miles dan Huberman: data reduction (reduksi data), display data (penyajian data), dan conclusion drawing/verification. Sedangkan analisis data menurut model Spradley: analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dam analisis tema budaya.
Tahap terahir proses penelitian kualitatif yaitu penulisan laporan. Dalam penulisan laporan dilakukan kegiatan penyusunan, proses menyusun laporan penelitian apabila peneliti telah mengumpulkan data, menyajikan data, memverifikasi data atau mengambil kesimpulan sehingga temuan tersebut dapat dikomunikasikan dan dipublikasikan kepada para pembaca.

B.     Saran
Kepada para pembaca yang ingin memahami lebih dalam lagi tentang proses penelitian kualitatif dapat membaca disumber buku lain yang lebih lengkap.




DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian pendidikan dan Sosial. Jakarta:Referensi.
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryana, Aep. (2007). Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif (pdf). Bandung: 
Universitas Pendidikan Indonesia.

Thursday, 5 November 2015

Pembelajaran Membaca di Kelas Tinggi

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pembelajaran membaca di kelas tinggi sekarang ini di sekolah dasar kurang mendapatkan perhatian lebih dari guru. Sebagian besar guru sekolah dasar di kelas tinggi masih melaksanakan pembelajaran  membaca dengan menerapkan pembelajaran konvensional dan kurang memberikan kesempatan yang lebih kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran membaca menjadi kurang menarik dan terkesan membosankan. Kondisi ini disebabkan karena guru salah menggunakan prosedur  pembelajaran, seperti ketidaktepatannya menggunakan metode pembelajaran dan guru kurang memahami mengenai prinsip-prinsip pembelajaran membaca.
Dampak yang ditimbulkan dari guru sekolah dasar khususnya di kelas tinggi kuarang memahami prinsip-prinsip pembelajaran  dan tidak menerapkannya metode pembelajaran membaca ialah kemampuan siswa dalam membaca tingkat pemahaman sangat rendah, sebagaian siswa kurang memahami isi dari bacaan yang dibacanya dan siswa ketika dalam membaca tidak memperdulikan perilaku membaca yang baik seperti pada tahap prabaca, membaca, dan pascabaca. Akibatnya siswa  tidak mengetahui tujuan dari apa yang dibacanya.
Melihat kondisi diatas, diperlukan sekali uapaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah dasar khususnya di kelas tinggi. Atas dasar itulah saya susun suatu makalah peningkatan dan pengembangan kemampuan membaca di kelas tinggi yang sangat bermanfaat sekali dalam meningkatkan proses pembelajaran bahasa dikelas tinggi dan di dalam makalah yang saya susun terdapat berbagai macam metode dan penilaian pembelajaran membaca dan ini sangat bermanfaat sekali bagi para pembeca khususunya calon guru sekolah dasar.
B.     Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud kegiatan membaca?
2.      Bagaimana pembelajaran membaca?
C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui kegiatan membaca.
2.      Untuk mengetahui pembelajaran membaca.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Membaca
1.      Pengertian Membaca
Menurut Tarigan (2013:7) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi dari suatu buku yang ditulis oleh penulis.
Menurut Finochiaro dan Bonomo (Tarigan:2013:9) membaca adalah suatu proses yang bersangkutan paut dengan bahasa.
Membaca adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa yaitu bahasa tulis yang ditulis oleh penulis yang kemudian dibaca oleh pembaca guna memperoleh informasi atau pesan dari tulisan yang ditulis oleh penulis
Menurut Lado (Tarigan:2013: 9) membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan dan pola-pola bahasa yang ada di tulis oleh penulis.
Jadi, membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasidari bahan bacaan serta memahami pola-pola bahasa yang ditulis oleh penulis.

2.      Tujuan Membaca
Berikut ini menurut Tarigan (2013:130) Tujuan membaca berdasarkan bahan yang digunakannya, antara lain:
a.         Membaca untuk mendapatkan pengetahuan (informasi), jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini adalah membaca dalam hati, bahan bacaan yang dapat digunakan antara lain: laporan (peristiwa, perjalanan, pertandingan), berita tentang penemuan hal baru, buku-buku perlajaran, majalah-majalah, ilmu pengetahuan, dan lain-lain
b.        Membaca untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan, jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini ialah membaca teknis/nyaring, dapat pula membaca dalam hati untuk jenis-jenis bacaan tertentu seperti prosa fiksi. Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti ini adalah: puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa fiksi biasa.
c.         Membaca untuk mengisi waktu luang. Jenis membaca yang dipergunakan tidaklah terikat pada jenis tertentu, demikian pula bahan bacaannya. Yang terpenting perlu ditanamkan pada murid adalah bagaimana dapat mengisi waktu untuk hal-hal bermanfaat dan tidak membosankan. Bacaan tentang kepahlawanan, keberanian, kecekatan, dan lain-lain.

