Sunday, 25 October 2020

Peningkatan Keterampilan Membaca


 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.      LATAR BELAKANG

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan penting.

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini sangat diperlukan dan boleh dikatakan membaca tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak, dan bahkan yang melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan atau sebaliknya. Oleh karena itu, di negara kita terdapat kemungkinan  kegiatan membaca akan menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi, disisi lain keterbatasan waktu selalu dihadapi oleh manusoia itu sendiri. Hal itu didasarkan pada adanya kenyataan arus informasi berjalan begitu cepat, kesibukan manusia sangat banyak, sehingga waktu yang tersedia untuk membaca sangat terbatas.

Oleh karena itu, sebenarnya kini manusia dihadapkan pada problema bagaimana mengatasi keterbatasan waktu itu, dan dapat membaca dalam waktu yang relatif singkat, namun dapat memperoleh informasi yang maksimal. Untuk itu, salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah berlatih membaca secar kritis untuk meningkatkan diri.  Adapun bahan yang dapat berupa bacaan apasaja, misalnya berita, petunjuk, dialog, sampai pada wacana karya ilmiah termasuk di dalamnya ilmiah populer.

Membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Proses tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari mengenal huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat dan  wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya

(Anderson, 1986). Bahkan lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya (Ulit,1995). Sejalan dengan itu, Kridalaksana (1993:135), menyatakan bahwa membaca adalah “ Keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras”. Kegiatan membaca dapat bersuara, dapat pula tidak bersuara.

Berlatih membaca juga dapat di lakukan secara bebas, dan bersifat individual, dapat pula dilakukan secara terstruktur, terbimbing, seperti dalam kegiatan belajar mengajar.

            Untuk memperoleh pemahaman bacaan, seorang pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan maupun nonkebahasaan. Bahkan, keluasaan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab pembaca harus mengenali konsep, dan kosa kata, serta latar yang terdapat dalam bacaan.

            Model membaca sebagai proses memperoleh pemahaman ada tiga, yaitu bawah ke atas, atas ke bawah, dan interaktif. Proses pemahaman bawah ke atas dilakukan dengan memahami kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Proses pemahaman atas ke bawah dilakukan melalui pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif. Sementara itu proses pemahaman interaktif merupakan campuran dari kedua proses tersebut.

            Jadi dapat disimpulkan bahwa proses membaca tersebut adalah:

a.       Pengenalan huruf atau aksara

b.      Bunyi dari huruf atau rangkaian huruf

c.       Makna atau maksud

d.      Pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.


2.      RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraianlatar belakang di atas, maka rumusan masalah

ini mengambil fokus pada pertanyaan sebagai berikut :

1.    Seperti apa pendekatan, strategi dan teknik membaca?

2.    Bagaimana kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring itu?

 

3.      TUJUAN PENULISAN

Adapun arah dan sasaran yang hendak menjadi tujuan pada penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Ingin menjelaskan pendekatan, strategi dan teknik membaca

2.      Ingin menjelaskan kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1   Pendekatan membaca, strategi membaca dan teknik membaca

A.    Pendekatan membaca

Dasar pemikiran konstruktivisme adalah pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Menurut ahli konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri.

Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar - mengajar menghasilkan metode pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada siswa (Fosnot, 1996; Lorsbach & Tobin, 1992). Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai orang yang menanggapi secara aktif objek - objek dan peristiwa - peristiwa dalam lingkungannya, serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu.

Menurut teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.

Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Ini mengingatkan kepada teori perkembangan dari tokoh psikologi kognitif yang juga merupakan salah satu dasar dari konstruktivisme. Teori Konstruktivisme dikembangkan berdasarkan gagasan Jean Piaget dan Lev Vigotsky, kedua ahli tersebut mengemukakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep yang telah difahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Piaget (1954) mengatakan bahwa anak mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalaman bertemu dengan objek-objek di lingkungan. Merujuk pendapat Piaget ini, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya.

Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.

