BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pengajaran
bahasa sangatlah penting, mengingat kegiatan berbahasa sangat dominan dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di
masyarakat.
Pengajaran bahasa pada hakikatnya adalah mengajarkan
untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun
secara tertulis. Namun untuk mampu berkomunikasi dengan baik, siswa harus
memiliki keterampilan berbahasa.
H. G Tarigan dan Djago Tarigan dalam Astawan (2008:
112) menyatakan, keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca,
dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut masing-masing
berbeda dalam proses, namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Hal ini karena
keempat aspek tersebut tidak bisa terpisahkan dengan yang lainnya. Oleh karena
itu dalam pengajaran bahasa, siswa diajarkan tentang menyimak terlebih
dahulu, setelah itu barulah berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang keterampilan
berbahasa pada aspek pembelajaran menyimak.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumusan adalah
sebagai berikut:
1. Apa
pengertian menyimak?
2. Bagaimana
tahapan menyimak?
3. Ada
berapa ragam menyimak?
4. Apa
tujuan menyimak?
5. Bagaimana
kondisi terkini dalam pembelajaran menyimak?
6. Mengapa
pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik?
7. Pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan
evaluasi apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
pengertian menyimak.
2. Mengetahui
tahapan menyimak.
3. Mengetahui
ragam menyimak.
4. Mengetahui
tujuan menyimak.
5. Mengetahui
kondisi terkini pembelajaran menyimak.
6. Mengetahui
alasan penyebab pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik.
7. Mengetahui
berbagai pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan evaluasi yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran menyimak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MENYIMAK
Beberapa pengertian menyimak
dari berbagai pendapat para ahli yaitu :
1. Tarigan (1994:28)
Menyatakan
bahwa Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Anderson (dalam Tarigan 1994:28)
Menyimak
adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam
Tarigan 1994:28).
3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menyimak
(Mendengar,memperhatikan) mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga.
Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap
atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur
kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara
kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian,
mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan
atau gagasan yang disajikan melalui ujaran
4. Russel
Menyimak bermakna memdengarkan
dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. (Russell 1959)
5. Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19)
Ialah suatu proses yang mencakup
kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Kemampuan menyimak dapat
diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen kemampuan baik kemampuan
mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis
6. Underwood
Menyimak ialah kegiatan mendengar
atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapan orang, menangkap dan memahami
makna dari apa yang didengar.
7. Baver
Menyimak adalah kemampuan seseoarang
untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus
menerjemahkan kata demi kata.
8. Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai
suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan
simakan. Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai
usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan
dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
9. Menurut Drs. Hanapi Natasasmita, Menyimak adalah
mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak.
B.
TAHAP-TAHAP
MENYIMAK
Dalam menyimak terdapat tahap-tahap menyimak. Menurut Ruth
G. Strickland (2008: 31) ada sembilan tahap dalam menyimak, tahap-tahap
tersebut yaitu:
1. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung
dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian
kepada hal-hal di luar pembicaraan.
3. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan
isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
4. Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang
penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara fseksama
berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara
yang menarik hatinya saja.
6. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang
mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan
yang disampaikan sang pembicara.
7. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan komentar ataupun mengajukan pertanyaan.
8. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang
pembicara (Stricland, 1957: (Dawson [et all], 1963: 154)
C.
TUJUAN
MENYIMAK
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak
beraneka ragam antara lain sebagai berikut :
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan
dari bahan ujaran sang pembicara.
2. Menyimak untuk menikmati, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama
dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang
disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan
lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta
menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi,
musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada
orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan
bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana
bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli
(native speaker).
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin
memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan
lain, dia menyimak secara persuasif.
D.
RAGAM
MENYIMAK
Ragam menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu, menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak
ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum
dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu
langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk
memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum,
garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.
Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu
sebagai berikut:
a. Menyimak Sosial
Menyimak
ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama
mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan
yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik
dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau
dikatakan orang.
b. Menyimak sekunder
Menyimak
sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak
dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
c. Menyimak Estetik
Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku
menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara
langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami,
merasakan karakter dari setiap pelaku.
d. Menyimak Pasif
Menyimak
pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa,
menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Misalnya,
seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau
tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah tersebut.
