Saturday, 16 April 2016

Pendidikan Karakter di SD: Manusia dan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter di Indonesia saat ini banyak sekali yang membahas mengenai pendidikan karakter, salah satunya pada acara seminar, baik seminar lokal maupun Nasional. Jika kita browsing di internet mengenai pendidikan karakter, maka pasti banyak sekali blog yang membahas tema pendidikan karakter. Sebagian besar tulisan menaruh harapan besar mengenai pentingnya arti pendidikan karakter. Ada juga yang menawarkan cara melaksanakan pendidikan karakter baik di lingkungan sekolah, masyarakat ataupun di Negara (bernegara). Semua itu patut diapresiasi sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap urgensi pendidikan karakter pada saat ini.
Terkait dengan pendidikan karakter dalam Islam, akhir-akhir ini orang semakin  menyadari betapa pentingnya pendidikan karakter atau dalam  Islam disebut dengan istilah pendidikan akhlak mulia. Sebagian ataupun seluruh orang setuju dengan teori tersebut. Semuanya menganggap penting. Bahkan   yang selalu muncul adalah sama-sama saling memperkuat pernyataan itu.
Kecerdasan intelektual tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau berakhlak mulia  maka  disebut sebagai manusia tidak beradab dan tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah,  maupun di masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan pendidikan agama.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka makalah ini akan membahas tentang pendidikan karakter perspektif pendidikan akhlak.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan pertanyaan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Apa pengertian karakter dan akhlak?
2.      Bagaimana hakikat pendidikan karakter dalam islam?
3.      Bagaimana tujuan pendidikan karakter dalam islam?
4.      Apa saja nilai-nilai karakter?
5.      Bagaimana peran pendidikan agama dalam pembentukan karakter?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari karakter dan akhlak
2.      Untuk mengetahui bagaimana hakikat pendidikan karakter dalam islam
3.      Untuk mengetahui bagaimana tujuan pendidikan karakter dalam islam
4.      Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai karakter
5.      Untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan agama dalam pembentukan karakter










BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Karakter Dan Akhlak
1.      Karakter
Mengetahui definisi karakter, dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi kebahasaan dan sisi istilah. Menurut bahasa (etimologi) istilah karakter berasal dari Bahasa Latin Kharakter, kharassein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam Bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata karakter.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter dapat diartikan sebagai tabiat perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan (kebiasaan).
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
a)      Thomas Lickona menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way”.
b)      Kertajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar kepada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, serta merespon sesuatu.
c)      Donie Koesumo A. memahami karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima oleh lingkungan.
d)     Munir menyatakan karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang memang sangat mendasar pada diri seseorang, hal-hal yang sangat abstrak pada diri seseorang, dan sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai.
2.      Akhlak
Menurut etimologi arab, akhlak adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang memiliki arti perangai (as-sajiyah); kelakuan, tabiat atau watak dasar (ath-thabi’ah); kebiasaan atau kelaziman (al-‘adat); peradaban yang baik (al-muru’ah); dan agama (ad-din).10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Selanjutnya Mahmud merujuk pendapat Ghozali, mengatakan dari sisi bahasa kata al-Khalaq (fisik) dan al-Khuluq (akhlak) adalah dua kata yang sering dipakai secara bersamaan. Karena manusia terdiri dari dua unsur fisik dan non-fisik. Unsur fisik dapat dilihat oleh mata kepala. Sedangkan unsur non fisik dapat dilihat oleh mata batin.
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat pengertian tentang akhlak, diantaranya :
a)      Ibnu Maskawih mengatakan akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa memikirkan (lebih lama).
b)      al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya menimbulkan perbuatan-perbuatan yang gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu.
c)      Amin sebagaimana yang dikutip oleh Ya’kub mengatakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Berdasarkan penjelasan dan definisi akhlak di atas menurut filusuf dan ajaran Islam, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terparti dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu.
Artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan reflek dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu darinya muncul perbuatan perbuatan terpuji -menurut rasio dan syari’at- maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk.
B.       Hakikat Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan karakter menurut Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya.
Definisi lain dikemukakan oleh Ghofar pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
            Zuhriyah mengatakan bahwa pendidikan karakter sama dengan pendidikan budi pekerti (akhlak). Tujuan budi pekerti (akhlak) adalah untuk mengembangkan watak atau tabi’at siswa dengan cara menghayati nilai-nilai keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, dan kerjasama yang menekankan ranah efektif (perasaan, sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional) dan ranah psikomotorik (ketrampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat dan kerjasama). Dan seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan dalam hidupnya.
Pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
Pendidikan karakter sangat berguna untuk merubah manusia menjadi manusia yang berkarakter baik. Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.
           Orang yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15).
Dalam al-Quran, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Asy-Syam: 8-10.
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ   ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ   ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ  
   “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 8-10).
Karakter dapat diartikan juga dengan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berlandaskan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat yang berlaku di lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka karakter tersebut sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadan dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada al-Quran dan as-Sunah (hadis).
Dalam islam terdapat 3 pilai pendidikan karakter yaitu: (1) ahlak, yaitu yang merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari’ah dan ajaran islam secara umum. (2) adab, yaitu yang merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkahlaku yang baik. (3) keteladanan, yaitu merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan  oleh seorang muslim yang b aik yang mengikiti keteladanan Nabi Muhammad Saw. Ketiganya menjadi nilai utama dalam pendidikan karakter dalam sudut pandang islam.
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
C.    Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Islam
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolok ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW.  Sebagaimana seperti dalam hadis riwayat Muttafaq ‘alaih, berikut:
وعن انس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله علي وسلم احسن الناس خلقا (متفق عليه)
Artinya: “Anas ra. Berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik budi pekertinya””. (Muttafaq ‘alaih). (Mustofa Said al-Khim, dkk.2012: 695)
Dari hadis tersebut bahwa sangat jelas akhlak Rasulullah adalah bukti bahwaakhlak beliau sangat sempurna. Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila hendak mengarahkan pendidikan,dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, sebaiknya harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.
Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.
ûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムÎû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ  
“dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. al-Imran: 134)
Dari uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
D.    Nilai-nilai Karakter
Menurut Richad Eyre dan Linda yang dikutip oleh Majid dan Andayani,  menjelaskan Nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun orang lain. Inilah prinsip yang memungkinkan tercapai ketentraman atau tercegahnya kerugian atau kesusahan.
            Menurut Djahiri yang dikutip oleh Gunawan mengatakan nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu atau tentang apa yang berharga atau tidak berharga untuk dicapai.
            Jadi yang dimaksud dengan nilai disini adalah harga sesuatu atau sifat dari sesuatu (konsepsi abstrak) yang dapat memberi makna yang dijadikan sebagai landasan pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang tentang apa yang baik, benar, bijaksana dan yang berguna.
Dari uraian tersebut di atas,  dapat dirumuskan bahwa nilai karakter (akhlak) adalah konsepsi abstrak yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang tentang apa yang baik, benar, bijaksana dan yang berguna untuk mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk di sekelilingnya. Karakter atau akhlak sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segilahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Karakter atau akhlak dapat diukur secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai Karakter atau akhlak yang nantinya bisa terwujud dalam bentuk perilaku dan membentuk satu kepribadian. 
