BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan karakter di Indonesia
saat ini banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan karakter, salah
satunya pada acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional. Jika kita
browsing di internet mengenai pendidikan karakter, maka pasti banyak sekali
blog yang membahas tema pendidikan karakter. Sebagian besar tulisan menaruh
harapan besar mengenai pentingnya arti pendidikan karakter. Ada juga yang
menawarkan cara melaksanakan pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah,
masyarakat ataupun di Negara (bernegara). Semua itu patut diapresiasi sebagai
wujud kepedulian masyarakat terhadap urgensi pendidikan karakter pada saat ini.
Terkait dengan pendidikan karakter
dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin menyadari
betapa pentingnya pendidikan karakter atau dalam Islam disebut dengan
istilah pendidikan akhlak mulia. Sebagian ataupun seluruh orang setuju dengan
teori tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan yang selalu
muncul adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual
tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada
gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat
mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau
berakhlak mulia maka disebut sebagai manusia tidak beradab dan
tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek
tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak
mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui
pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah, maupun di
masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan
karakter dan pendidikan agama.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka makalah ini akan
membahas tentang pendidikan karakter perspektif pendidikan akhlak.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan pertanyaan yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian karakter dan akhlak?
2. Bagaimana hakikat pendidikan karakter dalam islam?
3. Bagaimana tujuan pendidikan karakter dalam islam?
4. Apa saja nilai-nilai karakter?
5. Bagaimana peran pendidikan agama dalam pembentukan
karakter?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin
dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari karakter dan
akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat pendidikan karakter
dalam islam
3. Untuk mengetahui bagaimana tujuan pendidikan karakter dalam
islam
4. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai karakter
5. Untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan agama
dalam pembentukan karakter
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Karakter Dan Akhlak
1.
Karakter
Mengetahui
definisi karakter, dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi kebahasaan dan sisi
istilah. Menurut bahasa (etimologi) istilah karakter berasal dari Bahasa Latin Kharakter,
kharassein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani character dari
kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.
Dalam Bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia menjadi
kata karakter.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Karakter dapat diartikan sebagai tabiat perangai atau perbuatan yang selalu
dilakukan (kebiasaan).
Sementara
menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter,
sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
a) Thomas
Lickona menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond
to situations in a morally good way”.
b) Kertajaya
mendefinisikan karakter adalah ciri khas dimiliki oleh suatu benda atau
individu manusia. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar kepada
kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong
bagaimana seseorang bertindak, bersikap, serta merespon sesuatu.
c) Donie
Koesumo A. memahami karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima oleh lingkungan.
d) Munir
menyatakan karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun
tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli
yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan
orang lain. Karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang memang sangat
mendasar pada diri seseorang, hal-hal yang sangat abstrak pada diri seseorang,
dan sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai.
2. Akhlak
Menurut etimologi arab, akhlak adalah
bentuk masdar (infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang
memiliki arti perangai (as-sajiyah); kelakuan, tabiat atau watak dasar
(ath-thabi’ah); kebiasaan atau kelaziman (al-‘adat); peradaban yang baik
(al-muru’ah); dan agama (ad-din).10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Selanjutnya Mahmud merujuk pendapat
Ghozali, mengatakan dari sisi bahasa kata al-Khalaq (fisik) dan al-Khuluq
(akhlak) adalah dua kata yang sering dipakai secara bersamaan. Karena
manusia terdiri dari dua unsur fisik dan non-fisik. Unsur fisik dapat dilihat
oleh mata kepala. Sedangkan unsur non fisik dapat dilihat oleh mata batin.
Sementara menurut istilah (terminologis)
terdapat pengertian tentang akhlak, diantaranya :
a) Ibnu
Maskawih mengatakan akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan
perbuatan tanpa memikirkan (lebih lama).
b) al-Ghazali
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya
menimbulkan perbuatan-perbuatan yang gampang dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu.
c) Amin
sebagaimana yang dikutip oleh Ya’kub mengatakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Berdasarkan
penjelasan dan definisi akhlak di atas menurut filusuf dan ajaran Islam, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau
terparti dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang
tanpa melalui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu.