B.     Strategi membaca

Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong,1982:

206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen,

yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm),

dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem

tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat.

Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat

VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,

sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian

lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat.

Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya

pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan

kalimat.

Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar

mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut

dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,

untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat,

yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis,

(b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan

(c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

 

C.    Teknik membaca

Teknik diajukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan pesan (materi pelajaran) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki. Jika dengan teknik tertentu suatu tujuan tidak tercapai maka harus mencari atau menggunakan metode lain yang dapat mencapai suatu tujuan pendidikan. Teknik hanya merupakan alat bukan tujuan.
Pengertian teknik menurut Tony Anthony dalam Akhlan Husen bahwa teknik adalah tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan pada satu jenis pendekatan, sehingga merupakan rancangan yang menyeluruh dari jenis ketrampilan apa yang dikuasai yang belajar, materi-materi apa yang harus digunakan, serta bagaimana penyusunan urutan materi penyajiannya (Supriatna, 1998: 87).

2.2   Kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring

A.    Membaca dalam hati

Membaca  dalam hati pada dasarnya adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.

Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading)adalah untuk memperoleh informasi.(Tarigan 2008:30).

Latihan membaca dalam hati harus dimulai sejak anak-anak bisa membaca sendiri.Pada tahap ini anak-anak harus diberikan bacaan tambahan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai bahan bacaan,memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.

Tarigan dalam Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, mengemukakan bahwa membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan.

Bila seseorang dapat membentuk knsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat.Dia akan menguasai cerita-cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja.Pada membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya,dan memperoleh keuntungandalam hal keakraban dengan sastra yang baik.Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh  murid mengutarakan apa yang telah ia baca, hal ini mempernudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi mereka.(Cole 1950:244-245).

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota msyarakat akan membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain.Membaca secara perseorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalizing reading.Pengajaran  membaca perseorangan atau personalized reading  merupakan  suatu  pendekatan terhadap organisasi kelas.Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri,melangkah sendiri,maju sendiri,program membaca perseorangan ini  merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa.(Barbe and Abbott 1975:23).

B.     Membaca nyaring

          Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid,ataupun pembaca bersama-samadengan orang lain atau pendengaruntuk menangkapserta memahami informasi,pikiran,dan perasaan seorang pengarang.(Tarigan1978:23).

Dalam membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan,juga turut aktif auditory memory(ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita).(Multon,1970:15 dalam Tarigan 1979:23).

Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah.Lingkaran komunikasi belumlah lengkap jika pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh pembaca.Memang tanggapan tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif,mempunyai nilai apresiaisi yang tinggi.(Dawson (et al) 1936:215-216).

Pembaca harus memahami aksara di atas kertas seta memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.Membaca nyaring pada hakikatnya merupakan suatu masalah lisan atau oral matter.Oleh karena itu, dalam pengajaran bahasa asingaktivitas membaca nyaring lebih ditujukan pada pengucapan (pronounciation) daripada pemahaman (comprehension).mengingat hal tersebut, maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa yang relatif mudah dipahami.(Broughton(et al) 1978:91).

Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita perhatikan bahwa kegunaan membaca nyaring sangat terbatas.sedikit orang yang dituntut membaca nyaring dalam kegiatan rutin sehari-hari, seperti penyiar radio, pembicara televisi,pengacara, atau pastor.Demikianlah, dari segi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya memang terbatas.(Broughton (et al) 1978:92)

 


BAB III

PEMBAHASAN

3.1  Tanggapan terhadap pendekatan membaca, strategi membaca dan teknik membaca

A.    Pendekatan Membaca

Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran membaca. Pendekatan ini menekankan peranan pembelajar secara aktif dan kreatif. Melalui proses aktif dan kreatif inilah diharapkan pembelajar memperoleh prestasi hasil belajar yang baik sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan. Sejalan dengan tujuan pembelajaran kurikulum bahwa pembelajaran membaca agar siswa memiliki kegemaran dan keterampilan membaca serta meningkatkan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.      Ciri dan Prinsip - prinsip Pendekatan Konstruktivisme