Nilai dalam Pendidikan Islam berkisar antara dua demensi yakni nilai-nilai Ilahiyah dan nilai-nilai Insaniyah. Nilai-nilai Ilahiyah dapat dikembangkan dengan menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar.
            Dalam bahasa Al-Qur’an dimensi hidup Ketuhanan ini juga disebut jiwa rabbaniyyah atau ribbiyah. Dalam surat Ali Imran  ayat 79 dan 146 Allah berfirman :
$tB tb%x. @t±u;Ï9 br& çmuŠÏ?÷sムª!$# |=»tGÅ3ø9$# zNõ3ßsø9$#ur no§qç7Y9$#ur §NèO tAqà)tƒ Ĩ$¨Z=Ï9 (#qçRqä. #YŠ$t6Ïã Ík< `ÏB Èbrߊ «!$# `Å3»s9ur (#qçRqä. z`¿ÍhŠÏY»­/u $yJÎ/ óOçFZä. tbqßJÏk=yèè? |=»tGÅ3ø9$# $yJÎ/ur óOçFZä. tbqßâôs? ÇÐÒÈ  
Artinya : “tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah- penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani47, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.(QS. Ali Imran : 79)
ûÉiïr'x.ur `ÏiB %cÓÉ<¯R Ÿ@tG»s% ¼çmyètB tbqÎn/Í ×ŽÏWx. $yJsù (#qãZydur !$yJÏ9 öNåku5$|¹r& Îû È@Î6y «!$# $tBur (#qàÿãè|Ê $tBur (#qçR%s3tGó$# 3 ª!$#ur =Ïtä tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÍÏÈ 
Artinya : “dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”.(QS. Ali Imran : 146)  
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yaitu :
a)      Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Jadi  tidak cukup kita hanya percaya kepada Allah, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b)      Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya dengan  meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan.
c)      Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun kita berada.
d)     Taqwa, yaitu sikap yang ridho untuk menjalankan segala ketentuan  dan menjahui segala larangan.
e)      Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-mata demi memperoleh ridha atau perkenaan Allah dan bebas dari pamrih lahir atau bathin.
f)       Tawakkal yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan memberikan jalan yang terbaik bagi hambanya.
g)      Syukur yaitu sikap penuh rasa terimaksih dan penghargaan atas karunia Allah yang tidak terbilang jumlahnya.
h)      Sabar yaitu sikap tabah dalam mengahdapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin.
Tentu masih banyak lagi nilai-nilai ilahiyah yang diajarkan dalam Islam, akan tetapi nilai-nilai di atas telah cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu ditanamkan kepada anak didik, yang merupakan bagian amat penting dalam Pendidikan Islam.
Selanjutnya nilai-nilai Insaniyah ini terkait dengan nilai-nilai budi luhur. Nilai-nilai ini sebagai pegangan dalam menjalankan pendidikan kepada anak  didik, nilai-nilai akhlak berikut patut dipertimbangkan :
a)      sillat al-rahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antar sesama
b)      al-Ukhuwah yaitu semangat  persaudaraan baik kepada muslim maupun non muslim
c)      al-Musawamah yaitu suatu sikap pandangan bahwa manusia adalah sama dalam harkat dan martabat
d)     al-Adalah yaitu sikap wawasan seimbang atau balance dalam memandang, menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang
e)      Husnu al-Dzan yaitu sikap berbaik sangka kepada sesama manusia
f)       at-Tawadlu yaitu sikap rendah hati dan menyadari bahwa semua adalah milik Allah
g)      al-Wafa’ yaitu sikap tepat janji
h)      Insyirah yaitu sikap lapang dada yaitu sikap menghargai orang lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya
i)        al-Amanah yaitu sikap yang dapat dipercaya
j)        iffah atau ta’affuf yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong dan tetap rendah hati
k)      Qawamiyyah yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir dalam menggunakan harta melainkan sedang antar keduanya
l)        al-munfiqun yaitu sikap mau menolong sesama manusia terutama mereka yang kurang beruntung.
E.     Peran pendidikan agama dalam pembentukan karakter
            Sejak sampai saaat ini masih belum berhenti perdebatan diseputak kalangan kita tentang peranan pendidikan agama bagi pembentukan karakter. Menurut mantan presiden RI pertama Soekarno  berulang-ulang menegaskan bahwa agama adalah unsur mutlak dalam nasional. Hal ini diperkuat dengan pendapat dengan pendapat Sumahawijaya yang mengatakan bahwa karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak mempunyai arah, mengambang , kropos, sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh karenanya, landasan dari pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama.
            Menurut Lickona pendidikan karakter dan pendidikan agama tidak bisa disatukan, dikarnakan pendidikan agama bersifat vertikal yaitu hubungannya manusia dengan tuhan. Sementara pendidkan karakter bersifat horizontal yaitu mempelajari hubungan antata manusia dengan manusia.
            Akan tetapi menurut Koesuma dalam, konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia, pemisahan teoritis antara pendidikan agama dan pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan patutlah dipertanyakan kesahihannya. Sebab jika pemisahaan itu terjadi, dasar kehidupan bernegara kita akan timpang. Menurutnya ada dua alasan lickona yang kurang tepat. Pertama, lickona mengatakan bahwa kehidupan religius seseorang merupakan urusan antara individu dengan tuhannya. Ini adalah sebuah kehidupan beragama secara keliru. Keberagamaan dapat menjadi pondasi kokoh bagi pelaksanaan penidikan karakter, terutama agam akan menjadi dasar kokoh yang tak tergoyahkan bagi pelaksanaan nilai-nilai moral ketika nilai-nilai moral tersebut diyakini sebagai berasal dari perintah tuhan sendiri.Kedua Licona mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan relasi antar individu didalam masyarakat, namun hal ini akan menciptakan corak relasi antar pribadi yang semu sebab individu yang dihormati itu ternyata tidak termasuk keyakinan agamanya. Relasi seperti ini tidak autentik sebab ia hanya menghormati individu secara parsial. Menghormati individu sesungguhnya merupakan kesediaan dan keterbukaan hati untuk menghormati keyakinan iman dan ajaran kepercayaan dari individu tersebut. Individu dikatakan tidak menghormati individu lain jika ia tidak dapat menghargai keyakinan dan kepercayaan orang lain.
            Oleh karena itu pendidikan agama merupakan dukungan dasar yang tak tergantikan bagi keutuhan pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur yang mutlak kebaikan dan kebenarannya.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Sedangkan akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Jadi Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya.
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia.
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yaitu : Iman,Islam,Ihsan, Taqwa,Ikhlas, Tawakkal, Syukur, dan Sabar.
Peran pendidikan agama terhadap pendidikan karakter,pendidikan agama merupakan  dukungan dasar yang tak tergantikan bagi keutuhan pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur yang mutlak kebaikan dan kebenarannya.
B.     Saran
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan sejak dini kepada siswa, karena karakter akan menunjukkan jati diri seseorang sebenarnya, karater akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, Untuk guru dan calon guru sebaiknya dapat mencontohkan karakter yang baik terhadap siswanya,dan dapat memilih strategi yang tepat dalam penanaman karakter terhadap siswa,terutama dalam penanaman akhlak, sehingga dapat membentuk pribadi siswa yang berakhlak mulia, karena akhlak mulia adalah pangkal kebaikan.



DAFTAR PUSTAKA
Majid Abdul.(2013).Pendidikan Karakter Perspektif Islam.Bandung:Rosdakarya.
Julianti.(2013).Pendidikan Karater Dalam Perspektif Islam.(Online).Tersedia:  





Referensi lain (PGSD)


https://universitas-majalengka.academia.edu/MamayMaesari