Artinya bahwa
perbuatan itu dilakukan dengan reflek dan spontan tanpa difikirkan terlebih
dahulu. Jika sifat yang tertanam itu darinya muncul perbuatan perbuatan terpuji
-menurut rasio dan syari’at- maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik.
Sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan
dengan akhlak buruk.
B.
Hakikat
Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan
karakter menurut Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada
lingkungannya.
Definisi lain
dikemukakan oleh Ghofar pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Zuhriyah mengatakan bahwa pendidikan
karakter sama dengan pendidikan budi pekerti (akhlak). Tujuan budi pekerti
(akhlak) adalah untuk mengembangkan watak atau tabi’at siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral hidupnya
melalui kejujuran, dapat dipercaya, dan kerjasama yang menekankan ranah efektif
(perasaan, sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional) dan
ranah psikomotorik (ketrampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat
dan kerjasama). Dan seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika
telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta
digunakan sebagai kekuatan dalam hidupnya.
Pendidikan tidak hanya bertitik
berat pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter
anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan
tetapi juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan
mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Pendidikan karakter sangat berguna
untuk merubah manusia menjadi manusia yang berkarakter baik. Sebenarnya
karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai atau
perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai
watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku atau kepribadian.
Orang
yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15).
Dalam al-Quran, manusia adalah
makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua
karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Asy-Syam: 8-10.
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S.
Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum,
tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka karakter
tersebut sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan
sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi
seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan
(hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia
merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadan dan
muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada
al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Dalam islam terdapat 3 pilai pendidikan
karakter yaitu: (1) ahlak, yaitu yang merujuk kepada tugas dan tanggung jawab
selain syari’ah dan ajaran islam secara umum. (2) adab, yaitu yang merujuk
kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkahlaku yang baik. (3) keteladanan,
yaitu merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang b aik yang mengikiti
keteladanan Nabi Muhammad Saw. Ketiganya menjadi nilai utama dalam pendidikan
karakter dalam sudut pandang islam.
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam
adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk
kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa
berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran,
bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
C.
Tujuan
Pendidikan Karakter Menurut Islam
Tujuan dari
pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak
mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW
dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi harus
menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana seperti dalam hadis
riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس
رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya: “Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling
baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said al-Khim, dkk.2012:
695)
Dari hadis tersebut bahwa sangat jelas akhlak
Rasulullah adalah bukti bahwaakhlak beliau sangat sempurna. Al-Quran adalah
petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila hendak
mengarahkan pendidikan,dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik,
sebaiknya harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter
yang sempurna.
Dalam pendidikan karakter yang
berorientasi pada akhlak mulia wajib untuk berbuat baik dan saling membantu
serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang
lain sebagaimana firman Allah SWT.
ûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
“dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan”. (Q.S. al-Imran: 134)
Dari uraian di atas maka tujuan
pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak
mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia
akan segera melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
D.
Nilai-nilai
Karakter
Menurut Richad Eyre dan Linda yang
dikutip oleh Majid dan Andayani,
menjelaskan Nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai
yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi
yang menjalankan maupun orang lain. Inilah prinsip yang memungkinkan tercapai
ketentraman atau tercegahnya kerugian atau kesusahan.
Menurut
Djahiri yang dikutip oleh Gunawan mengatakan nilai adalah suatu jenis
kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayan seseorang, tentang
bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu
atau tentang apa yang berharga atau tidak berharga untuk dicapai.
Jadi
yang dimaksud dengan nilai disini adalah harga sesuatu atau sifat dari sesuatu
(konsepsi abstrak) yang dapat memberi makna yang dijadikan sebagai landasan
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan
seseorang tentang apa yang baik, benar, bijaksana dan yang berguna.
Dari uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa nilai karakter (akhlak)
adalah konsepsi abstrak yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam hidup, yang
memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang tentang apa yang baik,
benar, bijaksana dan yang berguna untuk mengajarkan manusia berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk
di sekelilingnya. Karakter atau akhlak sebenarnya memuat dua segi yang berbeda,
yakni segi batiniah dan segilahiriah. Orang yang baik adalah orang yang
memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
pula. Karakter atau akhlak dapat diukur secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan.
Pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai Karakter atau akhlak yang
nantinya bisa terwujud dalam bentuk perilaku dan membentuk satu
kepribadian.
Nilai dalam Pendidikan Islam
berkisar antara dua demensi yakni nilai-nilai Ilahiyah dan nilai-nilai
Insaniyah. Nilai-nilai Ilahiyah dapat dikembangkan dengan menghayati keagungan
dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya, dan
kepada lingkungan sekitar.
Dalam
bahasa Al-Qur’an dimensi hidup Ketuhanan ini juga disebut jiwa rabbaniyyah atau
ribbiyah. Dalam surat Ali Imran ayat 79
dan 146 Allah berfirman :
$tB tb%x. @t±u;Ï9 br& çmuÏ?÷sã ª!$# |=»tGÅ3ø9$# zNõ3ßsø9$#ur no§qç7Y9$#ur §NèO tAqà)t Ĩ$¨Z=Ï9 (#qçRqä. #Y$t6Ïã Ík< `ÏB Èbrß «!$# `Å3»s9ur (#qçRqä. z`¿ÍhÏY»/u $yJÎ/ óOçFZä. tbqßJÏk=yèè? |=»tGÅ3ø9$# $yJÎ/ur óOçFZä. tbqßâôs? ÇÐÒÈ
Artinya : “tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan
kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah- penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani47, karena kamu selalu
mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.(QS. Ali
Imran : 79)
ûÉiïr'x.ur `ÏiB %cÓÉ<¯R @tG»s% ¼çmyètB tbqÎn/Í ×ÏWx. $yJsù (#qãZydur !$yJÏ9 öNåku5$|¹r& Îû È@Î6y «!$# $tBur (#qàÿãè|Ê $tBur (#qçR%s3tGó$# 3 ª!$#ur =Ïtä tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÍÏÈ
Artinya : “dan
berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”.(QS. Ali Imran : 146)
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat
mendasar yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yaitu :
a)
Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Allah. Jadi tidak cukup kita hanya
percaya kepada Allah, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai
kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b)
Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah
kepada-Nya dengan meyakini bahwa apapun
yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan.
c)
Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa
Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun kita berada.
d)
Taqwa, yaitu sikap yang ridho untuk menjalankan segala
ketentuan dan menjahui segala larangan.
e)
Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan
perbuatan semata-mata demi memperoleh ridha atau perkenaan Allah dan bebas dari
pamrih lahir atau bathin.
f)
Tawakkal yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada
Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan memberikan
jalan yang terbaik bagi hambanya.
g)
Syukur yaitu sikap penuh rasa terimaksih dan penghargaan
atas karunia Allah yang tidak terbilang jumlahnya.
h)
Sabar yaitu sikap tabah dalam mengahdapi segala
kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin.
Tentu masih banyak lagi nilai-nilai
ilahiyah yang diajarkan dalam Islam, akan tetapi nilai-nilai di atas telah
cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu ditanamkan kepada anak
didik, yang merupakan bagian amat penting dalam Pendidikan Islam.
Selanjutnya nilai-nilai Insaniyah
ini terkait dengan nilai-nilai budi luhur. Nilai-nilai ini sebagai pegangan
dalam menjalankan pendidikan kepada anak didik, nilai-nilai akhlak berikut patut dipertimbangkan
:
a)
sillat al-rahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antar
sesama
b)
al-Ukhuwah yaitu semangat persaudaraan baik kepada muslim maupun non
muslim
c)
al-Musawamah yaitu suatu sikap pandangan bahwa manusia
adalah sama dalam harkat dan martabat
d)
al-Adalah yaitu sikap wawasan seimbang atau balance
dalam memandang,
menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang
e)
Husnu al-Dzan yaitu
sikap berbaik sangka kepada sesama manusia
f)
at-Tawadlu yaitu
sikap rendah hati dan menyadari bahwa semua adalah milik Allah
g)
al-Wafa’ yaitu
sikap tepat janji
h)
Insyirah yaitu
sikap lapang dada yaitu sikap menghargai orang lain dengan pendapat-pendapat
dan pandangan-pandangannya
i)
al-Amanah yaitu
sikap yang dapat dipercaya
j)
iffah atau
ta’affuf yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong dan tetap
rendah hati
k)
Qawamiyyah yaitu
sikap tidak boros dan tidak kikir dalam menggunakan harta melainkan sedang
antar keduanya
l)
al-munfiqun yaitu
sikap mau menolong sesama manusia terutama mereka yang kurang beruntung.