3.      Jenis-jenis membaca
Menurut Tarigan (2014: 23-25) ditinjau dari segi terdengar atau tidak suara pembaca waktu membaca, proses membaca dapat dibagi atas:
a.      Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (read ing out loud, oral reading, reading aloud).
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dengan cara bersuara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui cara membaca yang benar, baik itu dari pengucapan kata, kalimat dan untuk mengetahui penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.
b.      Membaca dalam hati
Pada membaca dalam hati, hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini, yang aktif adalah mata pandangan, penglihatan dan ingatan, dan juga turut aktif auditory memory(ingatan pendengaran) dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot kita. (Moulton, Tarigan:2014:23).
Menurut Tarigan (2014: 24) Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas:
1)      Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Membaca ekstensif ini meliputi:
a)      Membaca survei
Sebelum mulai membaca, biasanyameneliti terlebih dahulu apa yang akan ditelaah. Mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan:
 (1) Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku .
 (2) Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan.
(3) Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
b)      Membaca Sekilas
. Membaca sekilas atau adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat.
c)      Membaca Dangkal
Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
2)      Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai.. Menurut Tarigan (2014:25) yang termasuk dalam membaca intensif adalah:
a)      Membaca Telaah Isi
(1) Membaca Teliti
Membaca teliti adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh pembaca untuk meneliti bahan bacaan yang dianggap penting dan disukai oleh si pembaca.
(2) Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan. Membaca pemahaman terdiri dari beberapa macam, yaitu
b)      Membaca Telaah Bahasa
(1) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary).
(2) Membaca Sastra (Literary Reading)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.
B.     Pembelajaran Membaca
1.      Pengertian Pembelajaran Membaca
Menurut (Nurhaya:2014) Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangakaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca dibawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru.
Jadi, pembelajaran membaca adalah proses yang dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran membaca untuk mengetahui dan memahami isi bacaan serta mengetahui keterampilan membaca  dibawah arahan dan bimbingan seorang guru.

2.      Prinsip Pembelajaran Membaca
Menurut (Abidin:2014:155-156) Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Pemebelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak dan dilakukan secara bertahap.
b.      Kemampuan baca anak tidak dapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan.
c.       Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas
d.      Pengajaran membaca harus senantiasa ditujukan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks.
e.       Pembelajaran membaca harus dilakukan dalam atmosfer kelas yang kondusif.
f.       Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya pemebalajaran harus diusahakan membekali siswa  berbagai strategi membaca yang dapat digunakan  dalam menghadapi  berbagai jenis bacaan.
g.      Pahamilah bahwa pada dasarnya hanya dua jenis kemampuan membaca yang harus secara mendalam diajarkan.

3.      Arah dan orientasi
Menurut Abidin (2014:150) Pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Tiga tujuan utama pembelajaran membaca di sekolah adalah:
a.       Memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca
b.      Mampu membaca balam hati dalam kecepatan bacaan yang flexible
c.       Serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan
Menurut Ahuja dan Ahuja(Abidin:2014:150) secara umum, ada dua strategi umum yang dapat kita lakukan agar siswa mampu menjadi pembaca yang flexible. Kedua strategi yang harus dilatihkan guru kepada siswa ialah sebagai berikut:
1)      Kurangi kecepatan membaca jika:
a)      Menentukan istlah yang belum kita ketahui maknanya
b)      Struktur kalimat dan paragraph yang sulit
c)      Konsep yang sulit
d)     Detail teknis materi
e)      Petunjuk yang sulit dan mendetail
f)       Materi yang ingin kuasai secara mendetail
g)      Mareti dalam bentuk diagram yang menuntut perbandingan antara teks dan diagram
h)      Materi yang menuntut kecermatan visualisasi
i)        Tulisan yang artistik yang mengandung unsur khayalan
j)        Materi yang menuntut kehati-hatian
2)      Tingkatkan kecepatan membaca jika:
a)      Materi yang sederhana dengan sedikit informasi baru yang kita butuhkan
b)      Contoh dan ilustrasi yang tidak kita butuhkan untuk menambah pemahaman
c)      Penjelasan detail dan elaborasi yang tidak kita perlukan
d)     Ide-ide yang telah dinyatakan pada bagian sebelumnya
e)      Materi yang tidak mengandung ide dan fakta penting yang kita butuhkan.

4.      Kondisi Terkini
Problem utama pembelajaran membaca di sekolah saat ini adalah bahwa pembelajaran membaca masih dilaksanakan secara asal-asalan. Kebiasaan buruk terlihat dari kenyataan bahwa pembelajaran membaca jarang sekali dilaksanakan untuk mendorong siswa agar memiliki kecepatan dan gaya membaca yang tepat melainkan hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan. Dampaknya adalah bahwa siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang rendah bahkan diikuti pula oleh tingkat pemahaman yang rendah pula. Hasilnya, berbagai penelitian menunjukan bahwa kemampuan efektif membaca siswa dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi sangatlah rendah.