2) Menyimak Intensif
Menyimak
intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh,
penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini
memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a)menyimak intensif adalah
menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c)
menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri
dengan reproduksi bahan simakan.
Adapun
yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut:
a. Menyimak Kritis
Menyimak
dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak
menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak
konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya.
Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara
dapat diterima dengan baik.
c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan
imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi
dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
d. Menyimak eksploratori
Menyimak
eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan
menemukan;
1)
hal-hal baru yang menarik,
2)
informasi tambahan mengenai suatu topik,
3) isu,
pergunjingan atau buah bibir yang menarik.
e. Menyimak interogatif
Menyimak
interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan
selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan
setelah selesai menyimak.
E.
PENYEBAB
PEMBELAJARAN MENYIMAK TIDAK TERLAKSANA DENGAN BAIK
Tarigan (dalam Sutari, dkk. 1997:117–118) mengemukakan
beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan
baik, yaitu:
Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
a. Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak
belum banyak diungkapkan.
b. Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu
masih minim.
c. Buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran
menyimak sangat langka.
d. Guru-guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam
melaksanakan pengajaran menyimak.
e. Bahan pengajaran menyimak sangat kurang.
f. Guru-guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun
bahan pengajaran menyimak.
g. Jumlah murid per kelas terlalu besar.
F.
KONDISI
TERKINI PEMBELAJARAN MENYIMAK
Berdasarkan teori pembelajaran menyimak dilaksanakan
secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahasa
lain. Namun, dalam pembelajaran di Sekolah Dasar hal tersebut belum terlaksana
dengan baik. Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dan
seringkali diremehkan oleh siswa maupun guru karena beranggapan bahwa semua
orang yang normal pasti dapat menyimak dan kemampuan menyimak akan dikuasai
oleh siswa secara otomatis. Pandangan seperti ini seharusnya dihilangkan.
Kemampuan menyimak untuk memperoleh pemahaman terhadap wacana lisan tidak akan
terbentuk secara otomatis atau hanya dengan perintah supaya mendengarkan saja
(Subyantoro dan Hartono 2003:1).
Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi
siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Salah satu
faktor yang menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami
kesulitan dalam menyimak. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran
menyimak yang benar dan latihan yang kontiniu karena suatu keterampilan hanya
dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan (Tarigan,
1994:2).
Kondisi yang lebih
memprihatinkan adalah bahwa pembelajaran menyimak dilakukan melalui kegiatan
membaca. Hal ini terjadi karena guru hanya menggunakan bahan ajar yang berasal
dari buku teks. Dalam buku teks bahan simakan memang telah dituliskan sehingga
siswa dapat membacanya dan kenyataan ini mendorong guru untuk menyuruh siswa
membaca teks yang seharusnya disimak siswa. Berdasrkan penelusuran yang
dilakukan rata-rata guru berkilah bahwa mereka melakukan pembelajaran menyimak
dengan cara tersebut disebabkan oleh kelangkaan media pembelajaran audio
disekolah. Dalam pandangan penulis, ini hanya alasan yang dibuat-buat guru
sebab pembelajaran menyimak dalam kondisi tanpa media pun dapat dilakukan
secara ideal yakni dengan cara guru membacakan bahan simakan atau siswa yang
membacakan bahan simakan untuk siswa lainnya. Alasan lain yang mengemuka adalah
bahwa ujian nasional pun tidak menuntut keterampilan menyimak para siswa.
Alasan ini muncul sekaitan dengan kenyataan bahwa memang tidak ada ujuan
menyimak secara khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia; ujian menyimak
hanya dilakukan pada pembelajaran bahasa Inggris. Namun alasan lain tidaklah
benar sebab kemampuan menyimak tidak sekedar harus diuji melalui kegiatan ujian
formal, tetapi bahwa keterampilan telah diuji secara alamian selama proses
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, keterampilan menyimak
merupakan keterampilan komunikatif penting yang harus dikuasai siswa bertemali
dengan kenyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari siswa dituntut terampil
menyimak dalam berbagai kondisi dan konteks komunikasi.
