Thursday, 5 November 2015

Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Rusman, 2011:201).  Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Maka dari itu kami memilih judul model pembelajaran kooperatif agar dapat menjadi pengangan pada saat mengajarkan IPA untuk sekolah dasar.
       B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud konsep dasar model pembelajaran kooperatif?
2.      Bagaimana sintak-sintak model pembelajaran kooperatif?
3.      Apa kelebihan model pembelajaran kooperatif?
4.      Apa kelemahan model pembelajaran kooperatif?
 C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep dasar model pembelajaran kooperatif.
2.      Untuk mengetahui sintak-sintak model pembelajaran kooperatif.
3.      Untuk mengetahui kelebihan model pembelajaran kooperatif.
4.      Untuk mengetahui kelemahan model pembelajaran kooperatif.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperatif learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperatif learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperatif learning, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman (2011:203) bahwa pembelajaran cooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara pelajar belajar itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah:
1.      Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2.      Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3.      Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.      Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6.      Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.      Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat empat hal yang penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni: adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok dan adanya kompetensi yang harus diicapai oleh kelompok.
Berkenaan dengan pengelompokkan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan siswa, perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative task atau tugas kerja sama dan cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
Sebagai pembeda dengan pembelajaran kelompok yang lain, pembelajaran kooperatif mempunyai ciri khusus, yaitu:
a.       Tujuan kelompok
Tujuan kelompok ialah tujuan yang akan dicapai melalui proses kerja sama dalam menguasai sesuatu konsep yang dipelajari. Tujuan ini dicapai melalui usaha bersama semua anggota kelompok. Dengan demikian, setiap anggota mempunyai peranan tertentu yang jelas dalam usaha kelompok mencapai tujuan yang ditetapkan.
b.      Interaksi sosial
Setiap anggota kelompok akan berinteraksi secara langsung dalam kelompok. Interaksi ini dimaksudkan agar setiap kelompok dapat berhubungan, saling membantu, toleran, dan berkomunikasi secara efektif dan etis.
c.       Ketergantungan postif
Keberhasilan kelompok bergantung kepada keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Setiap anggota mempunyai tanggungjawab untuk mencapai keberhasilan kelompok. Prinsip ini dikenal sebagai ketergantunga positif. Untuk mencapai keberhasilan dalam prinsip ini, perlu ada pembagian tugas kepada semua anggota kelompok sehingga mereka akan berpartisipasi secara aktif terhadap kelompoknya.
Berdasarkan pola atau metode pembelajaran kooperatif ini, selanjutnya pola ini di padukan dengan model lain sehingga jiwa kooperatif melekat pada model pembelajaran tersebut. Bertemali dengan konsepsi ini, berikut dipaparkan beberapa metode pembelajaran kooperatif yang nantinya akan diambil polanya untuk diinterasikan dengan model pembelajaran lain.