Kegagalan pembelajaran membaca disebabkan oleh pokok bahasan membaca yang disajikan di sekolah tidak pernah disertai dengan strategi membaca yang dapat digunakan untuk mendekati wacana tersebut. Tidak diterapkannya starategi baca yang tepat ini menyebabkan rata-rata siswa hanya mampu membaca secara monoton, menerapkan gaya membaca yang sama untuk setiap bacaan.
Kegagalan pembelajaran membaca sebenarnya bermula pada ketidakjelasan peran guru dalam proses pembelajaran membaca. Selama ini guru hanya banyak menugaskan siswa membaca dan tidak pernah membantu siswa membaca, kegagalan proses pembelajaran membaca dapat pula disebabkan oleh bantuan guru yang keliru selama proses pembelajaran membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:
a.       Membaca nyaringkan wacana yang seharusnya dibaca dalam hati. Hal ini menyebabkan siswa cenderung hanya menyamakan antara wacana tulis denagn ucapan yang dihasilkan.
b.      Memulai pembelajaran dengan menyajikan ringkasan isi bacaan yang seharusnya dicari siswa selama proses pembelajaran membaca.
c.       Mendorong siswa membaca secara pasif dan monoton
d.      Banyak menerjemahkan kata-kata sulit yang seharusnya dicari siswa melalui serangkaian kegiatan aktif semisal membaca kamus.
Selain ketidakjelasan peran guru dan siswa selama proses pembelajaran, masih ada beberapa alasan mengapa siswa gagal dalam membaca. Beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Pandangan negatif guru. Seorang guru yang tidak memiliki keyakinan bahwa siswa mampu akan berpengaruh negatif terhadap performa siswa.
2)      Teks yang digunakan dalam pembelajaran terlalu mudah dan terlalu sukar
3)      Penerapan prosedur dan startegi baca yang salah selama pembelajaran.
4)      Penekanan pada tes membaca dibanding pada pembelajaran membaca sering dilakukan guru.
Ada bebrapa hal yang harus dilakukan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran membaca dengan baik. Beberpa hal tersebut adalah:
a)      Memahami perannya dalam pembelajaran membaca
b)      Memahami benar prinsip pembelajaran membaca
c)      Menguasai prosedur pembelajaran membaca
d)     Menguasai strategi membaca
e)      Mempraktikan prosedur dan starategi membaca dalam pembelajaran
f)       Menguasai konsep penilaian pembelajaran membaca
g)      Mengukur secara periodik kemampuan membaca siswa

5.      Prosedur Pembelajaran Membaca
Menurut (Abidin:2013:159) proses pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri atas tiga tahapan yaitu : tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Ketiga tahapan tersebut ( Abidin:2013, 159-161) dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Tahapan Atau Kegiatan Prabaca
Tahapan atau kegiatan prabaca adalah : Kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegitan membaca. Dalam kegitan prabaca ini guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan mata yang berhubungan dengan teks bacaan. Skema itu sendiri adalah : Latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang informasi atau konsep tentang sesuatu. Skema menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat – tempat, tindakan atau peristiwa.Dalam hal ini siswa harus memiliki konsep – konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis.
Variasi kegiatan prabaca dikemukakan oleh Hadley. Hadley (Abidin:2013:159)menyatakan bahwa pada tahapan prabaca terdapat 3 kegiatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut :
1)      Curah pendapat untuk membangkitkan ide yang memiliki kemungkinan besar ada dalam teks. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan apersepsi pembelajaran tentang hal– hal yang memiliki kaitan dengan wacana yang akan dibawa siswa.
2)      Melihat judul tulisan, headline bacaan, grafik, gambar, atau unsure visual lain yang ada dalam bacaan.
3)      Merumuskan prediksi isi bacaan. Pada tahap ini siswa mencoba membuat hipotesis atas isi wacana. Prediksi ini akn menumbuhkan akan menumbuhkan rasa kepenasaran siswa terhadap bacaan ( memotivasi bacaan) karena pada akhirmya kegiatan baca siswa diharuskan membandingkan prediksi yang dibuat dengan isi wacana yang sebenarnya.
Cox (Abidin:2013:159)secara lebih terperinci mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan pada kegiatan prabaca yang berfungsi sebagai penggugah perilaku siswa dalam penyelesaian masalah dan motivasi penelaahan materi bacaan digambarkan.
