Wednesday, 15 April 2015

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DI KELAS TINGGI

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
      Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pengajaran bahasa sangatlah penting, mengingat kegiatan berbahasa sangat dominan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.
Pengajaran bahasa pada hakikatnya adalah mengajarkan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Namun untuk mampu berkomunikasi dengan baik, siswa harus memiliki keterampilan berbahasa.
H. G Tarigan dan Djago Tarigan dalam Astawan (2008: 112) menyatakan, keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut masing-masing berbeda dalam proses, namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Hal ini karena keempat aspek tersebut tidak bisa terpisahkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam pengajaran bahasa,  siswa diajarkan tentang menyimak terlebih dahulu, setelah itu barulah berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang keterampilan berbahasa pada aspek pembelajaran menyimak.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumusan adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian menyimak?
2.      Bagaimana tahapan menyimak?
3.      Ada berapa ragam menyimak?
4.      Apa tujuan menyimak?
5.      Bagaimana kondisi terkini dalam pembelajaran menyimak?
6.      Mengapa pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik?
7.      Pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan evaluasi apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak?
C.    TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pengertian menyimak.
2.      Mengetahui tahapan menyimak.
3.      Mengetahui ragam menyimak.
4.      Mengetahui tujuan menyimak.
5.      Mengetahui kondisi terkini pembelajaran menyimak.
6.      Mengetahui alasan penyebab pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik.
7.      Mengetahui berbagai pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan evaluasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN MENYIMAK
Beberapa pengertian menyimak dari berbagai pendapat para ahli yaitu :
1.       Tarigan (1994:28)
Menyatakan bahwa Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.       Anderson (dalam Tarigan 1994:28)
Menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994:28).
3.       Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menyimak (Mendengar,memperhatikan) mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran
4.       Russel
Menyimak bermakna memdengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. (Russell 1959)
5.       Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19)
Ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Kemampuan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen kemampuan baik kemampuan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis
6.       Underwood
Menyimak ialah kegiatan mendengar atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar.
7.       Baver
Menyimak adalah kemampuan seseoarang untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata.
8.       Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
9.       Menurut  Drs. Hanapi Natasasmita, Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak.
B.     TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Dalam menyimak terdapat tahap-tahap menyimak. Menurut Ruth G. Strickland (2008: 31) ada sembilan tahap dalam menyimak, tahap-tahap tersebut yaitu:
1.      Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2.      Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
3.      Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.
4.      Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5.      Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara fseksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.
6.      Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.
7.      Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan komentar ataupun mengajukan pertanyaan.
8.      Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9.      Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara (Stricland, 1957: (Dawson [et all], 1963: 154)
C.    TUJUAN MENYIMAK
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut :
1.      Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2.      Menyimak untuk menikmati, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3.      Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
4.      Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5.      Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6.      Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7.      Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8.      Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
D.    RAGAM MENYIMAK
Ragam menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu, menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
1)       Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.
Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai berikut:
a.       Menyimak Sosial
Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.
b.      Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
c.       Menyimak Estetik
Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
d.      Menyimak Pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah tersebut.
2)       Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a)menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.
Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut:
a.       Menyimak Kritis
Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
b.      Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
c.       Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
d.      Menyimak eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan menemukan;
1) hal-hal baru yang menarik,
2) informasi tambahan mengenai suatu topik,
3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.
e.       Menyimak interogatif
Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.
E.     PENYEBAB PEMBELAJARAN MENYIMAK TIDAK TERLAKSANA DENGAN BAIK
Tarigan (dalam Sutari, dkk. 1997:117–118) mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, yaitu:
Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
a.       Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan.
b.      Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim.
c.       Buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka.
d.      Guru-guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak.
e.       Bahan pengajaran menyimak sangat kurang.
f.       Guru-guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak.
g.      Jumlah murid per kelas terlalu besar.
