Tuesday, 10 December 2019

KETERAMPILAN MENJELASKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu peran seorang guru dalam dunia pendidikan adalah sebagai pengajar. Oleh karena itu kemampuan mengajar seorang guru harus maksimal ketika bertatap muka dengan para peserta didik. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh strategi mengajar yang baik. Salah satu komponen dari strategi mengajar yang paling mendasar yaitu keterampilan dasar mengajar. Seorang guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar saat ditugaskan untuk mengajar disebuah sekolah. Dengan begitu maka diharapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat terealisasi dengan optimal pada peserta didik yang bersangkutan.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan merupakan tindakan yang banyak dilakukan, terutama oleh guru. Apabila seorang guru menjelaskan, artinya guru tersebut memberikan informasi sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami apa yang diinformasikan oleh guru. Pemberitahuan penjelasan merupakan ciri utama kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa dikelas. Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, atau pendapat. Oleh sebab itu, penjelasan dan pembicaraan guru harus optimal sehingga bermakna bagi murid.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang maksimal tentang materi yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Seperti ketika mengenalkan konsep serta memberi pengertian tentang suatu pokok bahasan. Penjelasan yang tidak ada dalam buku sehingga perlu dijelaskan dengan lisan. Sehingga setelah penjelasan yang diberikan oleh guru ,siswa dapat menjelaskan kembali dengan bahasanya sendiri. Dalam proses pendidikan,memahami  lebih diharapkan daripada hanya menghafal materi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan?
2.      Apa prinsip-prinsip dalam menejelaskan?
3.      Apa komponen-komponen dari keterampilan menjelaskan?
4.      Apa tujuan keterampilan menjelaskan?
5.      Kenapa keterampilan menjelaskan perlu bagi guru?
6.      Apa kekurangan dan kelebihan penerapan keterampilan menjelaskan?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian keterampilan menjelaskan.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam keterampilan menjelaskan.
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan.
4.      Untuk mengetahui tujuan keterampilan menjelaskan
5.      Untuk mengetahui pentingnya keterampilan menjelaskan bagi guru.
6.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan penerapan keterampilan menjelaskan.



BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Menjelaskan menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono berarti menyajikan informasi lisan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Pengertian menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan juga dapat diartikan sebagai penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab dan akibat, atau antara yang diketahui dan yang belum diketahui, atau antara hukum (dalil dan definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan, menyajikan, dan menyampaikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran, yaitu penyampaian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistemmatik untuk menunjukkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya ada sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Sehingga keterampilan menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar suatu pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.  
     B.     Prinsip-prinsip Keterampilan Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan. Adapun prinsip-prinsip menurut  Saud (2012) sebagai berikut:
1.      Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun diakhir pembelajaran.
2.      Penjelasan harus menarik perhatian pesert didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
3.      Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pebelajaran.
4.      Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
5.      Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
    C.    Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan. Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Analisis dan Perencanaan Menjelaskan
Ada dua hal yang perlu dianalisis dan direncanakan pada keterampilan menjelaskan, yaitu: isi pesan yang akan disampaikan dan si penerima pesan itu sendiri, yaitu anak didik. Keberhasilan menjelaskan isi pesan akan terletak pada bagaimana perencanaan itu dibuat, dan keberhasilan perencanaan akan terletak bagaimana analisis pemecahan masalah yang diorganisasi secara sistematis.
a.          Isi pesan
Menganalisis dan merencanakan isi pesan, meliputi tiga tahap keterampilan, yaitu:
1)      Menetapkan apa yang memerlukan penjelasan: masalah, peristiwa, prosedur, pernyataan dalam pikiran, dan lain-lain. Berikutnya adalah menganalisisnya, serta meneliti apa yang harus dihubungkan dalam menjelaskan. Sangat penting untuk menulis unsur yang harus dihubungkan, kemudian membuat diagram antarunsur/konsep itu. Dalam hal ini hubungan akan tampak konkret bentuknya, hal-hal yang tidak kelihatan dan kompleks menjadi gampang untuk dilihat.
2)      Mengekspresikan bentuk hubungan yang ada di antara unsur/konsep atau komponen yang harus dihubungkan.
3)      Membuat generalisasi, hukum, prinsip, atau aturan yang tepat terhadap hubungan yang telah dibentuknya. Perbedaan bentuk hubungan akan menghasilkan perbedaan generalisasi.
b.         Penerima pesan
Dalam menjelaskan perlu diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik si penerima pesan, yaitu anak didik sebagai suatu kelompok. Karakteristik tersebut ialah:
1)       Usia
Menjelaskan msalah yang sama terhadap anak didik SLTP dan SLTA haruslah berbeda.
2)         Jenis kelamin
Kelas yang terdiri dari jenis kelamin yang sama, akan berbeda dalam menjelaskan dibanding bila kelas tersebut terdiri dari jenis kelamin yang sama.
3)         Kemampuan kelompok
Kelompok yang terdiri dari anak didik berkemampuan tinggi, akan berbeda kesiapan menerima penjelasan dengan anak berkemampuan rendah.
4)         Pengalaman
Perbedaan pengalaman hidup anak didik menyebabkan berbeda pula penjelasan oleh guru. Dalam memberikan penjelasan terhadap anak dari kota akan berbeda dibanding terhadap anak dari desa.
5)         Lingkungan sekolah dan kebijakan
Sekolah yang sudah lengkap fasilitasnya, seperti perpustakaan, tempat belajar individual, tempat olah raga, dan lain-lain, akan berpengaruh pada guru dalam menjelaskan dari pada sekolah yang kurang fasilitasnya. Begitupun dengan kebijakan sekolah akan mempengaruhi penjelasan guru.  Misal ada sekolah yang telah membolehkan study tour atau kerja lapangan untuk memberi pengalaman pembentukan konsep. Perbedaan keadaan anak didik yang disebabkan oleh hal-hal tersebut, akan menentukan keberhasilan guru dalam menjelaskan. Guru secara mental harus dapat memperkirakan hasil belajar anak didik yang ditentukan oleh kesiapan anak didik, yaitu:
a)         Relevansi pertanyaan anak didik sesuai dengan penjelasan guru, atau pertanyaan tersebut relevan dengan situasi yang membingungkan anak didik.
b)         Pengalaman dan kemampuan kognitif anak didik hendaknya mendasari penjelasan guru.
c)         Fenomena yang ditanyakan anak sesuai dengan kepercayaan dan hendaknya guru mendasari penjelasannya dengan hal tersebut.
2.      Penyajian suatu Penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagi berikut:
a.       Kejelasan
Seperti telah dijelaskan pada keterampilan bertanya, pertanyaan guru harus jelas dan singkat, daripada harus mengulang-ulang pertnyaan sehingga anak didik harus mendengarkan secara baik dan menjawabnya secara benar. Bila pertanyaan membingungkan anak didik, dapat digunakan pertanyaan menuntut atau dengan menyusun kembali pertanyaan yang sama, atau mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana.
Kelancaran berbicara juga merupakan hal yang penting dalam menjelaskan. Kebiasaan ucapan seperti ah, uh, em ..., atau memutar balikkan kalimat atau penggunaan kalimat kira-kira umumnya, biasanya, sering kali, dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti anak didik, sebaiknya dihindari karena akan mengganggu perhatian anak didik. Kejelasan bahasa juga harus secara eksplisit ditampakkan.
Guru SLTP dan SLTA yang umumnya adalah guru bidang studi, akan memiliki kecenderungan menggunakan istilah-istilah yang kompleks dan teknis. Pemilihan istlah yang tepat dan sesuai dengan kemampuan berpikir anak didik adalah perlu. Bila menggunakan istlah baru, berikan pengertian sehingga anak didik dapat memahaminya. Hal yang harus dihindari dalam menjelaskan antara lain penggunaan:
1)      Kata-kata tambahan negatif, seperti tidak terlalu, tidak tenang, tidak sering.
2)      Kata ragu-ragu, misalnya kurang lebih, hampir semua, jenis ini, dan kira-kira, hampir.
3)      Jumlah yang tidak pasti, misalnya seongok, bebrapa, sejumlah, segerombolan, kira-kira.
4)      Kelompok barang, misalnya jenis, aspek-aspek, faktor-faktor, barang-barang.
5)      Kemungkinan, seperti tidak begitu perlu, kadang-kadang, sering-sering, itu mungkin.
6)      Penunjuk yang meragukan (mempunyai arti lebih dari satu); semuanya ini, barang-barang itu, jenis barang-barang itu.
7)      Asal saja, misalnya mereka bilang demikian, membuat cerita panjang yang pendek, bagaimanapun.
b.      Penggunaan contoh
