BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Bidang pendidikan
termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun ilmu yang mengkaji
aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah
luas, yakni mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai
kesatuan etnis, bangsa atau ras,dalam lingkup geografis, administratif atau
sosial budaya, dalam satuan organisasi, institusi pemerintahan, berkenaan
dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan masyarakat.
- Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian komponen pendidikan karakter?
2.
Apa
saja macam- macam komponen pendidikan karakter?
3.
Bagaimana
hubungan timbal balik antar komponen pendidikan karakter?
- Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian komponen pendidikan
karakter.
2. Mengetahui macam-macam komponen pendidikan
karakter.
3. Mengetahui hubungan timbal balik antar komponen
pendidikan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Komponen Pendidikan Karakter
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki
peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
sistem. Komponen pendidikan karakter berarti bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan
karakter, yang menentukan berhasil dan tidaknya
atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan
karakter diperlukan keberadaan komponen-komponen
tersebut.
- Komponen Pendidikan Karakter
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses
pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:
1.
Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar
tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang
bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan
pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis.
Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas
pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma
tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang
dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat
(Syaifulah,1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia
menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir
pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah
laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang
ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Langeveld
mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak
lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian
jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang
ingin dicapai. Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam
kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari :
a. Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
b. Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan
Nasional)
c. Tujuan Institusional (pada tiap tingkat
pendidikan/sekolah)
d. Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata
pelajran atau kuliah)
e. Tujuan instruksional
yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
2.
Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas
pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik.
Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia
sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan
peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait
dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut:
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab
itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat
hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia
dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk
individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus
dididik dan mendidik. Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah,
Amstrong (1981) mengemukakan
beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat
peserta didik? Bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan
bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah? Berdasarkan persoalan tersebut
perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian
khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung
jawab pada anak didik.
3.
Pendidik
Pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik. Maka munculah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik
dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai
pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas
Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang termasuk kategori pendidik adalah :
a)
Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah
sebagai berikut :
1. manusia yang memiliki
pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap
2. manusia yang telah memiliki
tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik
3. manusia yang cakap mengambil
keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggungjawabkan sendiri.
4. manusia yang telah cakap
menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif.
5.
manusia yang telah mencapai
umur kronologis paling rendah 18 tahun.
6.
manusia berbudi luhur dan
berbadan sehat
7.
manusia yang berani dan
cakap hidup berkeluarga
8.
manusia yang berkepribadian
yang utuh dan bulat.
b) Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik
yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama
dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau
anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun
tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak
sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
c) Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara
lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat
untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang
terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual,
sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan
yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun
cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d) Pemimpin Kemasyarakatan, dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin
masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan
pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik,
tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia,
yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4.
Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi
antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara
pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan
pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan
kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan. Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa
pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa
murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian
guru tersebut memberikan peringatan atau
menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan
berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu
bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan
(tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982). Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas mendidik
Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai
sangkut paut yang erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut.
Pendidik yang menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan
tujuan yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu
hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu
(pendidik). Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah. Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau
bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan
dalam mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis
(Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan
bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia,
sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator
dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya. Metode liberal
bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan
manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara
wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa
pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak.
Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal. Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa
perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di
dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus
bersifat membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak
didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki
Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode
demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung
tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang,
kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang
harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
5.
Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan
moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual,
pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani
6.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu pendidikan
dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan
kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial
politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan iklim geographis.
- Hubungan
Timbal
Balik
antar Komponen Pendidikan
Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan Karakter di atas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan karakter untuk mencapai tujuan
pendidikan. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat
(instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, input lingkungan
(environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll.
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan karakter. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Komponen pendidikan karakter merupakan bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk
komponen-komponen pendidikan
karakter, yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta Didik, Pendidik, Interaksi Edukatif
Pendidik dan Anak Didik, Isi Pendidikan, dan Lingkungan pendidikan. Dan komponen-komponen
pendidikan karakter di atas saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan
dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisusanto,Dkk.
1995. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta : UNY press
Lukman.
2010. Komponen Pendidikan. Online:
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/komponen-pendidikan.html
No comments:
Post a Comment