F.     KONDISI TERKINI PEMBELAJARAN MENYIMAK
Berdasarkan teori pembelajaran menyimak dilaksanakan secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahasa lain. Namun, dalam pembelajaran di Sekolah Dasar hal tersebut belum terlaksana dengan baik. Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dan seringkali diremehkan oleh siswa maupun guru karena beranggapan bahwa semua orang yang normal pasti dapat menyimak dan kemampuan menyimak akan dikuasai oleh siswa secara otomatis. Pandangan seperti ini seharusnya dihilangkan. Kemampuan menyimak untuk memperoleh pemahaman terhadap wacana lisan tidak akan terbentuk secara otomatis atau hanya dengan perintah supaya mendengarkan saja (Subyantoro dan Hartono 2003:1).
Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam menyimak. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran menyimak yang benar dan latihan yang kontiniu karena suatu keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan (Tarigan, 1994:2).
Kondisi yang lebih memprihatinkan adalah bahwa pembelajaran menyimak dilakukan melalui kegiatan membaca. Hal ini terjadi karena guru hanya menggunakan bahan ajar yang berasal dari buku teks. Dalam buku teks bahan simakan memang telah dituliskan sehingga siswa dapat membacanya dan kenyataan ini mendorong guru untuk menyuruh siswa membaca teks yang seharusnya disimak siswa. Berdasrkan penelusuran yang dilakukan rata-rata guru berkilah bahwa mereka melakukan pembelajaran menyimak dengan cara tersebut disebabkan oleh kelangkaan media pembelajaran audio disekolah. Dalam pandangan penulis, ini hanya alasan yang dibuat-buat guru sebab pembelajaran menyimak dalam kondisi tanpa media pun dapat dilakukan secara ideal yakni dengan cara guru membacakan bahan simakan atau siswa yang membacakan bahan simakan untuk siswa lainnya. Alasan lain yang mengemuka adalah bahwa ujian nasional pun tidak menuntut keterampilan menyimak para siswa. Alasan ini muncul sekaitan dengan kenyataan bahwa memang tidak ada ujuan menyimak secara khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia; ujian menyimak hanya dilakukan pada pembelajaran bahasa Inggris. Namun alasan lain tidaklah benar sebab kemampuan menyimak tidak sekedar harus diuji melalui kegiatan ujian formal, tetapi bahwa keterampilan telah diuji secara alamian selama proses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, keterampilan menyimak merupakan keterampilan komunikatif penting yang harus dikuasai siswa bertemali dengan kenyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari siswa dituntut terampil menyimak dalam berbagai kondisi dan konteks komunikasi.
Dalam hal penilaian, kemampuan siswa menyimak dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang ada dalam buku teks. Penilaian yang dilakukan dengan cara demikian tentu sangat biasa sebab siswa bisa saja membaca kembali teks yang ada dalam upaya menjawab pertanyaan. Kondisi ini sangat mirip dengan pembelajaran membaca. Padahal seharusnya terdapat perbedaan antara penilaian kemampuan menyimak dengan penilaian kemampuam membaca. Penilaian menyimak hendaknya dilakukan agar benar-benar mengukur kemampua siswa menyimak bahan simakan yang diperdengarkan sehingga siswa hanya mendapatkan satu kali kesempatan mendengarkan bahan simakan. inilah sebenarnya yang sangat membedakan antara kemampua menyimak dan kemampuan membaca. Dalam kemampuan menyimak siswa tidak bisa mendengarkan ulang bahan simakan ketika menjawab pertanyaan sehingga ia sangat membutuhkan daya konsentrasi yang tinggi. Selain itu dalam hal pemahaman, bahan simakan yang diujikan hendaknya belum dibaca siswa atau didengar siswa sebelumnya. Kondisi ini tidak bisa tercapai mengingat bahan simakan yang diujikan guru terdapat dalam buku teks yang mungkin saja telah dibaca siswa berulang kali. Melihat kondisi ini jelaslah penilaian kemampuan menyimak yang selama ini dilakukan bersifat sangat bias.
