BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Membaca merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena
dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan
pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Dengan demikian, kegiatan
membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin
maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca di sekolah
mempunyai peranan penting.
Dalam perkembangan ilmu dan
teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini sangat diperlukan dan boleh
dikatakan membaca tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Berbagai
informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak, dan bahkan yang
melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan atau sebaliknya. Oleh karena
itu, di negara kita terdapat kemungkinan
kegiatan membaca akan menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi,
disisi lain keterbatasan waktu selalu dihadapi oleh manusoia itu sendiri. Hal
itu didasarkan pada adanya kenyataan arus informasi berjalan begitu cepat,
kesibukan manusia sangat banyak, sehingga waktu yang tersedia untuk membaca
sangat terbatas.
Oleh karena itu, sebenarnya kini
manusia dihadapkan pada problema bagaimana mengatasi keterbatasan waktu itu,
dan dapat membaca dalam waktu yang relatif singkat, namun dapat memperoleh
informasi yang maksimal. Untuk itu, salah satu cara yang dapat kita tempuh
adalah berlatih membaca secar kritis untuk meningkatkan diri. Adapun bahan yang dapat berupa bacaan apasaja,
misalnya berita, petunjuk, dialog, sampai pada wacana karya ilmiah termasuk di
dalamnya ilmiah populer.
Membaca dapat dilihat sebagai suatu
proses dan sebagai hasil. Proses tersebut berupa penyandian kembali dan
penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari mengenal huruf, kata, ungkapan,
frasa, kalimat dan wacana, serta
menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya
(Anderson, 1986). Bahkan lebih dari itu, pembaca
menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya
(Ulit,1995). Sejalan dengan itu, Kridalaksana (1993:135), menyatakan bahwa
membaca adalah “ Keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan
lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk
pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras”. Kegiatan membaca dapat
bersuara, dapat pula tidak bersuara.
Berlatih membaca juga dapat di
lakukan secara bebas, dan bersifat individual, dapat pula dilakukan secara
terstruktur, terbimbing, seperti dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk memperoleh pemahaman bacaan,
seorang pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan maupun nonkebahasaan. Bahkan,
keluasaan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna
sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab pembaca harus
mengenali konsep, dan kosa kata, serta latar yang terdapat dalam bacaan.
Model
membaca sebagai proses memperoleh pemahaman ada tiga, yaitu bawah ke atas, atas
ke bawah, dan interaktif. Proses pemahaman bawah ke atas dilakukan dengan
memahami kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Proses pemahaman atas ke
bawah dilakukan melalui pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif.
Sementara itu proses pemahaman interaktif merupakan campuran dari kedua proses
tersebut.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa proses membaca tersebut adalah:
a.
Pengenalan huruf atau aksara
b.
Bunyi dari huruf atau rangkaian huruf
c.
Makna atau maksud
d. Pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraianlatar belakang di atas, maka
rumusan masalah
ini
mengambil fokus pada pertanyaan sebagai berikut :
1. Seperti
apa pendekatan, strategi dan teknik membaca?
2. Bagaimana
kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring itu?
3. TUJUAN PENULISAN
Adapun arah dan sasaran yang hendak menjadi tujuan
pada penulisan
makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Ingin menjelaskan pendekatan, strategi
dan teknik membaca
2.
Ingin menjelaskan kegiatan membaca dalam
hati dan membaca nyaring
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
membaca, strategi membaca dan teknik membaca
A. Pendekatan membaca
Dasar pemikiran
konstruktivisme adalah pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Menurut
ahli konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain
karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri.
Penerapan
konstruktivisme dalam proses belajar - mengajar menghasilkan metode pengajaran
yang menekankan aktivitas utama pada siswa (Fosnot, 1996; Lorsbach & Tobin,
1992). Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai
orang yang menanggapi secara aktif objek - objek dan peristiwa - peristiwa dalam
lingkungannya, serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan
peristiwa-peristiwa itu.