Gambaran kegiatan prabaca yang dikemukakan Cox tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Menjelaskan gambaran awal bacaan
Gambaran awal bacaan (cerita), berisi informasi yang berkaitan denngan isi cerita yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman.
b)      Petunjuk untuk melakukan antisipasi
Petunjuk antisipasi merupakan sarana kegiatan awal membaca yang bermanfaat.
c)      Pemetaan semantik (peta konsep)
Pemetaan semantik ini merupakan strategi prabaca yang kegiatannya memperkenalkan kosakata yang akan ditemukan dalam bacaan dan dapat menggugah skema yang berkaitan dengan topic bacaan.
d)     Menulis sebelum membaca
Siswa diminta menuliskan pengalaman pribadi yang relevan dengan isi bacaan, sebelum mereka membaca matteri.
e)      Drama atau simulasi ( drama kreatif)
Drama kreatif dapat digunakan sebelum cerita dibacakan yaitu untuk membangun pemahaman siswa.
Mengingat betapa pentingnya kegiatan prabaca dilakukan, guru seyogianya dapat melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca dengan selalu mengawali pembelajarannya dengan melaksanakan kegiatann prabaca. Pembelajaran membaca tanpa kegiatan prabaca merupakan pembelajaran membaca yang tidak berarah dan tidak bertujuan serta tidak akan mampu menggali potensi siswa yang sesungguhnya dan pada akhirnya hal itu akan berdampak pada rendahnya kemampuan membaca siswa.
b.      Kegiatan Membaca
Setelah kegiatan prabaca, maka selanjutnya dilaksanakan kegiatan inti pembelajaran membaca.Tahapan ini sering disebut tahapan membaca.Pada tahap ini banyak sekali variasi yang dapat dilakukan guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau siswa. Penentuan kegiatan pada tahap ini akan sangat bergantung pada metode pembelajaran membaca apa yang dipilih. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, antara lain :
1)      Menemukan inti gagasan
2)      Mengidentifikasi kata kunci
3)      Mengutip bacaan
4)      Menjaring data
5)      Mengisi format isi bacaan
6)      Merespons bacaan
7)      Membuat peta konsep bacaan
8)      Shairing ide dan diskusi
9)      Menguji prediksi
10)  Menjaring kata sulit
11)  Menguji fakta, opini, dan lain – lain
c.       Kegiatan Pascabaca
Kegiatan pascabaca merupakan tahapan pembelajaran membaca yang bertujuan untuk menguji kemampuan membaca sekaligus memantapkan kemampuan membaca para siswa.Burns(Abidin:2013:160)mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya kedalam schemata sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. seperti halnya pada kegiatan membaca yang lain, pada kegiatan ini juga memerlukan strategi. strategi yang digunakan pada tahap pascabaca adalah :
1)      Belajar mengembangkan bahan bacaan
2)      Memberikan pertanyaan
3)      Menceritakan kembali
4)      dan Presentasi visual
Selain beberapa aktivitas diatas, aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa pada tahap pascabaca adalah sebagai berikut :
(1) Menulis rangkuman
(2) Membuat komik atau cerita bergambar sederhana
(3) Menceritakan kembali
(4) Menjawab pertanyaan
(5) Membuat peta cerita atau peta perjalanan tokoh
(6) Membuat alat (wacana peragaan)
(7) Memerankan
(8) Memperluas cerita
(9) Melengkapi cerita
                    (10) Mengubah jenis genre
6.      Pendekatan pemebelajaran Membaca
Menurut Iskandawassid (2011:40) pendekatan adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
a.       Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
b.      Pendekatan integratif
Pembelajaran yang menyajikan atau dilakukan secara terpadu yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
c.       Pendekatan cara belajar siswa aktif
         Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran membaca.
d.      Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah. dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Ada delapan komponen whole language:
1)      Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya.
2)      Jurnal Writing
Jurnal Writing adalah kegiatan menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.
3)      Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa..
4)      Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.
5)      Guided Reading
Guided readingdisebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing menekankan pada membaca pemahaman.
6)      Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.
7)      Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
8)      Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
d.      Pendekatan belajar kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.  Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.
e.       Pendekatan tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f.       Pendekatan struktural
Pendekatan yang menekankan pada pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
g.      Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL). Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.
7.      Strategi Pembelajaran Membaca
Menurut Nuriklas (2012) ada beberapa strrategi dalam pembelajaran menyimak yaitu sebagai berikut.
a.       Strategi Kegiatan Membaca Langsung/ KML atau DRA Direct Reading Activities)
Penggunaan strategi KML adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca secara komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Adapun tahapan pengajarannya, adalah sebagai berikut.
1)      Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam membaca.
2)      Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan tanya jawab tentang isi bacaan.
3)      Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.
b.      Strategi SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review)
Tujuan penggunaan strategi ini, untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehansif. Tahapan kegiatannya, adalah
1)      Tahap Persiapan : Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (questions).