Pembelajaran menyimak yang dilakukan secara monoton, tidak mengaktifkan siswa, dan sangat bergantung pada buku teks bermuara pula pada kenyataan bahwa pembelajaran menyimak tidak menuntut siswa untuk berkarakter. Siswa cenderung menjadi kurang aktif, malas, tidak suka bekerja keras, kurang disiplin, dan bersikap negatif terhadap pembelajaran menyimak. Dengan kata lain, pembelajaran menyimak kurang diberdayakan untuk membangun karakter siswa. Padahal, banyak sekali aktivitas menyimak yang dapat dilakukan siswa sehingga siswa secara tidak sadar mengembangkan perilaku positif yang berujung pada pembentukan karakter dirinya yang baik dan sesuai dengan budaya bangsa. Kondisi ini tentu saja berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menyimak sekaligus menyebabkan siswa kurang berkarakter.
Berbagai kondisi di atas terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu faktor penyebab utama adalah bahwa guru kurang memahami perannya selama pembelajaran menyimak. Selama ini guru hanya beranggapan bahwa perannya selama pembelajaran menyimak hanya menyajikan bahan simakan dan menyuruh siswa menjawab pertanyaan simakan. padahal peran guru dalam pembelajaran menyimak sangatlah banyak. Beberapa peran guru dalam pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut:
1.      Menyeleksi da mengorganisasikan bahan simakan secara mandiri dan tidak bergantung pada buku teks. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran menyimak menjadi tidak sama dengan pembelajaran membaca dan penilaian kemampuan menyimak menjadi tidak bias.
2.      Menentukan aktivitas menyimak yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran menyimak. Hal ini dilakukan agar siswa mampu menyimak secara aktif dan sekaligus membangun karakter positif dalam dirinya.
3.      Memilih dan memperkenalkan berbagai strategi yang mampu melatih siswa berkonsentrasi, memahami bahan simakan, dan kreatif paska menyimak. Hal ini harus dilakukan agar siswa beroleh berbagai strategi menyimak yang tepat yang akan mereka pilih dan gunakan dalam berbagai kegiatan menyimak dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Merancang pembelajaran menyimak berbasis kinerja aktif siswa. Hal ini harus dilakuka agar proses pembelajaran menyimak bersifat aktif, menyenangkan, dan sekaligus mampu membentuk keterampilan menyimak pada diri siswa. Ingatlah bahwa pembelajaran menyimak bukan bertujuan agar siswaa hanya beroleh pengetahuan informasional melainkan beroleh pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif.
5.      Mengukur kemampuan menyimak siswa secar tepat dan tidak bias. Pengukuran kemampuan menyimak pun hendaknya tidak dilakukan tanpa program tetapi harus dilakukan secara intensif agar diketahui perkembangan kemampuan siswa dalam menyimak.
Faktor lain yang menyebabkan pembelajaran menyimak tidak dilakukan secara tepat adalah bahwa masih adanya pandangan guru yang negatif terhadap kemampuan siswa. Banyak guru yang masih beranggapan bahwa siswa memiliki kemampua yang kurang baik sehingga pembelajaran menyimak hanya bisa dilakukan seadanya tanpa menuntut siswa bekerja keras guna beroleh berbagai pengetahuan yang penting bagi dirinya. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang bermotivasi dalam belajar sehingga siswa pun tidak terbiasa menggunakan berbagai potensi yang ada dalam dirinya. Ujungnya berbagai potensi tersebut tdiak tergali sehingga kemampuan siswa yang mumcul bukanlah kemampuan optimal yang bisa dilakukannya melainkan hanya kemampuan dasar yang paling minimal. Dalam hal ini guru hendaknya berpandangan positif kepada siswanya sehingga guru akan berusaha seoptimal mungkin menggali potensi siswa selama pembelajaran menyimak. 
Faktor terakhir yang menyebabkan pembelajaran menyimak tidak efektif adalah bahwa guru sering kali melakukan peran yang salah dalam pembelajaran menyimak. Peran yang salah tersebut di antaranya adalah guru menceritakan terlebih dahulu inti isi bahan simakan secara utuh sebelum pembelajaran, yang seharusnya hal ini dilakukan siswa setelah proses menyimak. Akibat dari peran salah ini, siswa telah mengetahui isi seluruh bahan simakan sehingga ia tidak termotivasi selama menyimak. Guru seharusnya hanya menyajikan apresiasi sebelum kegiatan inti pembelajaran bukan menceritakan ringkasan isi bahan simakan secara lengkap karena hal ini adalah tugas menyimak yang akan dilakukan siswa. Selain spresiasi, guru juga dapat mengajuka pertanyaan pemandu  sebelum sebelum siswa menyimak sehingga siswa dibiasakan menyimak bertujuan selama pembelajaran.