Proses belajar dan mengajar yang menggunakan pendekatan konstruktivis memiliki ciri- ciri (Carr dkk., 1998: 8-9) sebagai berikut:

(1) murid-murid lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman pengetahuan mereka yang lama;

(2) setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan sekaligus diperlukan; murid-murid didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi,

(3) proses pembelajaran harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan murid untuk mengingat pelajaran lebih lama;

(4) kontrol kecepatan dan fokus pelajaran ada pada murid; cara ini akan lebih memberdayakan murid;

(5) pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dari konteks dunia nyata.

Selanjutnya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa.

a. Ditinjau dari segi waktu, belajar merupakan pendewasaan individu, dalam rangka merefleksikan segala kebutuhan yang diperlukan, baik oleh pendidik maupun oleh siswa.

b. Fokus utama proses pembelajaran adalah adanya suatu pemahaman dan kinerja penampilan yang diharapkan dari siswa.

c. Belajar merupakan suatu proses sosial yang bisa berbentuk dorongan untuk bekerja sama, menggunakan ketrampilan berbahasa, melibatkan siswa dalam suasana alam yang sebenarnya, mendorong siswa untuk melakukan dialog dan komunikasi dengan guru dan semua siswa.

d. Belajar bahasa dalam keterkaitannya dengan masalah-masalah lain. Artinya, belajar bahasa memiliki keterkaitan dengan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan hidup.

2.  PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

1. Discovery Learning,
Dalam model ini, siswa didorong untuk belajar sendiri, belajar aktif melalui konsep konsep, prinsip-prinsip, dan guru sebagai motivatornya.

Pertama, guru mengidentifikasi kurikulum. Selanjutnya memandu pertanyaan, menyuguhkan teka-teki, dan menguraikan berbagai permasalahan.

Kedua, pertanyaan yang fokus harus dipilih untuk memandu siswa ke arah pemahaman yang bermakna. Siswa lalu memformulasikan jawaban sementara (hipotesis).

Ketiga, mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan, dan menguji hipotesis.

Keempat, siswa membentuk konsep dan prinsip.

Kelima, guru memandu proses berfikir dan diskusi siswa, untuk mengambil keputusan.

Keenam, merefleksikan pada masalah nyata dan mengolah pemikiran guna menyelesaikan masalah. Proses ini mengajarkan siswa untuk memahami isi dan proses dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, siswa belajar menyelesaikan masalah, mengevaluasi solusi, dan berpikir logis.

B.     Strategi Membaca

Strategi adalah rencana atau cara melakukan sesuatu. Ada banyak strategi yang bisa pembaca gunakan, dan pembaca yang baik akan sering menggunakannya. Mereka menggunakan strategi itu sebelum, selama, dan setelah membaca. Berikut beberapa strategi untuk membantu membaca buku.

1.       Sebelum Membaca

Sebelum mulai membaca, cobalah untuk mendapatkan "gambaran besar" atau keseluruhan poin dari bahan tersebut. Berikut beberapa strategi untuk membantu melihat apa yang di baca.

-          Pikirkan judulnya dan kemudian tanyakan beberapa pertanyaan ini pada diri Anda sendiri:

o    Apa yang saya ketahui dari topik ini?

o    Apa yang ingin saya ketahui?

o    Apa kira-kira isi artikel/bacaan yang akan Anda baca?

           - Berikutnya, lihatlah halaman-halamannya dengan melihat judul   

           - Carilah ringkasannya pada bagian akhir bab dan bacalah dengan cermat.

- Lihatlah juga bagan, grafik, gambar, dan diagram, dan pikirkan apa yang 

"dikatakan" setiap bagan, grafik, gambar, dan diagram itu tentang topik 

yang dibahas.

2.      Selama Membaca

Ketika membaca, cobalah untuk menjadi peka, menjadi pemikir yang aktif.