Menurut teori
ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan
pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai
pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
Pandangan
konstruktivisme tentang pendidikan menekankan pentingnya siswa menyadari alasan
dan tujuan ia belajar. Ini mengingatkan kepada teori perkembangan dari tokoh
psikologi kognitif yang juga merupakan salah satu dasar dari konstruktivisme. Teori Konstruktivisme
dikembangkan berdasarkan gagasan Jean Piaget dan Lev Vigotsky, kedua ahli
tersebut mengemukakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep yang
telah difahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya
memahami informasi-informasi baru. Piaget (1954)
mengatakan bahwa anak mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalaman
bertemu dengan objek-objek di lingkungan. Merujuk pendapat Piaget ini, anak adalah
pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan
memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya.
Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
B. Strategi membaca
Menurut La Barge dan Samuels (dalam
Downing and Leong,1982:
206) proses membaca permulaan
melibatkan tiga komponen,
yaitu (a) visual memory (vm), (b)
phonological memory (pm),
dan (c) semantic memory (sm).
Lambang lambang fonem
tersebut adalah kata, dan kata
dibentuk menjadi kalimat.
Proses pembentukan tersebut terjadi
pada ketiganya. Pada tingkat
VM, huruf, kata dan kalimat terlihat
sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat PM terjadi
proses pembunyian
lambang. Lambang tersebut juga dalam
bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber
dari VM dan PM. Akhirnya
pada tingkat SM terjadi proses
pemahaman terhadap kata dan
kalimat.
Membaca pada tingkatan ini merupakan
kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui
tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang
bunyi bahasa tersebut,
untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat,
yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis,
(b) penguasaan kosakata untuk
memberi arti, dan
(c) memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa.
C. Teknik membaca
Teknik
diajukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan
pesan (materi pelajaran) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
dikehendaki. Jika dengan teknik tertentu suatu tujuan tidak tercapai maka harus
mencari atau menggunakan metode lain yang dapat mencapai suatu tujuan
pendidikan. Teknik hanya merupakan alat bukan tujuan.
Pengertian teknik menurut Tony Anthony dalam Akhlan Husen bahwa teknik adalah
tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan pada satu jenis pendekatan,
sehingga merupakan rancangan yang menyeluruh dari jenis ketrampilan apa yang
dikuasai yang belajar, materi-materi apa yang harus digunakan, serta bagaimana
penyusunan urutan materi penyajiannya (Supriatna, 1998: 87).
2.2 Kegiatan membaca dalam hati dan membaca
nyaring
A. Membaca dalam hati
Membaca dalam
hati pada dasarnya adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory), melibatkan pengaktifan
mata dan ingatan.
Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading)adalah untuk memperoleh informasi.(Tarigan 2008:30).
Latihan membaca dalam hati harus dimulai sejak
anak-anak bisa membaca sendiri.Pada tahap ini anak-anak harus diberikan bacaan
tambahan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai bahan
bacaan,memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.
Tarigan dalam Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, mengemukakan bahwa
membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan.
Bila seseorang dapat membentuk knsep-konsep serta
sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan
pikirannya serta memperoleh dasar pendapat.Dia akan menguasai cerita-cerita dan
uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring
kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja.Pada membaca
dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya
kosa katanya,dan memperoleh keuntungandalam hal keakraban dengan sastra yang
baik.Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh murid mengutarakan apa yang telah ia baca,
hal ini mempernudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi
mereka.(Cole 1950:244-245).
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota msyarakat akan membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain.Membaca secara perseorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalizing reading.Pengajaran membaca perseorangan atau personalized reading merupakan suatu pendekatan terhadap organisasi kelas.Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri,melangkah sendiri,maju sendiri,program membaca perseorangan ini merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa.(Barbe and Abbott 1975:23).
B. Membaca nyaring
Membaca
nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru,
murid,ataupun pembaca bersama-samadengan orang lain atau pendengaruntuk
menangkapserta memahami informasi,pikiran,dan perasaan seorang
pengarang.(Tarigan1978:23).
Dalam membaca nyaring, selain
penglihatan dan ingatan,juga turut aktif auditory
memory(ingatan pendengaran) dan motor
memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita).(Multon,1970:15
dalam Tarigan 1979:23).
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat
memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah
keterampilan serta minat.Oleh karena itu, dalam mengajarkan
keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus memahami proses
komunikasi dua arah.Lingkaran komunikasi belumlah lengkap jika pendengar belum
memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan
oleh pembaca.Memang tanggapan tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi
bersifat apresiatif,mempunyai nilai apresiaisi yang tinggi.(Dawson (et al)
1936:215-216).