Pada setiap singkat usia sangat sedikit anak didik dapat menguasai bahan pelajaran baru tanpa ada contohnya. Contoh seharusnya dihubungkan dengan konsep yang baru yang tidak dikenal dalam pengalamannya. Bila contoh yang konkret banyak digunakan, maka pelajaran baru itu akan mudah dicerna dalam pengetahuan anak didik. Penggunaan contoh harus spesifik, jelas dan konkret. Temukan contoh situasi yang tepat dan cocok dengan pengalaman anak didik. Pemberian contoh yang bervariasi baik yang dikerjakan oleh guru ataupun yang diminta oleh anak didik, membuat penjelasan lebih menarik dan lebih efekif.
Suatu pola atau proses di mana contoh dihubungkan dengan generalisasi merupakan bagian yang penting pada efektivitas penjelasan. Bila guru memulai dengan contoh yang konkret dalam masyarakat, kemudian dicari keberlakuannya secara umum atau menghasilkan suatu generalisasi, kita sebut pola induktif. Kebalikannya, bila guru memulai penjelasannya dengan mengambil sesuatu generalisasi atau dalil, kemudian dicari keberlakuannya di masyarakat, kita sebut pola deduktif. Gunakanlah contoh yang positif daripada yang negatif, karena mudah dicerna oleh anak didik.
c.       Penekanan
            Penekanan adalah keterampilan penyajian yang meminta perhatian anak didik terhadap informasi yang esensial atau penting. Dengan kata lain, untuk membantu belajar anak didik memusatkan perhatian secara jelas pada bagian-bagian yang fundamental dari suatu masalah dan pada yang waktu bersamaan dapat mengurangi bagian-bagian yang kurang penting atau menunggu. Apabila dalam suatu diskusi pembahasan menjadi berkembang, itu menunjukkan adanya keberhasilan dalam penekanan. Cara memberi penekanan dapat dilakukan dengan:
1)      Memberi variasi dalam gaya mengajar guru. Misalnya, dengan suara yang bervariasi, dengan gerakkan anggota badan atau dengan menggunakan media dan bahan pelajaran.
2)      Menstruktur bahan pelajaran, misalnya dengan memberi ikhtisar dan ulangan, dengan menyusun kembali kata-kata respon anak didik, dan dengan memberi tanda-tanda atau isyarat. Penekanan dalam menjelaskan dapat dilakukan dengan ucapan langsung dalam bentuk:
a)      Kata-kata: pertama, kedua, dasar, esensial, kritis, fundamental, utama, penting, mayor, bermakna, vital, dan menonjol.
b)      Ungkapan: yang nomor satu, kita mulai dengan, lain kali kita kembali, ini adalah yang perlu kita ketahui, jangan lupa ini, pikiran yang penting, dengarkan bai-baik konsep ini, ada dua kesimpulan.
Penekanan dengan menggunakan ucapan verbal akan lebih baik bila dikombinasikan dengan variasi suara.
d.      Umpan balik
Anak didik sebaiknya diberi kesempatan untuk memperlihatkan pengetahuan atau pengertian tentang sesuatu yang dijelaskan, atau minta anak didik untuk mengungkapkan hal-hal yang mereka belum tahu. Cara tersebut dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada anak didik. Umpan balik dapat juga diketahui melalui keinginan atau kesenangan anak didik. Anak didik senang bila kita memintanya untuk mendiskusikan kegiatannya sehari-hari atau atas pilihannya sendiri. Menjelaskan yang dikaitkan dengan keinginan atau kesenangan akan dapat menarik perhatian anak didik, dan dapat memberikan sumbangan pikiran kepada anak didik lainnya untuk membentuk generalisasi. Umpan balik dapat juga didapat dari pengamatan tingkah laku anak didik melalui pertanyaan  yang sifatnya komperhensif.
D.    Tujuan Keterampilan Menjelaskan
Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam memberikan penjelasan di kelas antara lain:
1.      Membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif, dan benar
2.      Melibatkan anak didik untuk berpikir memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
3.      Untuk mendapatkan balikan dari anak didik mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman tentang pemahaman yang mereka ketahui
4.      Membimbing anak didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalalm pemecahan masalah.
5.      Untuk membimbing siswa-siswi memahami dengan jelas jawaban dari pertanyaan “mengapa” yang di kemukakan oleh guru atau yang diajukan oleh siswa-siswi.
6.      Membuat siswa berpikir secara logis, estetis, dan moral.
7.      Melatih siswa berpikir dengan menggunakan sebab dan akibat.
8.      Melatih siswa mandiri di dalam mengambil keputusan bagi dirinya.
9.      Menuntun siswa kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan “ apa, mengapa, dan bagaimana”.
10.  Melibatkan siswa dalam berpikir memecahkan masalah.
11.  Untuk memperoleh feedback dari siswa berdasarkan pada tingkat pengertian mereka/ menghindari salah pengertian
12.  Membantu siswa menghargai dan memperoleh proses of reasoning (proses kiat) dan menggunakan bukti didalam memecahkan hal-hal yang tidak pasti
     E.     Pentingnya Keterampilan Menjelaskan Bagi Guru
Ada beberapa alasan mengapa guru perlu menguasai keterampilan menjelaskan, antara lain:
1.      Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi anak didik karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh anak didik;
2.      Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi anak didiknya, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri. Hal ini tercermin dalam ucapan guru. “Sudah jelas, bukan?” Atau “Dapat dipahami”. Pemahaman anak didik sangat penting dalam memberikan penjelasan;
3.      Tidak semua anak didik dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari seumber lainnya. Karena itu guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu; dan
4.      Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh anak didik dalam belajar. Guru perlu membantu anak didik dengan cara membrikan informasi lisan bebrupa penjelasan yang cocok dengan materi yang cocok dengan materi yang diperlukan.
    F.     Kekurangan dan Kelebihan Keterampilan Menjelaskan
Dalam penerapan keterampilan menjelaskan ada beberapa kekurangan dan kelebihannya, diantaranya adalah:
1.      Kekurangan penerapan keterampilan menjelaskan:
a.       Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, peserta didik cenderung menjadi karakteristik auditif (mendengar) dan akhirnya menjadi siswa yang pasif.
b.      Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka perjalanan akan terkesan membosankan.
c.        Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu sedikit bahkan habis untuk menjelaskan
2.      Kelebihan penerapan keterampilan menjelaskan
a.        Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, menggorganisasi, dan menilai informasi yang diterima.
b.       Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap dan relevan.
c.       Mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide dan mengemukakan ide-ide tersebut.
d.      Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar.
e.       Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenalkan materi.
f.       Dapat meningkatkan analisis guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan guru menjadi benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam.