1.      Carilah jawaban dari setiap pertanyaan Anda.

2.      Berhentilah segera dan tanyakan pada diri Anda sendiri, "Apa yang baru saja saya baca?" Kemudian jawablah pertanyaan Anda sendiri.

3.      Buatlah daftar kata kunci, frasa, atau kalimat-kalimat kesimpulan.

3. Setelah Membaca

Setelah selesai membaca, tetapi sebelum menutup buku atau meletakkan bahan tersebut lihatlah kembali halaman- halamannya. Berikut ini beberapa tips untuk meninjau ulang:

1.      Tanyakan pada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan

o    Apa yang saya ketahui sekarang yang tidak saya ketahui sebelum saya membaca buku ini?

o    Bila saya harus mengatakan kepada seseorang tentang apa yang saya baca, apa yang akan saya katakan?

2.      Ceritakan apa yang baru saja Anda baca kepada orang lain yang mau mendengarkan.

3.      Tulislah ringkasan dari apa yang Anda baca.

C.        Teknik Membaca

Teknik pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya.

Teknik pengajaran merupakan cara guru menyampaikan  bahan ajar yang telah disusun, berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi.

Teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, teknik pembelajaran ditentukan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :

1.      Metode abjad

2.      Metode bunyi

3.      Metode kupas rangkai suku kata

4.      Metode kata lembaga

5.      Metode global

6.      Metode struktural analitik sintetik


a.      Metode Abjad dan Metode Bunyi

Metode abjad dan metode bunyi merupakan metode yang sering menggunakan kata-kata lepas. Beda antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (“a”,”be”,”ce”,dst). Sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan bunyinya (m),(n),(a), dst.

 

b.      Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

1.      Metode Kupas Rangkai Suku Kata

Suku kata yang sudah dikenal oleh siswa diuraikan menjadi huruf, kemudian huruf dirangkaikan lagi menjadi suku kata.

Nina --- ni-na --- ni –na --- nina

2.      Metode Kata Lembaga

Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai lagi menjadi suku kata, dan suku kata dirangkaikan menjadi kata.

Bola --- bo-la ---b – o --- l – a --- bo-la --- bola

c.       Metode Global

Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu diantaranya dipisahkan untuk dikaji dengan cara menguraikannya atas kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi.


d.      Metode Struktural Analitik Sintetik

Metode ini dibagi dalam dua tahap, yakni tanpa buku dan menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajaran dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut :

1.      Merekam bahasa siswa

Bahasa yang digunakan oleh siswa didalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan, sebagai bahan adalah bahasa siswa sendiri, siswa tidak akan mengalami kesulitan.

2.      Menampilkan gambar sambil bercerita

Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai gambar tersebut.  Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis, sambil bercerita, misalnya ini Adi, Adi duduk di kursi, ia sedang menulis surat, dan seterusnya. Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis Dan digunakan sebagai bahan bacaan.

3.      Membaca gambar

Contoh: guru memperlihatkan seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.

4.      Membaca gambar dengan kartu kalimat

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat dibawah gambar. Guru dapat menggunakan kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, atau kartu gambar. Selain itu, guru dapat menggunakan papan flanel untuk menguraikan dan menggabungkan kartu-kartu tersebut.


3.2  Tanggapan terhadap kegiatan membaca dalam hati dan membaca nyaring

1.      Membaca dalam hati

Membaca dalam hati ialah sejenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan apa yang dibaca. Jenis membaca ini cocok untuk keperluan studi dan menambah pengetahuan atau informasi. Untuk memeriksa pemahaman siswa biasanya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan bacaan. Pertanyaan bacaan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Jenis pertanyaan ingatan menuntut siswa untuk mengingat dan menyebutkan kembali apa yang telah dibacanya.