2)      Proses membaca. Setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan kegiatan membaca (read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).
3)      Pascamembaca : Siswa melakukan review, misalnya membahas kesesuaian pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif bisa dikembangkan oleh guru.
c.       Strategi Membaca-Tanya Jawab /MTJ atau Request (Reading-Question)
Strategi ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan membaca komprehensif, memahami alasan pengambilan kesimpulan isi bacaan, dan peramalan lanjut berkenaan dengan isi bacaan. Tahapan kegiatannya, adalah
1)      Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah
2)      Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan fakta, mendapat ide pokok,penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak relevan dengan fakta, dansebagainya. Untuk memecahkan masalah tersebut, guru dan siswa melakukan kegiatan membaca paragraf pertama bacaan
3)      Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa meramalkan kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu paragraf atau lebih bergantung pada kemungkinan waktu yang tersedia.
4)      Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban pertanyaan.
d.      Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung/MBL atau DRTA (Direct Reading Thinking Activities)
Tujuan penggunaan strategi ini, adalah untuk melatih siswa untuk berkonsentrasi dan “berpikir keras” guna memahami isi bacaan secara serius. Adapun langkah-langkah kegiatannya, adalah.
1)      Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya “Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa Kalian membuat pemikiran demikian?”
2)      Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan semula.
3)      Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, “Apa kira-kira isi paragraf berikutnya?” “Mengapa Kalian memperkirakan demikian?”
4)      Langkah seperti tersebut di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau kagiatan yang lain.
e.       Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban /PPJ atau QAR (Questions-Answer Relationship)
Strategi ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan berbagai bidang.
Berdasarkan gambaran pilihan jenis pertanyaan seperti di atas, tahap kegiatan yang dilakukan, adalah
a)      Guru mengemukakan tujuan pengajarannya, problem yang mesti dipecahkan siswa, dan cara yang perlu dilakukan siswa untuk memecahkan masalah. Masalah yang dipecahkan siswa adalah memahami dan menjawab pertanyaan dalam berbagai jenis dan tingkatannya.
b)      Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Setelah kegiatan membaca selesai, dilakukan kegiatan tanya jawab dan pembahasan.
c)      Pertanyaan yang penemuan jawabannya memerlukan berbagai sumber dan berbagai kegiatan lain, misalnya pengamatan dan wawancara diberikan dalam bentuk tugas untuk dilaporkan pada pertemuan berikutnya. Pengerjaan tugas seyogyanya dikerjakan secara kelompok.
f.       Strategi Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan/ PPIB atau GMA (Group Mapping Activities)
Strategi ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun dan memahami bagan, mengelompokkan, memetakan isi bacaan, misalnya bacaan cerita dan memetakan isi bacaan secara umum.Adapun tahapan pembelajarannya, adalah.
1)      Persiapan : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, misalnya siswa diminta membuat diagram plot cerita.
2)      Proses Membaca : Siswa membaca dalam hati tanpa diinterupsi oleh guru dalam waktu yang ditentukan.
3)      Selanjutnya siswa diminta mengemukakan pemahaman isi bacaan, misalnya plot dalam bentuk bagan. Berdasarkan bagan yang disusun, siswa diminta mengemukakan satuan kelompok isinya secara lisan. Siswa lain diminta menanggapi.
8.      Metode Pembelajaran Membaca
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu kerjaan. (Iskandarwassid:2011:56).
Ada beberapa metode dalam pembelajaran membca menurut Abidin Yunus (2014:164-179),  yaitu sebagai berikut.
a.       Metode Turnamen Membaca
Metode turnamen membaca merupakan merupakan metode yang menekankan usaha siswa memahami wacana dengan jalan bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial.
Tahap-tahap metode Turnamen membaca adalah sebagai berikut:
1)      Prabaca
a)      Tahap Persiapan
(1) Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja Siswa (LKS) dan perlengkapan turnamen.
(2)   Guru membagi kelompok berdasarkan skor awal (nilai rata-rata harian). Dalam satu kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan heterogen.
b)      Tahap penyajian Materi
(1) Guru memberikan gambaran umum tentang isi bacaan yang sesuai dengan perkembangan siswa.Penyajian umum ini bukan menyajikan ringkasan melainkan hanya menyajikan arah wacana yang akan dibahas.
2)      Tahap Membaca
a)      Tahap Kegiatan Kelompok
Siswa berkelompok membaca materi dan mengerjakan soal-soal turnamen yang diberikan guru. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok.
b)      Tahap Turnamen akademik
(1) Guru mengelompokan siswa yang memiliki kemampuan sama dalam meja turnamen
(2) Guru menyampaikan aturan permnainannya.