G.    PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, MODEL, TEKNIK DAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
1.      PENDEKATAN
Pendekatan adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
a.       Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi’ie, 1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13). Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
b.      Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
c.       Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses pengajaran.
d.      Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.  Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.
e.       Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f.       Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
g.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.
2.      METODE
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
a.       Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan.
b.      Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.
c.       Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
d.      Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
e.       Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
f.       Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata.
3.      MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Soekamto dan Winaputra 1997:78-79)
a.       Student Teams - Achievment Divisions (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995) Langkah-langkah:
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin).
2.      Guru menyajikan pelajaran.
3.      Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.      Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
5.      Memberi evaluasi
6.      Kesimpulan
b.      Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah:
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
3.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c.       Demonstration
Langkah-langkah
1.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.      Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3.      Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.      Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5.      Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.
6.      Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
7.      didemonstrasikan.
8.      Guru membuat kesimpulan
d.      Word Square
Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
1.      Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2.      Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
3.      Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai pertanyaan )
4.      Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
e.       Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah:
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.      Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya.
3.      Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen.
4.      Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap.
5.      Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6.      Siswa berdiskusi secara kelompok.
7.      Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti.
8.      Kesimpulan
f.       Artikulasi
Langkah – langkah
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.      Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
3.      Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
4.      Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.      Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6.      Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7.      Kesimpulan/ penutup
4.      TEKNIK
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
1.            Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kata berimbuhan, semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut dapat dibacakan oleh guru atau berupa rekaman suara guru atau suara orang lain. Model ini disimak dan ditiru siswa.
2.            Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3.            Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
4.            Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
Apa yang dikemukakan di atas hanya contoh dari sekian banyak teknik yang ada. Untuk itu, guru harus kreatif dan aktif untuk mengaktifkan siswa.
5.      EVALUASI
Evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu tes dan non tes. Teknik non tes meliputi :
a.       Rating Scale atau Skala Bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b.      Kuesioner adalah draf pertanyaan yang dibagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c.       Daftar Cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
d.      Wawancara adalah suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
e.       Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam objek pengamatan.
f.       Riwayat Hidup adalah, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
Teknik Tes Meliputi:
a.       Tes diagnostik yang berfungsi untuk menemukan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
b.      Tes formatif dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar.
c.       Tes sumatif dilaksanakan pada akhir unit program mengajar.
Proses evaluasi sangat penting untuk dilaksanakan pada kegiatan atau proses belajar mengajar guna mengetahui seberapa efektifkah proses atau kegitan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari suatu upaya guru dalam berusaha membelajarkan peserta didik, sedangkan peserta didik berupaya menguasai kompetensi yang telah dibelajarkan. Upaya pendidik dan peserta didik ini akan diketahui dari kondisi keberhasilan pembelajaran, sehingga akan diperoleh informasi seberapa efektif dan efisien kegiatan pembelajaran telah dilakukan bersama antara pendidik dengan peserta didik.
Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu kondisi yang dimiliki peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau seperangkat kompetensi yang dengan sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat diketahui dari evaluasi terhadap upaya pembelajaran yang sedang atau telah dilakukan guru. Dari suatu evaluasi pembelajaran akan diperoleh informasi yang sangat berharga, sebagai balikan (feedback) atau backwash dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Dari data hasil penilaian akan diperoleh informasi bagian materi atau kompetensi yang pada umumnya belum dikuasai oleh peserta didik. Dari data yang ada juga dapat diketahui informasi tentang kehandalan metode, teknik atau media yang digunakan dalam pembelajaran. Apabila data-data tersebut diberi makna oleh guru maka akan dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Selain itu, informasi ini berarti pula bagi peserta didik dalam merespon kegiatan pembelajaran yang dilakukan.



BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Jadi, Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.

B.     SARAN
Sebagai calon seorang guru hendaknya kita dapat memahami proses pembelajaran menyimak dengan benar dari berbagai sumber yang lebih lengkap.




DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran 
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Suatu Ketarampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.