1. Student Team Achievement Division (STAD)
Dalam pembelajaran kooperatif beberapa metode, salah satunya adalah Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep semua anggota kelompok berbagai tanggung jawab. Siswa secara individu diberi suatu tes yang ikut berpengaruh terhadap evaluasiseluruh anggota kelompok. Hasil belajar kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lainya guna memperoleh penghargaan.
2. Teams Assisted Individualization (TAI)
Slavin (2005) dalam Abidin Yunus,2014:251menyatakan, “Teams Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dengan pemberian batuan secara individual dari siswa yang pandai atau guru kepada siswa yang lemah”. Selanjutnya Slavin (2005) dalam Abidin Yunus, 2014:251 menjelaskan bahwa pada proses pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan sebagai berikut:
a.       Pembentukan Kelompok
Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut belajar dan lebih khusus adalah mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tugas tes dengan baik.
b.      Tes Penempatan
Para siswa diberi tes pada permulaan program. Soal yang diberikan berkenaan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dianggap perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan. Tujuannya untuk mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu dan memudahkan guru dalam memberikan batuan jika diperlukan.
c.       Meningkatkan Kreativitas
Strategi memecahkan masalah ditekankan pada seluruh materi. Masing-masing unit terbagi dalam satu lembar petunjuk, berisi konsep-konsep yang diperkenalkan oleh guru dalam pembelajaran kelompok. Beberapa lembar praktek keterampilan memperkenalkan sebuah subketerampilan yang membawa pada ketuntasan keseluruhan keterampilan, lalu tes formatif di tambah tes unit.
d.      Belajar dan Kelompok
Langkah-langkah dalam mengajarkan unit kelompok masing-masing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Para siswa membentuk pasangan-pasangan atau bertiga dalam suatu kelompok untuk pengecekan.
2)      Para siswa membaca lembar petunjuk dan meminta teman sekelompok atau guru bila perlu.
3)      Masing-masing siswa mengajarkan misalnya 4 soal pertama, dengan menggunakan praktek keterampilan sendiri dan kemudian meminta seorang teman kelompok untuk memeriksa jawaban yang ada di belakang lembar soal. Bila ke-4 jawaban tersebut benar siswa tersebut boleh meneruskan pada praktek keterampilan berikutnya. Bila ada yang salah, siswa itu harus mencoba soal berikutnya yang benar.
4)      Bila seorang siswa memdapat sebuah balok dengan 4 jawaban benar siswa tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktik keterampilan terakhir. Pada tes formatif ini, siswa bekerja sendiri sampai selesai.
5)      Siswa menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk menentukan kriteria kelompok.
e.       Nilai Kelompok dan Penghargaan kelompok
Diakhir minggu guru menghitung skor tiap kelompok dengan berbagai kriteria. Kriteria yang tinggi dibuat untuk kelompok-kelompok super, kriteria menengah dengan kelompok hebat dan kriteria minimum untuk kelompok baik.
f.       Pengajaran Materi-materi Pokok oleh guru
Pelajaran dirancang untuk membantu siswa memahami hubungan antara bidang yang mereka hadapi. Pada umumnya siswa mengingingkan agar konsep khusus diberikan pada mereka dalam pengajaran kelompok sebelum mereka mengerjakan latihan unit secara individual.
g.      Tes Fakta
Ini merupakan tes yang dilakukan setelah subpokok bahasan diajarkan. Lamanya tes sekitar 20 menit.
h.      Pengajaran unit-unit secara Klasikal
Setelah pembelajaran selesai, guru membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa.
3.Team Games Tournament (TGT)
Slavin (2005) dalam Abidin Yunus,2014: 254 menyatakan bahwa metode TGT merupakan prosedur pembelajaran yang memberikan kesmpatan kepada kelompok untuk berkompetisi dengan kelompok lain sehingga siswa bergairah belajar. Secara garis besar tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (2005) adalah sebagai berikut:
1)      Tahapan Persiapan
Guru mempersiapkan materi berikutnya perangkat pembelajaran termasuk LKS, dan perlengkapan turnamen.
2)      Tahapan Penyajian Materi
Pada tahapan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pokok ini dalam kehidupan sehari-hari.
3)      Tahap Kegiatan Kelompok
Peran guru alam tahap ini adalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok.
4)      Tahap Turnamen Akademik
Guru menyampaikan aturan perminan yang harus diikuti oleh setiap siswa dalam pelaksanaan turnamen akademik.
5)      Tahap Perhitungan Kelompok
Perhitungan skor dilakukan berdasarkan ketentuan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.
6)      Tahap Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan rata-rata skor kelompok yang diperoleh masing-masing anggotanya dengan kriteria penghargaan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.
7)      Penutup
Guru mengulas mengenai materi dan soal-soal turnamen yang telah dipelajari.
1.      Jigsaw
Model belajar kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.(1979) dalam Abidin Yunus,2014:255  sebagai metode cooperative learning. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Tahap perkembangan kooperatif tipe jigsaw sebagaimana dikemukakan Slavin (2005) dalam Abidin Yunus,2014:256 adalah sebagai berikut:
Tahap pertama, guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil heterogen. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti kemampuan akademis.
Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari suatu materi tertentu. Kemudian siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing yang mempelajari suatu materi yang sama bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain dalam kelompok ahli. Materi tersebut didiskusikan sehingga masing-masing perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.
Tahap ketiga, masing-masing perwakilan kelompok kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan pada teman satu kelompoknya mengenai materi yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga semua anggota kelompoknya memahami materi yang ditugaskan oleh guru.
Tahap selanjutnya, siswa diberi tes/kuis oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam memahami suatu materi dengan metode belajar kooperatif tipe jigsaw. Setelah kuis selesai, dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok serta menentukan tingkat penghargaan pada kelompok.