Dalam hal penilaian,
kemampuan siswa menyimak dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang ada
dalam buku teks. Penilaian yang dilakukan dengan cara demikian tentu sangat
biasa sebab siswa bisa saja membaca kembali teks yang ada dalam upaya menjawab
pertanyaan. Kondisi ini sangat mirip dengan pembelajaran membaca. Padahal
seharusnya terdapat perbedaan antara penilaian kemampuan menyimak dengan
penilaian kemampuam membaca. Penilaian menyimak hendaknya dilakukan agar
benar-benar mengukur kemampua siswa menyimak bahan simakan yang diperdengarkan
sehingga siswa hanya mendapatkan satu kali kesempatan mendengarkan bahan
simakan. inilah sebenarnya yang sangat membedakan antara kemampua menyimak dan
kemampuan membaca. Dalam kemampuan menyimak siswa tidak bisa mendengarkan ulang
bahan simakan ketika menjawab pertanyaan sehingga ia sangat membutuhkan daya
konsentrasi yang tinggi. Selain itu dalam hal pemahaman, bahan simakan yang
diujikan hendaknya belum dibaca siswa atau didengar siswa sebelumnya. Kondisi
ini tidak bisa tercapai mengingat bahan simakan yang diujikan guru terdapat
dalam buku teks yang mungkin saja telah dibaca siswa berulang kali. Melihat
kondisi ini jelaslah penilaian kemampuan menyimak yang selama ini dilakukan
bersifat sangat bias.
Pembelajaran menyimak yang
dilakukan secara monoton, tidak mengaktifkan siswa, dan sangat bergantung pada
buku teks bermuara pula pada kenyataan bahwa pembelajaran menyimak tidak
menuntut siswa untuk berkarakter. Siswa cenderung menjadi kurang aktif, malas,
tidak suka bekerja keras, kurang disiplin, dan bersikap negatif terhadap
pembelajaran menyimak. Dengan kata lain, pembelajaran menyimak kurang diberdayakan
untuk membangun karakter siswa. Padahal, banyak sekali aktivitas menyimak yang
dapat dilakukan siswa sehingga siswa secara tidak sadar mengembangkan perilaku
positif yang berujung pada pembentukan karakter dirinya yang baik dan sesuai
dengan budaya bangsa. Kondisi ini tentu saja berdampak pada rendahnya kemampuan
siswa dalam menyimak sekaligus menyebabkan siswa kurang berkarakter.
Berbagai kondisi di atas
terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu faktor penyebab
utama adalah bahwa guru kurang memahami perannya selama pembelajaran menyimak.
Selama ini guru hanya beranggapan bahwa perannya selama pembelajaran menyimak
hanya menyajikan bahan simakan dan menyuruh siswa menjawab pertanyaan simakan.
padahal peran guru dalam pembelajaran menyimak sangatlah banyak. Beberapa peran
guru dalam pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut:
1.
Menyeleksi da mengorganisasikan bahan simakan secara mandiri
dan tidak bergantung pada buku teks. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan
pembelajaran menyimak menjadi tidak sama dengan pembelajaran membaca dan
penilaian kemampuan menyimak menjadi tidak bias.
2.
Menentukan aktivitas menyimak yang harus dilakukan siswa
selama proses pembelajaran menyimak. Hal ini dilakukan agar siswa mampu
menyimak secara aktif dan sekaligus membangun karakter positif dalam dirinya.
3.
Memilih dan memperkenalkan berbagai strategi yang mampu
melatih siswa berkonsentrasi, memahami bahan simakan, dan kreatif paska
menyimak. Hal ini harus dilakukan agar siswa beroleh berbagai strategi menyimak
yang tepat yang akan mereka pilih dan gunakan dalam berbagai kegiatan menyimak
dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Merancang pembelajaran menyimak berbasis kinerja aktif siswa.
Hal ini harus dilakuka agar proses pembelajaran menyimak bersifat aktif,
menyenangkan, dan sekaligus mampu membentuk keterampilan menyimak pada diri
siswa. Ingatlah bahwa pembelajaran menyimak bukan bertujuan agar siswaa hanya
beroleh pengetahuan informasional melainkan beroleh pengetahuan konseptual,
prosedural, dan metakognitif.
5.
Mengukur kemampuan menyimak siswa secar tepat dan tidak bias.