Pembaca harus memahami aksara di atas kertas seta memproduksikan
suara yang tepat dan bermakna.Membaca nyaring pada hakikatnya merupakan suatu
masalah lisan atau oral matter.Oleh
karena itu, dalam pengajaran bahasa asingaktivitas membaca nyaring lebih
ditujukan pada pengucapan (pronounciation)
daripada pemahaman (comprehension).mengingat
hal tersebut, maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa
yang relatif mudah dipahami.(Broughton(et al) 1978:91).
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita perhatikan
bahwa kegunaan membaca nyaring sangat terbatas.sedikit orang yang dituntut
membaca nyaring dalam kegiatan rutin sehari-hari, seperti penyiar radio,
pembicara televisi,pengacara, atau pastor.Demikianlah, dari segi mayoritas,
kegunaan atau kepentingannya memang terbatas.(Broughton (et al) 1978:92)
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Tanggapan terhadap pendekatan membaca,
strategi membaca dan teknik membaca
A. Pendekatan Membaca
Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu alternatif pendekatan
dalam pembelajaran membaca. Pendekatan ini menekankan peranan pembelajar secara
aktif dan kreatif. Melalui proses aktif dan kreatif inilah diharapkan
pembelajar memperoleh prestasi hasil belajar yang baik sesuai dengan harapan
yang telah ditetapkan. Sejalan dengan tujuan pembelajaran kurikulum bahwa
pembelajaran membaca agar siswa memiliki kegemaran dan keterampilan membaca
serta meningkatkan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Ciri dan Prinsip - prinsip Pendekatan Konstruktivisme
Proses belajar dan mengajar yang menggunakan pendekatan konstruktivis
memiliki ciri- ciri (Carr dkk., 1998: 8-9) sebagai berikut:
(1) murid-murid lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar
mereka pada proses integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman
pengetahuan mereka yang lama;
(2) setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan sekaligus
diperlukan; murid-murid didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan
mensintesiskan secara terintegrasi,
(3) proses pembelajaran harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan
untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan murid untuk
mengingat pelajaran lebih lama;
(4) kontrol kecepatan dan fokus pelajaran ada pada murid; cara ini akan
lebih memberdayakan murid;
(5) pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak
terlepas dari konteks dunia nyata.
Selanjutnya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa.
a. Ditinjau dari segi waktu, belajar merupakan pendewasaan individu,
dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan yang diperlukan, baik oleh pendidik
maupun oleh siswa.
b. Fokus utama proses pembelajaran adalah adanya suatu pemahaman dan
kinerja penampilan yang diharapkan dari siswa.
c. Belajar merupakan suatu proses sosial yang bisa berbentuk dorongan
untuk bekerja sama, menggunakan ketrampilan berbahasa, melibatkan siswa dalam
suasana alam yang sebenarnya, mendorong siswa untuk melakukan dialog dan
komunikasi dengan guru dan semua siswa.
d. Belajar bahasa dalam keterkaitannya dengan masalah-masalah lain.
Artinya, belajar bahasa memiliki keterkaitan dengan segala sesuatu yang ada di
sekitar lingkungan hidup.
2. PENERAPAN
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
1. Discovery Learning,
Dalam model ini, siswa didorong untuk belajar sendiri, belajar aktif melalui
konsep konsep, prinsip-prinsip, dan guru sebagai motivatornya.
Pertama, guru
mengidentifikasi kurikulum. Selanjutnya memandu pertanyaan, menyuguhkan
teka-teki, dan menguraikan berbagai permasalahan.
Kedua, pertanyaan yang fokus harus
dipilih untuk memandu siswa ke arah pemahaman yang bermakna. Siswa lalu
memformulasikan jawaban sementara (hipotesis).
Ketiga,
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan, dan menguji hipotesis.
Keempat, siswa
membentuk konsep dan prinsip.
Kelima, guru
memandu proses berfikir dan diskusi siswa, untuk mengambil keputusan.
Keenam,
merefleksikan pada masalah nyata dan mengolah pemikiran guna menyelesaikan
masalah. Proses ini mengajarkan siswa untuk memahami isi dan proses dalam waktu
yang bersamaan. Dengan kata lain, siswa belajar menyelesaikan masalah,
mengevaluasi solusi, dan berpikir logis.