B.     Sintak-sintak Model Pembelajaran Kooperatif
a.       Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan di capai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
b.      Tahap 2 : Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Setiap  pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai dengan penyajian meteri oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran. Dalam penyajian kelas dapat digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan dengan bahan ajar.
c.       Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Guru menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang, dengan cara mengurutkan siswa dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademiknya. Kelompok yang sudah dibentuk diusahakan berimbang selain menurut kemampuan akademik juga diusahakan menurut jenis kelamin dan etnis.
d.      Tahap 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar tugas, guru menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari model pembelajaran kooperatif. Guru membimbing siswa untuk bekerja dan belajar. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa anggota kelompok benar-benar belajar.
e.       Tahap 5 : Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru melakukan evaluasi agar setiap siswa menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok, dengan cara menjawab pertanyaan dari guru. Jawaban dari siswa dapat menambah nilai kelompoknya. Dalam hal ini guru memberikan evaluasi dalam bentuk lisan dan tulisan.
f.       Tahap 6 : Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara- cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu.
Kelompok yang mendapat nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru, seperti pujian verbal, poin kelompok, umumkan dikelas, menulis komentar positif, memilih murid berprestasi, tulis nama siswa di papan tulis.
Penghargaan yang diberikan dapat membuat sebuah kelompok lebih kompak dan lebih aktif lagi dalam belajar.
1.      Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model kooperatif begitu menjunjung tinggi nilai- nilai demokratis yang didasarkan pada kesepakatan kolektif antar anggota dalam setiap kelompok.
Aktivitas kelompok disajikan melalui struktur eksternal minimalis yang dimediasi oleh seorang guru. Siswa maupun guru memiliki status yang sama namun peran yang berbeda dalam mengefektifkan pembelajaran kooperatif ini. Siswa berperan sebagai pelaksana diskusi, sementara guru bertugas sebagai fasilitator dalam mendesain lingkungan kooperatif yang kondusif.
2.      Peran/ tugas guru
Dalam model ini, guru terkadang berperan sebagai konselor, konsultan dan terkadang pula sebagai pemberi kritik yang ramah. Dia harus membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok dalam beberapa tingkatan berikut ini:
pertama, pemecahan masalah atau level tugas (apa masalahnya, apa saja faktor yang terlibat didalamnya)
kedua, level managemen kelompok ( informasi apa yang dibutuhkan saat ini, bagaimana mengatur kelompok untuk membicarakan informasi tersebut)
ketiga, level pribadi (apa tanggapan masing- masing anggota mengenai kesimpulan yang telah diperoleh kelompok, langkah lain apa yang akan dilakukan setelah memperoleh kesimpulan tersebut.
3.      Sistem dukungan
Sistem dukungan dalam pembelajaran kooperatif haruslah ekstensif dan responsif terhadap semua kebutuhan siswa. Sekolah harus dilengkapi dengan sebuah ruang perpustakaan yang menyediakan informasi dari berbagai macam media, sekolah juga harus menyediakan akses terhadap referensi- referensi luar. Siswa haruslah didorong untuk melacak dan menghubungi orang- orang yang bisa dijadikan referensi di luar sekolah.
4.      Pengaruh
Model ini sangatlah menarik dan bermanfaat, serta komperehensif, ia juga memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi sosial, pembelajaran, proses kolektif.
Model ini bisa diterapkan untuk semua subjek pelajaran, pada siswa dalam semua tingkat umur, jika guru memang berkeinginan untuk menekankan proses formulasi dan pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pengetahuan dibandingkan memasukkan informasi yang belum terstruktur dan belum ditetapkan. Diantara pengaruh instruksional model ini adalah efektivitas pengelolaan kelompok, konstruksi pengetahuan, dan kedisiplinan dalam penelitian kolabboratif. Sementara itu, pengaruh pengiringnya antara lain : kemandirian sebagai pembelajar, penghargaan pada pihak orang lain, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan kehangatan dan interpretasi interpersonal.