Pengukuran kemampuan menyimak pun hendaknya tidak dilakukan tanpa program
tetapi harus dilakukan secara intensif agar diketahui perkembangan kemampuan
siswa dalam menyimak.
Faktor lain yang menyebabkan
pembelajaran menyimak tidak dilakukan secara tepat adalah bahwa masih adanya
pandangan guru yang negatif terhadap kemampuan siswa. Banyak guru yang masih
beranggapan bahwa siswa memiliki kemampua yang kurang baik sehingga
pembelajaran menyimak hanya bisa dilakukan seadanya tanpa menuntut siswa
bekerja keras guna beroleh berbagai pengetahuan yang penting bagi dirinya.
Kondisi ini menyebabkan siswa kurang bermotivasi dalam belajar sehingga siswa
pun tidak terbiasa menggunakan berbagai potensi yang ada dalam dirinya.
Ujungnya berbagai potensi tersebut tdiak tergali sehingga kemampuan siswa yang
mumcul bukanlah kemampuan optimal yang bisa dilakukannya melainkan hanya
kemampuan dasar yang paling minimal. Dalam hal ini guru hendaknya berpandangan
positif kepada siswanya sehingga guru akan berusaha seoptimal mungkin menggali
potensi siswa selama pembelajaran menyimak.
Faktor terakhir yang
menyebabkan pembelajaran menyimak tidak efektif adalah bahwa guru sering kali
melakukan peran yang salah dalam pembelajaran menyimak. Peran yang salah
tersebut di antaranya adalah guru menceritakan terlebih dahulu inti isi bahan
simakan secara utuh sebelum pembelajaran, yang seharusnya hal ini dilakukan
siswa setelah proses menyimak. Akibat dari peran salah ini, siswa telah mengetahui
isi seluruh bahan simakan sehingga ia tidak termotivasi selama menyimak. Guru
seharusnya hanya menyajikan apresiasi sebelum kegiatan inti pembelajaran bukan
menceritakan ringkasan isi bahan simakan secara lengkap karena hal ini adalah
tugas menyimak yang akan dilakukan siswa. Selain spresiasi, guru juga dapat
mengajuka pertanyaan pemandu sebelum
sebelum siswa menyimak sehingga siswa dibiasakan menyimak bertujuan selama
pembelajaran.
G.
PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, MODEL, TEKNIK DAN
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
1. PENDEKATAN
Pendekatan
adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang
studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan
kepada asumsi yang berkaitan.
a. Pendekatan
komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa
pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
(Syafi’ie, 1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13).
Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan
fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
b. Pendekatan
Integratif
Pembelajaran
bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk terampil
berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu
proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
c. Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat
dalam proses pengajaran.
d. Pendekatan
Belajar Kooperatif
Belajar
kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja
sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.
e. Pendekatan
Tujuan
Pendekatan
tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang
bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f. Pendekatan
Struktural
Pendekatan
struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang
dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas
dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus
diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan
tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting,
jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural
siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami
kaidah-kaidahnya.
g. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di
sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.
2. METODE
Metode
pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
a. Metode
Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus
untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu
demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan.
b. Metode
Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus
mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa
pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu
sebagai alat komunikasi.
c. Metode
Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi
interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa
aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan
dengan berbicara dan menulis.
d. Metode
Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara
kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah
ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa
berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan,
penggunaan, dan pemahaman.
e. Metode
Konstruktivitas
Asumsi sentral
metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru
menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja
otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman
mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi
bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya
(belajar bagaimana seharusnya belajar).
f. Metode
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran
yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan
dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam
situasi dunia nyata.
3. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. (Soekamto dan Winaputra 1997:78-79)
a. Student
Teams - Achievment Divisions (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995) Langkah-langkah:
1. Membentuk
kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin).
2. Guru
menyajikan pelajaran.
3. Guru
memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru
memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak
boleh saling membantu
5. Memberi
evaluasi
6. Kesimpulan
b. Problem
Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah:
1. Guru
menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
3. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Guru
membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Demonstration
Langkah-langkah
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Guru
menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3. Menyiapkan
bahan atau alat yang diperlukan.
4. Menunjuk
salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan.
5. Seluruh
siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.