(3) Siswa melaksanakan turnamen dipandu oleg guru
c)      Tahap perhitungan skor
(1) Guru menghitung skor berdasarkan jawaban benar yang dibuat masing-masing siswa.
d)     Tahap Penghargaan Kelompok
(1) Guru memberikan Penghargaan kepada kelompok    berdasarkan rata-rata skor kelompok.
3)      Tahap Pascabicara
(1) Guru mengulas mengenai materi dan soal-soal turnamen yang telah dipelajari.
(2)  Guru menguji pemahaman siswa  secara menyeluruh dengan jalan menugaskan siswa menceritakan isi bacaan dengan bahasanya sendiri.
b.      Metode Jigsaw Membaca
Pembelajaran membaca jigsaw membaca adalah salah satu tipe pembelajaran membaca yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kegiatan belajar jigsaw membaca mengambungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Metode jigsaw memiliki beberapa tahap sebagai berikut:
a)      Tahap Prabaca
(1) Guru mengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
(2)  Guru membagi tugas baca yang harus dilakukan siswa pada setiap kelompok, baik ahli maupun kelompok asal
b)      Tahap Membaca
 (1) Tahap Kerja kelompok ahli
Siswa dikelempokan menjadi beberapa kelompok. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing yang mempelajari suatu materi yang sama bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain dalam kelompok ahli.
(2) Tahap Kerja Kelompok Asal
Perwakilan kelompok kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan kepada teman satu kelompoknya mengenai materi yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga semua anggota kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan oleh guru.
c)      Tahap Pascabaca
(1) Tahap Evaluasi
 (a) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa diberi tujuan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam memahami suatu materi dengan metode belajar koperatif  tipe jigsaw.
(b)Guru melakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok serta menentukan tingkat penghargaan pada kelompok.
c.       Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Pembelajaran membaca dengan metode  CIRC terdiri atas tiga unsur penting yakni kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa menulis terpadu.
Metode CIRC pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan sekaligus membina kemampuan menulis reproduksi atas bahan bacaan yang dibacanya.
Slavin (dalam Abidin:2014, 168) mengemukakan unsur utama CIRC sebagai berikut.
1)      Kelompok pembaca
Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok pembaca yang terdiri atas dua sampai tiga orang berdasarkan  tingkat kemampuan membaca siswa yang heterogen.
2)      Kelompok Membaca
Siswa ditempatkan berpasangan di dalam kelompok baca mereka. Selanjutnya pasangan ini dibagi kedalam kelompok yang terdiri atas pasang-pasangan dari dua kelompok membaca yang berbeda.
3)      Aktivitas menceritakan kembali
Siswa menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.
Pembelajaran membaca denagan mengunakan metode CIRC dapat dikemukakan sebagai berikut.
a)      Tahap Prabaca
 (1)  Guru memperkenalkan cerita yang akan dibaca oleh anak.
 (2) Setelah cerita diperkenalkan, siswa diberikan paket cerita yang terdiri atas buku cerita dan serangkaian kegiatan yang harus siswa lakukan dalam kelompoknya.
b)      Tahap Membaca
(1) Membaca berpasangan
Pada tahap ini siswa membaca cerita dalam hati dan kemudian secara bergantian membaca keras cerita tersebut bersama pasangannya. Ketika rekannya membaca, pendengar mengikuti dan membetulkan setiap kesalahan yang dibuat si pembaca. Guru memberikan penilaian dengan cara berkeliling.
(2) Menuliskan Struktur Cerita
Pada tahap ini siswa menerima pertanyaan dari guru seputar masalah cerita misalnya, karakter, alur, latar, konflik dan pemecahan masalah yang terkandung dalam cerita.
(3) Membaca Nyaring
Para siswa diminta untuk menemukan kata-kata sulit yang terdapat dalam cerita dan membacakannya secara nyaring tanpa canggung dan ragu-ragu.
(4) Makna Kata
Berbagai kata sulit yang mereka temukan dalam cerita selanjutnya ditentukan maknanya.
c)      Pascabaca
(1) Menceritakan kembali cerita
Setelah seluruh cerita dibaca dan dibahas dalam kelompok, siswa diminta membuat sinopsis cerita.
(2) Pemeriksaan oleh pasangan
Sinopsis yang dibuat siswa selanjutnya ditukarkan kepada temannya sehingga satu sama lain dapat mengecek ketepatan sinopsis yang dibuat temannya. Pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas tersebut.
(3) Tes
Pada tahap ini siswa diberi tes tentang pemahaman isi cerita, menuliskan kalimat dari daftar kosakata sulit, dan membaca daftar tersebut secara nyaring di depan guru.
d.      Metode scoffoled Reading
Scoffoled Reading pada dasarnya merupakan metode pembelajaran membaca yang menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan membaca siswa melalui penyusunan aktivitas membaca secara bertahap.