C.     Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya:2006 dalam blog Syarif, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan sebagai berikut:
1.      Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2.      Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3.      Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4.       Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.       Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6.      Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7.        Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8.       Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

D.    Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Sebenarnya semua model, metode, strategi pengajaran dan pembelajaran itu baik, dan semuanya itu tergantung bagaimana guru mampu mengelola proses pelaksanaanya. Dan masing-masing itu juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada pemahaman dan keterampilan guru dalam pelaksanaanya.
Kekurangan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari pendidik dan peserta didik. Yaitu:
1.      Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang disamping itu memerlukan banyak tenaga, pikiran dan waktu.
2.      Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas alat dan biaya yang cukup memadai.
3.      Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
4.      Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Sedangkan menurut Sanjaya:2006 dalam blog Syarif, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan sebagai berikut:
1.      Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2.      Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa.
3.      Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif kepada hasil kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau presentasi yang diharapkan sebenarnya adalah hasil atau presentasi setiap individu siswa.
4.      Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali penerapan strategi.
5.      Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang  hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu.

Sebenarnya apabila guru telah berperan baik sebagai fasilitator, motivator. Mediator, mapun sebagai evaluator, maka kelemahan yang ditemukan dalam model cooperatif learning ini dapat diatasi. Sehingga peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pembelajaran IPA dengan mengunakan model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembelajaran model belajar kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang untuk memecahkan masalah. Bahasa sesama siswa mungkin akan lebih mudah dipahami daripada bahasa guru, sehingga siswa lebih terbuka pada tutor sebaya nya.
Manfaat dari model belajar kooperatif diantaranya adalah melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, membelajarkan siswa agar percaya pada kemampuan diri sendiri dan melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kepekaan sosial.

B.     Saran
Untuk para guru dalam proses pembelajaran lebih baik menggunakan strategi kooperatif dengan berbagai metode-metode seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima dan memahaminya.
Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang lain.





DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
Huda, M. (2014). Model- model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Rusman. (2011). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Widodo, A. dkk. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bandung:UPI PRESS.

Syarif. (2011). Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif.

(Online). Tersedia: http://syariftugas.blogspot.com/2011/10/adapun-kelebihandan-kekurangan-dari.html. (2 Maret 2015)

Muslihudin, E. (2013). “Jurnal Penelitian Pembelajaran Kooperatif”.Jurnal
FPGSD UNG, 7.



Model Pembelajaran Interaktif

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu bentuk keterbukaan dan rasa percaya diri siswa adalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa pada saat tidak memahami sesuatu yang sedang dipelajari, ditemui, dilihat, atau dirasakan oleh siswa. Banyak siswa yang menghadapi berbagai permasalahan saat belajar, tetapi sering tidak dapat mengemukakan pertanyaannya.
Model belajar interaktif ini merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani mengungkapkan keingintahuannya dan ketidaktahuannya terhadap konsep yang sedang dipelajarinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana model pembelajaran interaktif ini?
2.      Bagaimana karakteristik model pembelajaran interaktif?
3.      Bagaimana sintaks/tahapan dalam model pembelajaran interaktif?
4.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran interaktif?

C.    Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran interaktif.
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran interaktif.
3. Untuk mengetahui sintaks/tahapan dalam model pembelajaran interaktif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran interaktif.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan belajar yang merujuk pada pandangan konstruktivis. Menurut Margaretha, model pembelajaran interaktif menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa. Sedangkan Suparman mengemukakan bahwa model pembelajaran interaktif merupakan proses yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik. Hal ini diperkuat oleh Faire dan Cosgrove yang mengemukakan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang agar siswa mau bertanya, kemudian menemukan jawaban mereka sendiri. (Abdul Majid, 2014:84).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya dengan cara membuat pertanyaan mengenai topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Siswa bertanya melalui aktivitas terbuka dengan berbagai alasan.
Jenis pertanyaan yang muncul akan bermacam-macam dan mungkin tidak jelas, tidak terpusat pada topik yang sedang dipelajari atau pertanyaan yang jawabannya dapat dijawab tanpa penyelidikan. Oleh karena itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian menuliskan setiap pertanyaan pada papan tulis. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian bersama-sama dipilih oleh siswa untuk diselidiki jawabannya. Beberapa pertanyaan yang memiliki maksud yang sama juga dipilih satu. Mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul perlu diubah agar mudah dipahami oleh siswa. Di sini guru membantu siswa dalam mengungkapkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Dengan demikian dari banyak pertanyaan yang muncul tinggal beberapa saja. Setelah terpilih sesuai dengan kesepakatan bersama siswa, kemudian pertanyaan tersebut dituangkan dalam suatu aktivitas.
Model pembelajaran interaktif memberikan struktur pengajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Siswa diajak untuk berpikir tentang konsep yang akan dipelajari, kemudian direfleksikan melalui keingintahuannya dan diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab sendiri oleh siswa melalui penyelidikan. Guru tidak terlibat terlalu jauh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi menjawab pertanyaan siswa dengan pertanyaan, sehingga siswa akan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya sendiri.