B. Strategi Membaca
Strategi
adalah rencana atau cara melakukan sesuatu. Ada banyak strategi yang bisa
pembaca gunakan, dan pembaca yang baik akan sering menggunakannya. Mereka
menggunakan strategi itu sebelum, selama, dan setelah membaca. Berikut beberapa
strategi untuk membantu membaca buku.
1. Sebelum
Membaca
Sebelum
mulai membaca, cobalah untuk mendapatkan "gambaran besar" atau
keseluruhan poin dari bahan tersebut. Berikut beberapa strategi untuk membantu
melihat apa yang di baca.
-
Pikirkan judulnya dan kemudian tanyakan beberapa
pertanyaan ini pada diri Anda sendiri:
o Apa yang saya ketahui dari topik
ini?
o Apa yang ingin saya ketahui?
o Apa kira-kira isi artikel/bacaan
yang akan Anda baca?
- Berikutnya, lihatlah
halaman-halamannya dengan melihat judul
- Carilah ringkasannya pada bagian
akhir bab dan bacalah dengan cermat.
- Lihatlah juga bagan, grafik,
gambar, dan diagram, dan pikirkan apa yang
"dikatakan" setiap bagan,
grafik, gambar, dan diagram itu tentang topik
yang dibahas.
2.
Selama
Membaca
Ketika membaca, cobalah untuk
menjadi peka, menjadi pemikir yang aktif.
1. Carilah jawaban dari setiap
pertanyaan Anda.
2. Berhentilah segera dan tanyakan pada
diri Anda sendiri, "Apa yang baru saja saya baca?" Kemudian jawablah
pertanyaan Anda sendiri.
3. Buatlah daftar kata kunci, frasa,
atau kalimat-kalimat kesimpulan.
3. Setelah Membaca
Setelah selesai membaca, tetapi sebelum menutup buku atau meletakkan bahan tersebut lihatlah kembali halaman- halamannya. Berikut ini beberapa tips untuk meninjau ulang:
1. Tanyakan pada diri Anda sendiri
beberapa pertanyaan
o Apa yang saya ketahui sekarang yang
tidak saya ketahui sebelum saya membaca buku ini?
o Bila saya harus mengatakan kepada
seseorang tentang apa yang saya baca, apa yang akan saya katakan?
2. Ceritakan apa yang baru saja Anda
baca kepada orang lain yang mau mendengarkan.
3. Tulislah ringkasan dari apa yang
Anda baca.
C.
Teknik Membaca
Teknik pembelajaran bahasa ialah
rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan
secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi
dan bagaimana pengembangannya.
Teknik pengajaran merupakan cara
guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun, berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru
bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar
mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan
teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan,
kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan
demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi.
Teknik pembelajaran adalah siasat
yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk
dapat memperoleh hasil yang optimal, teknik pembelajaran ditentukan metode yang
digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.
Dalam pembelajaran membaca
permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :
1.
Metode abjad
2.
Metode bunyi
3.
Metode kupas rangkai suku kata
4.
Metode kata lembaga
5.
Metode global
6. Metode struktural analitik sintetik
a. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad dan metode bunyi
merupakan metode yang sering menggunakan kata-kata lepas. Beda antara metode
abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf
diucapkan sebagai abjad (“a”,”be”,”ce”,dst). Sedangkan pada metode bunyi, huruf
diucapkan sesuai dengan bunyinya (m),(n),(a), dst.
b. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan
Metode Kata Lembaga
1.
Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Suku kata yang sudah dikenal oleh siswa diuraikan
menjadi huruf, kemudian huruf dirangkaikan lagi menjadi suku kata.
Nina --- ni-na --- ni –na --- nina
2.
Metode Kata Lembaga
Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata, suku kata
diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai lagi menjadi suku kata, dan
suku kata dirangkaikan menjadi kata.
Bola --- bo-la ---b – o --- l – a --- bo-la --- bola
c. Metode Global
Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu diantaranya dipisahkan untuk dikaji dengan cara menguraikannya atas kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi.
d. Metode Struktural Analitik Sintetik
Metode ini dibagi dalam dua tahap, yakni tanpa buku
dan menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajaran dilaksanakan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1.
Merekam bahasa siswa
Bahasa
yang digunakan oleh siswa didalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan
bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan, sebagai bahan adalah bahasa siswa
sendiri, siswa tidak akan mengalami kesulitan.