Berikut diuraiakan tahapan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode scoffoled Reading
1)      Tahap Prabaca
a)      Pemilihan Teks
Guru memilih teks yang akan dipergunakan sebagai bahan ajar membaca. Dan teks tersebut harus memiliki karakteristik
(1) mengandung bahasa yang kaya dan kompleks.
(2) sulit tetapi tidak terlalu sulit.
(3) menarik perhatian siswa.
(4) sesuai dengan usia dan kemampuan membaca siswa.
b)      Orientasi Teks
Guru memberikan penjelasan umum tentang isi teks, misalnya pengarangnya, dan alasan mengapa teks tersebut dipilih.
2)      Tahap Membaca
a)      Membaca Teks
Siswa mulai membaca teks dengan menggunakan berbagai kecepatan membaca.
b)      Orientasi Bahasa
Pada tahap ini siswa membahas tentang bahasa yang digunakan pengarang. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa antara lain:
(1)  Menggambarkan pilihan bahasa.
(2)  Menemukan kata kunci.
(3)  Memaknai kata kunci.
(4) Menugaskan siswa untuk menemukan beberapa cerita yang penting.
(5)  Analisis kata kunci.
(6) Mengulang membaca beberpa bagian cerita yang penting secara nyaring.
c)      Membangun Pemahaman
Siswa ditugaskan untuk menggunakan startegi  misalnya membaca ulang teks, menggarisbawahi teks, mengabaikan kata sulit, mamaknai kalimat, dan mengoreksi kesalahan sendiri.
3)      Tahap Pascabaca
a)      Pada tahap ini guru menguji tingkat pemahaman siswaterhadap isi bacaan.
e.       Metode Grup Investigasi
Metode grup investigasi sangat tepat digunakan dalam kegiatan membaca ekstensif. Dalam hal ini siswa melakukan investigasi terhadap berbagai macam wacana guna menemukan hubungan antara wacana tersebut. Tujuan akhirnya adalah siswa mampu membuat laporan membaca yang bersumber dari berbagai sumber bacaan sebagai wujud pemahamansiswa terhadap bahan bacaan yang dibaca.
Dalam grup investigasi siswa bekerja melalaui enam tahapan. Keenam tahapan grup investigasi dalam pembelajaran membaca dimodifikasi dari Slavin dan Sharan (dalam Abidin:2014, 172-173) sebagai berikut.
1)      Tahap Prabaca
a)      Pemilihan Topik
Siswa memilih subtopik tertentu yang akan diinvestigasinya. Bidang permasalahan umum biasanya ditentukan oleh guru. Dalam hal ini guru menyediakan berbagai macam bacaan yang bertema sama.
b)      Merencanakan Tugas
Siswa dan guru merencanakan prosedur, tugas dan tujuan belajar tertentu sesuai subtopik yang telah dipilih kelompok, seperti menemukan kata kunci dari beberapa ragam bacaan yang disediakan guru, membuat inti sari bacaan tersebut, dan membuat tanggapan atas wacana tersebut.
2)      Tahap Membaca
a)      Melaksanakan Investigasi
Siswa melaksanakan investigasi untuk mengumpulkan berbagai informasi melalui kegiatan membaca.
b)      Analisis dan sistesis dan meyiapkan laporan akhir.
Siswa menaganalisis dan mengevaluasi berbagai informasi pada tahap sebelumnya dan merancang dan menyusun tentang bagaimana informasi tersebut dapat disajikan secara menarik kepada teman-temannya. Pada tahap ini siswa diharuskan mampu menentukan pesan-pesan esensial dari proyek membaca.
c)      Mempersentasikan Laporan Akhir
Siswa mempersentasikan hasil investigasinya. Persentasinya harus mampu mengaktifkan pendengaranya. Para penyimak harus mengkritik dan memberi masukan kepada kelompok persentasi.
3)      Tahap Pascabaca
a)      Evaluasi
(1) Siswa memberikan umpan balik terhadap tugas yang telah dikerjakan terutama mengenai keefektifan pengalaman belajar yang telah dialaminya.
(2)  Guru mengevaluasi pemebelajaran siswa.
f.       Metode Skemata Kritis
. Metode membaca ini sangat cocok untuk mengajarkan kemampuan membaca kritis. Tahapan membaca kritis ini dapat diuaraikan sebagai berikut :
1)      Tahap Prabaca
a)      Apresiasi
Guru memperkenalkan tema wacana yang akan siswa pelajari selama pembelajaran. Bahan bacaan yang digunakanberupa  argumentatif atau berbasis masalah.
b)      Curah Pendapat
Pada tahap ini siswa menuliskan atau menyampaikan gagasannya, kemudian siswa ditugaskan untuk membaca wacana yang telah disediakan.