BAB III
PENUTUP

          A.     Kesimpulan
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran, yaitu penyampaian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya ada sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Ada 2 komponen dalam keterampilan menjelaskan yaitu, analisis dan perencanaan menjelaskan, dan penyajian suatu penjelasan. Ada beberapa alasan mengapa seorang guru harus mengusasi keterampilan mengajar yaitu, meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi peserta didik, tidak semua anak didik dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari seumber lainnya karena itu guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu dan kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh anak didik dalam belajar sehingga guru perlu membantu anak didik dengan cara memberikan informasi lisan bebrupa penjelasan yang cocok serta materi yang cocok dengan materi yang diperlukan.
           B.     Saran
Sebagai calon guru sebaiknya harus mempelajari terlebih dahulu mengenai keterampilan menjelaskan, menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan dan menggunakan metode yang bervariasi sehingga tidak membosankan dan membuat jenuh siswa ketika guru menyampaikan materi. Dengan demikian, nantinya proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas: Teori Dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Saputri Artika. (2014). Keterampilan Menjelaskan.(Online).Tersedia: http://atikasaputri.blogspot.co.id/2014/04/keterampilan-menjelaskan.html.(4 Oktober 2016)


Sunday, 15 October 2017

KOMPONEN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, yakni mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa atau ras,dalam lingkup geografis, administratif atau sosial budaya, dalam satuan organisasi, institusi pemerintahan, berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan masyarakat.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian komponen pendidikan karakter?
2.      Apa saja macam- macam komponen pendidikan karakter?
3.      Bagaimana hubungan timbal balik antar komponen pendidikan karakter?
  1. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian komponen pendidikan karakter.
2.      Mengetahui macam-macam komponen pendidikan karakter.
3.      Mengetahui hubungan timbal balik antar komponen pendidikan karakter.



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Komponen Pendidikan Karakter
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan karakter berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan karakter, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan karakter diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
  1. Komponen Pendidikan Karakter
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:
1.      Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai. Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari :
a.        Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
b.      Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional)
c.        Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
d.      Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah)
e.    Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Denga
n demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
2.      Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut:
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik. Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah,
Amstrong (1981) mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik? Bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.
3.      Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka munculah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah :
a)        Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut :
1.       manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap
2.     manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik
3.  manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
4.     manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif.
5.        manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
6.        manusia berbudi luhur dan berbadan sehat
7.        manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga
8.        manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
        b)  Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
 c)   Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
         d)     Pemimpin Kemasyarakatan, dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4.      Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan. Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982). Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik). Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah. Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya. Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal. Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
5.      Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani
6.      Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.

  1. Hubungan Timbal Balik antar Komponen Pendidikan
Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan Karakter di atas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan karakter untuk mencapai tujuan pendidikan. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan karakter. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif.



BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Komponen pendidikan karakter merupakan bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk komponen-komponen pendidikan karakter, yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta Didik, Pendidik, Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik, Isi Pendidikan, dan Lingkungan pendidikan. Dan komponen-komponen pendidikan karakter di atas saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Hadisusanto,Dkk. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY press
Lukman. 2010. Komponen Pendidikan. Online:
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/komponen-pendidikan.html