2.
Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru
memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai gambar
tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan
guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh:
guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis, sambil bercerita,
misalnya ini Adi, Adi duduk di kursi, ia sedang menulis surat, dan seterusnya.
Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis Dan digunakan sebagai
bahan bacaan.
3.
Membaca gambar
Contoh:
guru memperlihatkan seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan
kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan
guru.
4.
Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah
siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat
dibawah gambar. Guru dapat menggunakan kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf,
atau kartu gambar. Selain itu, guru dapat menggunakan papan flanel untuk
menguraikan dan menggabungkan kartu-kartu tersebut.
3.2 Tanggapan terhadap kegiatan membaca
dalam hati dan membaca nyaring
1. Membaca dalam hati
Membaca
dalam hati ialah sejenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan apa yang
dibaca. Jenis membaca ini cocok untuk keperluan studi dan menambah pengetahuan
atau informasi. Untuk memeriksa pemahaman siswa biasanya guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan bacaan. Pertanyaan bacaan dapat dikategorikan ke dalam
dua kelompok, yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Jenis pertanyaan
ingatan menuntut siswa untuk mengingat dan menyebutkan kembali apa yang telah
dibacanya.
Hambatan-hambatan
yang dapat mengganggu kelancaran membaca dalam hati antara lain :
1.
Membaca dengan vokalisasi, baik dengan
suara terdengar, berbisik, atau hanya komat-kamit mulut saja;
2.
Membaca dengan gerakan kepala yang
mengikuti baris demi baris bacaan;
3.
Membaca kata demi kata;
4.
Bahan bacaan yang banyak mengandung
kata-kata sulit;
Pada
saat anak membaca, guru hendaknya memantau
kegiatan membaca anak didiknya. Guru hendaknya
menjelaskan kepada murid bagaimana seharusnya ia membaca. Hambatan-hambatan
yang dapat mengganggu kelancaran membaca, hendaknya dijelaskan sebelum anak
memulai kegiatan membaca.
2. Membaca nyaring
Pelaksanaan
jenis membaca ini dilakukan dengan
vokalisasi. Kegiatan menyuarakan bahan bacaan ini,
disamping berfungsi untuk pemahaman diri
sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya
menekankan pada segi :
a.
Penguasaan lafal bahasa Indonesia dengan
baik dan benar
b.
Penguasaan jeda, lagu dan intonasi yang
tepat
c.
Penguasaan tanda-tanda baca
d.
Penguasaan mengelompokkan kata/frase ke
dalam satuan-satuan ide
e.
Pengusaan menggerakkan mata dan memelihara
kontak mata
f.
Penguasaan berekspresi
Masalah-masalah
yang mungkin timbul dalam pelajaran
membaca nyaring adalah :
1.
Kebiasaan berbagai bahasa daerah untuk
mengucapkan bunyi-bunyi tertentu akan berpengaruh terhadap pengucapan/pelafalan
bunyi bahasa Indonesia. Misalnya pada orang-orang Sunda sering terjadi
memonoftongisasikan bunyi-bunyi diftong /ai/dan /au/ menjadi /e/ dan /o/.
Contoh :
Cabai - cabe
Gulai - gula
Pulau - pulo
Sementara
suku tertentu malah kebalikannya. “Cabai” seolah-olah diucapkan caba + i dan
“pulau” diucapkan pula + u. Pada bunyi konsonan, murid sering tidak dapat membedakan
bunyi /k/ nyaring dan bunyi /k/ glotal stop. Misalnya pada kata “kotak” dan
“bapak”, “kapak” dan “kakek”.
2.
Kebiasaan mengulang-ngulang kata yang
telah dibacanya (regresi).
3.
Kebiasaan mengabaikan tanda baca
sehingga berpengaruh terhadap lagu dan intonasi.
4.
Kebiasaan membaca kata demi kata
sehingga tidak membaca berdasarkan satuan-satuan ide, hal ini akan berpengaruh
terhadap pemahaman.
5.
Kebiasaan penggunaan visual yang terpaku
pada bahan bacaan.
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk
mengatasi hal-hal diatas antara
lain :
a.