B.     Karakteristik Model Pembelajaran Interaktif
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pertanyaan yang muncul sangat di mungkinkan bervariasi, mungkin ada yang berkaitan dengan topic yang di bahas atau tidak, dan bahkan ada yang tidak perlu dijawab. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran interaktif dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Louisel dan Descamps dalam Abdul Majid (2014:85), berpendapat bahwa pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:
1)      Meningkatkan tingkat berpikir siswa
2)      Mengecek pemahaman siswa
3)      Meningkatkan partisipasi belajar siswa
Menurut Suparman dalam Abdul Majid (2014:85), pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perseorangan
b)      Keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi
c)      Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis
d)     Menerapkan pola komunikasi banyak arah
e)      Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan
f)       Potensial dapat menghasilkan dampak pengiring lebih efektif
g)      Dapat digunakan didalam maupun luar kelas
Sementara Ahmad Sabari dalam Abdul Majid (2014:85) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus di perhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model pembelajaran interaktif yaitu sebagai berikut:
1)      Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa
2)      Model pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa lainnya
3)      Model pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan
4)      Model pembelajaran harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
5)      Model pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6)      Model yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Usmanr (1990) mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dengan siswa, antara siswa dengan gru, dan antara siswa dengan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagai mana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada mixed ability, karena pada umumnya interaksi terjadi antar siswa pandai dengan guru.  oleh karena itu, agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang menyatakan bahwa hal-hal bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa. Motivasi siswa dipengaruhi taraf kesulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyao taraf kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi taraf kesulitan juga dapat tegantung pada motivasi siswa. Hal tersebut didukung leh Sagimun dan Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang bekaitan dengan materi yang hendak diajarkan. Murray dan Bimo Walgito (1983) menyatakan bahwa siswa usia anak-anak senang belajar terhadap hal-hal yang nyata dan menyenangkan.
Dalam hal ini, guru perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama dalam pengelompokkan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan kedalam kelompok siswa yang cerdas. Harapanya agar siswa kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam kerjasama dengan teman yang sekelompok dengannya (Mursal, 1981).
Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada “hasil”, tetapi pada “proses” belajar. Jadi yang lebih utama adalah menyusun strategi bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami”, bukan “menghafal”. Menurut Piaget dan Slavin (1995), struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi, yang berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas struktur pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.
Drost, SJ (1999) mengemukakan bahwa proses pembelajaran berjalan secara baik dan lancar jika terjalin hubungan manusiawi antar guru dan siswa,  hubungan persaudaraan antar siswa, situasi saling membantu, disiplin kerja, tanggung jawab, mitra dalam pelajaran, menolong, kerja sama yang erat, berbagai pengalaman, dan dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam Barokah (2002), bahwa landasan social dalam belajar mutlak harus ada, karena adanya kerjasama akan membantu mempercepat belajar, dan adanya persaingan akan memperlambat proses belajar.