6. Tiap
siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
7. didemonstrasikan.
8. Guru
membuat kesimpulan
d. Word
Square
Media:
Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
1. Guru
menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru
membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa
menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai
pertanyaan )
4. Berikan
poin setiap jawaban dalam kotak.
e. Complete
Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
Langkah – langkah:
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau model
dengan waktu secukupnya.
3. Guru
membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen.
4. Guru
membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa
berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa
berdiskusi secara kelompok.
7. Setelah
jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai
mengerti.
8. Kesimpulan
f. Artikulasi
Langkah – langkah
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru
menyajikn materi sebagaimana biasa
3. Untuk
mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
4. Menugaskan
salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan
siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman
pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru
mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/
penutup
4. TEKNIK
Teknik
pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
1.
Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan
dipersiapkan secara cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kata
berimbuhan, semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut dapat dibacakan oleh
guru atau berupa rekaman suara guru atau suara orang lain. Model ini disimak
dan ditiru siswa.
2.
Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa
mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3.
Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa
menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa.
Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
4.
Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa
tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan
pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir
menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah
pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Apa yang
dikemukakan di atas hanya contoh dari sekian banyak teknik yang ada. Untuk itu,
guru harus kreatif dan aktif untuk mengaktifkan siswa.
5. EVALUASI
Evaluasi
digolongkan menjadi 2 yaitu tes dan non tes. Teknik non tes meliputi :
a. Rating Scale atau Skala Bertingkat menggambarkan suatu
nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak
terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan
untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah draf pertanyaan yang dibagi dalam
beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi
kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah
kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan
kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang
dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai
jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga
atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka
kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner
tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia
anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci
sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar Cocok adalah sebuah daftar yang berisikan
pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara adalah suatu cara yang dilakukan secara
lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi
yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara
bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban
secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab
pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang
dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan
terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1)
observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang
diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang
diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi
sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam objek
pengamatan.
f. Riwayat Hidup adalah, evaluasi ini dilakukan dengan
mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup
objek evaluasi tersebut.
Teknik Tes Meliputi:
a. Tes diagnostik yang berfungsi untuk menemukan
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
b. Tes formatif dilaksanakan pada akhir program belajar
mengajar.
c. Tes sumatif dilaksanakan pada akhir unit program
mengajar.
Proses evaluasi sangat penting untuk dilaksanakan pada
kegiatan atau proses belajar mengajar guna mengetahui seberapa efektifkah
proses atau kegitan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu
kondisi yang diperoleh dari suatu upaya guru dalam berusaha membelajarkan
peserta didik, sedangkan peserta didik berupaya menguasai kompetensi yang telah
dibelajarkan. Upaya pendidik dan peserta didik ini akan diketahui dari kondisi
keberhasilan pembelajaran, sehingga akan diperoleh informasi seberapa efektif
dan efisien kegiatan pembelajaran telah dilakukan bersama antara pendidik
dengan peserta didik.
Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu
kondisi yang dimiliki peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau
seperangkat kompetensi yang dengan sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat
diketahui dari evaluasi terhadap upaya pembelajaran yang sedang atau telah
dilakukan guru. Dari suatu evaluasi pembelajaran akan diperoleh informasi yang
sangat berharga, sebagai balikan (feedback) atau backwash dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru. Dari data hasil penilaian akan diperoleh
informasi bagian materi atau kompetensi yang pada umumnya belum dikuasai oleh
peserta didik. Dari data yang ada juga dapat diketahui informasi tentang
kehandalan metode, teknik atau media yang digunakan dalam pembelajaran. Apabila
data-data tersebut diberi makna oleh guru maka akan dapat memperbaiki kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukannya. Selain itu, informasi ini berarti pula
bagi peserta didik dalam merespon kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi, Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan
bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi,
dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan
untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
B.
SARAN
Sebagai calon
seorang guru hendaknya kita dapat memahami proses pembelajaran menyimak dengan
benar dari berbagai sumber yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib,
Zainal. (2013). Model-model, Media, dan
Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, Henry Guntur.
2008. Menyimak sebagai Suatu Ketarampilan
Berbahasa.
Bandung: Angkasa.