E. Peran pendidikan agama dalam
pembentukan karakter
Sejak
sampai saaat ini masih belum berhenti perdebatan diseputak kalangan kita
tentang peranan pendidikan agama bagi pembentukan karakter. Menurut mantan
presiden RI pertama Soekarno
berulang-ulang menegaskan bahwa agama adalah unsur mutlak dalam
nasional. Hal ini diperkuat dengan pendapat dengan pendapat Sumahawijaya yang
mengatakan bahwa karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa
landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak mempunyai arah, mengambang ,
kropos, sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh karenanya, landasan dari
pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama.
Menurut
Lickona pendidikan karakter dan pendidikan agama tidak bisa disatukan,
dikarnakan pendidikan agama bersifat vertikal yaitu hubungannya manusia dengan
tuhan. Sementara pendidkan karakter bersifat horizontal yaitu mempelajari
hubungan antata manusia dengan manusia.
Akan
tetapi menurut Koesuma dalam, konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia,
pemisahan teoritis antara pendidikan agama dan pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan patutlah dipertanyakan kesahihannya. Sebab jika pemisahaan
itu terjadi, dasar kehidupan bernegara kita akan timpang. Menurutnya ada dua
alasan lickona yang kurang tepat. Pertama,
lickona mengatakan bahwa kehidupan religius seseorang merupakan urusan antara
individu dengan tuhannya. Ini adalah sebuah kehidupan beragama secara keliru.
Keberagamaan dapat menjadi pondasi kokoh bagi pelaksanaan penidikan karakter,
terutama agam akan menjadi dasar kokoh yang tak tergoyahkan bagi pelaksanaan
nilai-nilai moral ketika nilai-nilai moral tersebut diyakini sebagai berasal
dari perintah tuhan sendiri.Kedua
Licona mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan relasi antar individu
didalam masyarakat, namun hal ini akan menciptakan corak relasi antar pribadi
yang semu sebab individu yang dihormati itu ternyata tidak termasuk keyakinan
agamanya. Relasi seperti ini tidak autentik sebab ia hanya menghormati individu
secara parsial. Menghormati individu sesungguhnya merupakan kesediaan dan
keterbukaan hati untuk menghormati keyakinan iman dan ajaran kepercayaan dari
individu tersebut. Individu dikatakan tidak menghormati individu lain jika ia
tidak dapat menghargai keyakinan dan kepercayaan orang lain.
Oleh
karena itu pendidikan agama merupakan dukungan dasar yang tak tergantikan bagi
keutuhan pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur
yang mutlak kebaikan dan kebenarannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karakter
adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan
antara dirinya dengan orang lain.
Sedangkan akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Jadi Pendidikan
karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya.
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah
menjadikan manusia yang berakhlak mulia.
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu
ditanamkan kepada peserta didik yaitu : Iman,Islam,Ihsan,
Taqwa,Ikhlas, Tawakkal, Syukur, dan Sabar.
Peran
pendidikan agama terhadap pendidikan karakter,pendidikan agama merupakan dukungan dasar yang tak tergantikan bagi
keutuhan pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur
yang mutlak kebaikan dan kebenarannya.
B.
Saran
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan sejak dini kepada siswa, karena karakter akan menunjukkan jati diri seseorang sebenarnya, karater akan menentukan bagaimana
seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, Untuk guru dan calon guru sebaiknya dapat mencontohkan karakter yang baik
terhadap siswanya,dan dapat memilih strategi yang tepat dalam penanaman
karakter terhadap siswa,terutama dalam penanaman akhlak, sehingga dapat membentuk
pribadi siswa yang
berakhlak mulia, karena akhlak mulia
adalah pangkal kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Majid Abdul.(2013).Pendidikan Karakter Perspektif Islam.Bandung:Rosdakarya.
Julianti.(2013).Pendidikan Karater Dalam Perspektif Islam.(Online).Tersedia:
http://educationforalls.blogspot.co.id/2013/05/pendidikan-karakter-dalam-perspektif.html.(11 Maret 2016).