C.    Sintaks Model Pembelajaran Interaktif
Menurut Faire dan Cosgrove dalam Abdul Majid (2014:87), tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu dapat dilihat pada bagan berikut:

1.      Tahap Persiapan (Preparation)
Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang latar belakang topik yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan digunakan, dan media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Pada tahap ini, apersepsi yang diberikan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih banyak dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, seperti menyiapkan alat-alat percobaan dan media pembelajaran.
2.      Tahap Pengetahuan Awal (Before View)
Pada tahap pengetahuan awal,  guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai hal-hal yang telah diketahui oleh siswa tentang topik yang akan dipelajari. Pengetahuan awal siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan dengan topik ynag akan dibahas, kemudian menanyakan pendapat siswa atas permasalahan tersebut. Pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur untuk dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan.
3.      Tahap Kegiatan Eksplorasi (Exploratory)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini adalah menampilkan kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topic kegiatan yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa bisa diajukan dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena melalui video atau gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan menanyakan pendapat mereka mengenai apa yang telah dilihatnya.
4.      Tahap Pertanyaan Siswa (Children Questions)
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masinh siswa diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya, kemudian siswa membacakan pertanyaan yang dibuat dalam kelompoknya tersebut. Sementara itu, guru menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di papan tulis. Pada tahap ini, siswa dimungkinkan mendapat kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus memberikan motivasi dan merangsang siswa agar mau bertanya dan mengarahkan pertanyaan siswa.
Setelah semua pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa untuk menyeleksi pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan yang diajukan siswa mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena itu, hendaknya guru mengarahkan siswa untuk memilih pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang jawabannya dapat diselidiki melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi.
5.      Tahap Penyelidikan (Investigation)
Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep melalui ppengumpulan, pengorganisasian, dan menganalisis data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Sementara itu, guru membantu siswa agar dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan. Kemudian secara berkelompok, siswa melakukan penyelidikan melalui observasi atau pengamatan.
6.      Tahap Pengetahuan Akhir (After Views)
Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasih yang di perolahnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas. Jawaban jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakukan penyelidikan yang di tulis sebelumnya. Dalam hal ini siswa di minta untuk di bandikan apa yang sekarang mereka ketahui dengan apa yang sebelumnya mereka ketahui.
7.      Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai apa yang telah dipelajari, kemudian mengedepankanya menjadi struktur pengetahuan baru. Pada  saat ini, siswa di beri waktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa di rangsang untuk mengemukaan pendapat tentang apa yang telah di peroleh setelah proses pembelajaran. Siswa juga di beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan jika ada yang kurang di pahami setelah mengadakan penyelidikan, dan guru memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang masih keliru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya yang efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan siswa dapat mengemabangkan kemampuanya ke arah berpikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan adalah pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan,  pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berfikir kepada siswa, serta pemberian tuntunan. Pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis, yaitu pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban, dan menjadi “dinding pemantul” atas jawaban siswa.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Interaktif
Kelebihan model pembelajaran interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Suprayekti dalam Abdul Majid (2014:91) adalah bahwa peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu, lalu peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar.
Sedangkan menurut Renny dalam Abdul Majid (2014:91) kelebihan pembelajaran interaktif adalah:
1)      Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingin tahuannya pada objek yang akan dipelajari
2)      Melatih mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
3)      Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi
4)      Guru menjadi fasilitator, motivator, dan perancang aktivitas belajar
5)      Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran aktif
6)      Hasil belajar lebih bermakna
Kelebihan lain dari model pembelajaran interaktif ini antara lain: 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan; 2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Model pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Adapun kekurangan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model interaktif adalah suatu strategi pembelajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai cirri utamanya. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dicari jawabannya oleh siswa melalui penyelidikan, jadi siswa sendirilah yang menemukan jawaban atas pertanyaan sendiri.
Tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengetahuan awal, tahap kegiatan eksplorasi, tahap pertanyaan anak, tahap penyelidikan, tahap pengetahuan akhir dan tahap refleksi.
Kelebihan model pembelajaran interaktif yaitu peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan.

B.     Saran
Hendaknya seorang guru dapat memancing dan melibatkan keingintahuan siswa, agar siswa dapat membuat pertanyaan mengenai topik yang akan dipelajari. Serta membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trihastuti, D. (2013). Model Pembelajaran Interaktif. [Online]
Tersedia:http://haediwrooms.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-interaktif.html (Diakses: 1 Maret 2015)

Widodo, A. (2007). Pendidikan IPA Di SD. Bandung:UPI PRESS.