2)      Tahap Membaca
a)      Membaca Wacana
Siswa ditugaskan untuk mencatat semua ide penting yang berhubungan dengan usaha pemacahan masalah terkait dengan tema yang dibacakan guru.
b)      Membuat Peta konsep
Setelah membaca, siswa harus mampu menyusun ide pokok dalam peta konsep secara terstruktur.
c)      Diskusi Fakta- Opini- Solusi
Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu membedakan fakta dan opini dan  menanggapi fakta dan opini tersebut bedasarkan cara pandang mereka sendiri.
3)      Tahap Pascabaca
a)      Menulis Kritis
Pada tahap ini siswa mengembangkan sebuah tulisan yang sifatnya mengkritisi bahan bacaan yang telah dibacanya
9.      Evaluasi Pembelajaran Membaca
Berukut ini beberapa tes pemebelajaran membaca menurut Nurgiyantoro (2005:252-266)
a.       Tes Kemempuan Membaca Tingkat Ingatan
Tes kemampuan membaca membaca pada tingkat ingatan yaitu menghendaki siswa untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat dalam wacana yang diujikan.
Contoh Tes ingatan dalam bentuk pilihan ganda
.  Dibawah ini yang termasuk kepada sumber daya alam hayati adalah .
(a) Tanah
(b) Air
(c) Tumbuhan
(d) kertas
b.      Tes Kemampuan membaca Tingkat Pemahaman
Tes Kemampuan membaca pada tingkat pemahaman, yaitummenuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, sebab-akibat, perbedaan dan sebagainya.
Contoh tes membaca tingkat pemahaman dengan bahan wacana  prosa pendek atau pernyataan singkat misalnya sebagai berikut:
“Kita tidak usah khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering begitu menjanjikan kesenangan tetapi bertentangan adat ketimuran akan merusak kehidupan para pemuda dan sebaliknya apabila pemuda telah memiliki benteng mental dan kepribadian yang tangguh.”
(a) Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja terpengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
c.       Tes Kemampuan Membaca Tingkat Penerapan
Tes tingkat penerapan mengehendaki siswa mampu menerpakan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang ada kaitannya.
Butir tes dalam bentuk pilihan ganda sebagai berikut:
(1) Kata-kata Ton yang membuktikan bahwa ia memandang tingginya prestasi lebih merupakan beban dari pada kebanggaan ialah:
       (a) Apa gunanya NEM tinggi Tin, jika kita tak mampu mengatasi  masalah sendiri.
d.      Tes kemampuan Membaca Tingkat Analisis
Tes kemampuan membaca tingkat analisis menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi dan sebagainya.
Butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis misalnya sebagai berikut.
1)      Apakah pikiran pokok alinea pertama dan kedua wacana di atas?
e.       Tes Kemampuan Membaca Tingkat Sintesis
Tes kemampuan membaca tingkat sintesis menuntut siswa untuk mampu menghubungkan  dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konse, masalah, atau pendapat  yang terdapat dalam wacana. Pada tes ini berupa kegiatan yang menghasilkan kominikasi yang baru, meramalkan, dan menyelesaikan masalah.
Butir-butir tes yang diujikan kepada siswa misalnya sebagai berikut.
1)      Bagaimanakah caranya kita mengatasi fenomena tumpukan sampah yang ada di sekitar kita?
f.       Tes Kemempuan Membaca Tingkat Evaluasi
Tes kemempuan membaca tingkat evaluasi menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibaca.
Butir-butir tes yang diujikan misalnya sebagai berikut.
1)  Menurut pendapat Anda apakah bahasa yang dipergunakan dalam wacana di atas memenuhi kriteria bahasa indonesia baku?



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca sering disebut sebagai membaca nyaring atau membaca permulaan. Pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utma pembelajaran membaca.tiga tujuan utama pembelajaran membaca di sekolah adalah:
1. Memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca.
2. Mampu membaca balam hati dalam kecepatan bacaan yang flexible.
3. Serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.
Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangakaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca dibawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru.
B.     Saran
Pembalajaran membaca berbasis pendidikan karakter  sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik perlu terus dilakukan dengan lebih intensif dan berkesinambungan dalam semua mata pelajaran dan guru haruslah bisa memilih dan menerapakan strategi dan metode pembelajaran membaca yang tepat sehingga kemampuan membaca peserta didik dapat meningkat.



DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.
Iskandarwassid, dkk. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro,B. (2005). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Tarigan, H. (2014). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Mahendra. (2014).Tahap Kegiatan Membaca, [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [07 April 2015].
Nurikhlas. (2012).Pembelajaran Bahasa Di Kelas Tinggi, [Online]. Tersedia: http://www.wordpress.com. [07 April 2015].
Nurhaya. (2014).Pembelajaran Membaca Berbasis Karakter. [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [14 Aprrl 2015].