Memberi contoh (untuk memperbaiki
pelafalan)
Pada
awal pembelajaran membaca teknis, guru mencoba untuk menggali pengalaman
berbahasa anak melalui kegiatan tanya jawab sebelum melakukan kegiatan membaca
sesungguhnya. Selanjutnya, guru menyuruh beberapa orang muridnya untuk membaca
secara bergiliran. Jika ada seorang murid melakukan kesalahan pada pelafalan
bunyi, guru segera memperbaiki dengan memberi contoh. Misalnya guru dapat
meminta murid untuk mengulangi bagian kalimat yang mengandung kesalahan
pelafalan.
“Pak
guru membawa film untuk foto”
(peragaan
ini memperlihatkan bagaimana melafalkan bunyi /f/ dengan tepat).
b.
Membedakan oleh anak (untuk memperbaiki
lafal)
Pada
saat beberapa orang murid mendapat giliran membaca, guru mencatat beberapa
kesalahan pelafalan yang dilakukan murid. Kesalahan-kesalahan itu kemudian
dicatat di papan tulis dan dipasangkan dengan bentuk lain yang pelafalannya
mirip atau hampir sama.
Contoh
: BENAR SALAH
syarat - sarat
foto - poto
zebra - jebra
ramai - rame
pulau - pulo
c.
Latihan (untuk memperbaiki regresi dan
membaca kata demi kata)
Kebiasaan
membaca yang terbata-bata pada anak mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara
lain : cacat bawaan, membaca dengan tidak melibatkan pikiran/ingatan, kebiasaan
regresi (gerakan mata yang maju-mundur) pada saat membaca. Untuk mengatasi
kebiasaan regresi pada anak, guru hendaknya memberikan latihan yang intensif
tidak hanya terbatas di ruang kelas pada saat jam pelajaran membaca saja. Di
mana pun dan dalam jam pelajaran apa pun yang menuntut siswa untuk melakukan
kegiatan membaca latihan itu hendaknya diberikan.
Latihan
pada tahap awal, guru dapat membimbing muridnya untuk membaca dengan prinsip
“melaju terus” meskipun pada mulanya unsur pemahaman akan terabaikan. Jika
kebiasaan regresi sudah dapat diatasi, tingkatkan pada latihan membaca
kelompok-kelompok kata sebagai satu kesatuan gagasan. Mintalah murid anda untuk
menandai bahan bacaannya itu berdasarkan satuan-satuan gagasannya. Penandaan
dapat dilakukan dengan melingkari, membuat tanda gatra, garis bawah, dan
lain-lain.
Contoh
:
Kaum
penjajah Belanda tak henti-hentinya memecah belah persatuan bangsa Indonesia.
Kaum
cendekiawan muda/cemas melihat/nasib bangsa Indonesia/karena tingkah laku
penjajah itu/.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Untuk belajar membaca, anak harus
membaca, mengatakan tentang apa yang mereka baca, atau menyatakan tentang ide
yang ada dalam buku. Kegiatan mental dalam membangun pengetahuan baru adalah
hasil dari kegiatan fisik (dalam hal ini, membaca adalah kegiatan fisik). Anak
akan belajar ketika mereka mempunyai pengalaman dalam membangkitkan skemata
yang melibatkan mental.
Anak memperoleh bahasa secara alamiah melalui
interaksi dengan orang dewasa dan anak lain. Supaya siswa menjadi pembaca yang
lancar seharusnya guru atau orang dewasa menyediakan materi atau bahan-bahan
bacaan, menyediakan waktunya untuk bertanya tentang materi bacaan pada anak,
dan menjadi model membaca bagi anak. Proses membaca terjadi apabila terjalin
interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Dalam membaca terjadi transaksi
antara aktivitas jiwa pembaca dengan teks bacaan. Strategi yang diterapkan oleh
guru akan sangat membantu peningkatan kemampuan siswa.
4.2 Saran
Pembelajaran membaca sangat penting, terutama bagi
siswa Sekolah Dasar. Maka dari itu guru
diharuskan untuk memahami dan menguasai pendekatan, strategi dan teknik
membaca. Hal itu dimaksudkan agar tercapainya tujuan pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriyadi.(1994).PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA 2. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Muchlisoh.(1994).PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA 3. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Budhi.C.(2012).Penjelasan
Tentang Perbedaan Antara Pendekatan Strategi Metode Dan Teknik.(online). Tersedia:
http://maistrofisika.blogspot.com
(26 Oktober 2013).
No comments:
Post a Comment