Hambatan-hambatan yang dapat mengganggu kelancaran membaca dalam hati antara lain :

1.      Membaca dengan vokalisasi, baik dengan suara terdengar, berbisik, atau hanya komat-kamit mulut saja;

2.      Membaca dengan gerakan kepala yang mengikuti baris demi baris bacaan;

3.      Membaca kata demi kata;

4.      Bahan bacaan yang banyak mengandung kata-kata sulit;

Pada saat anak membaca, guru hendaknya memantau

kegiatan membaca anak didiknya. Guru hendaknya menjelaskan kepada murid bagaimana seharusnya ia membaca. Hambatan-hambatan yang dapat mengganggu kelancaran membaca, hendaknya dijelaskan sebelum anak memulai kegiatan membaca.

 

2.      Membaca nyaring

Pelaksanaan jenis membaca ini dilakukan dengan

vokalisasi. Kegiatan menyuarakan bahan bacaan ini, disamping berfungsi  untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi :

a.       Penguasaan lafal bahasa Indonesia dengan baik dan benar

b.      Penguasaan jeda, lagu dan intonasi yang tepat

c.       Penguasaan tanda-tanda baca

d.      Penguasaan mengelompokkan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide

e.       Pengusaan menggerakkan mata dan memelihara kontak mata

f.       Penguasaan berekspresi

Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pelajaran

membaca nyaring adalah :

1.      Kebiasaan berbagai bahasa daerah untuk mengucapkan bunyi-bunyi tertentu akan berpengaruh terhadap pengucapan/pelafalan bunyi bahasa Indonesia. Misalnya pada orang-orang Sunda sering terjadi memonoftongisasikan bunyi-bunyi diftong /ai/dan /au/ menjadi /e/ dan /o/. Contoh :

Cabai               -           cabe

Gulai               -           gula

Pulau               -           pulo

Sementara suku tertentu malah kebalikannya. “Cabai” seolah-olah diucapkan caba + i dan “pulau” diucapkan pula + u. Pada bunyi konsonan, murid sering tidak dapat membedakan bunyi /k/ nyaring dan bunyi /k/ glotal stop. Misalnya pada kata “kotak” dan “bapak”, “kapak” dan “kakek”.

2.      Kebiasaan mengulang-ngulang kata yang telah dibacanya (regresi).

3.      Kebiasaan mengabaikan tanda baca sehingga berpengaruh terhadap lagu dan intonasi.

4.      Kebiasaan membaca kata demi kata sehingga tidak membaca berdasarkan satuan-satuan ide, hal ini akan berpengaruh terhadap pemahaman.

5.      Kebiasaan penggunaan visual yang terpaku pada bahan bacaan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk

mengatasi hal-hal diatas antara lain :

a.       Memberi contoh (untuk memperbaiki pelafalan)

Pada awal pembelajaran membaca teknis, guru mencoba untuk menggali pengalaman berbahasa anak melalui kegiatan tanya jawab sebelum melakukan kegiatan membaca sesungguhnya. Selanjutnya, guru menyuruh beberapa orang muridnya untuk membaca secara bergiliran. Jika ada seorang murid melakukan kesalahan pada pelafalan bunyi, guru segera memperbaiki dengan memberi contoh. Misalnya guru dapat meminta murid untuk mengulangi bagian kalimat yang mengandung kesalahan pelafalan.

“Pak guru membawa film untuk foto”

(peragaan ini memperlihatkan bagaimana melafalkan bunyi /f/ dengan tepat).

b.      Membedakan oleh anak (untuk memperbaiki lafal)

Pada saat beberapa orang murid mendapat giliran membaca, guru mencatat beberapa kesalahan pelafalan yang dilakukan murid. Kesalahan-kesalahan itu kemudian dicatat di papan tulis dan dipasangkan dengan bentuk lain yang pelafalannya mirip atau hampir sama.

Contoh :                BENAR                                  SALAH

                              syarat               -                       sarat

                              foto                 -                       poto

                              zebra                -                       jebra

                              ramai               -                       rame

                              pulau               -                       pulo

c.       Latihan (untuk memperbaiki regresi dan membaca kata demi kata)

Kebiasaan membaca yang terbata-bata pada anak mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain : cacat bawaan, membaca dengan tidak melibatkan pikiran/ingatan, kebiasaan regresi (gerakan mata yang maju-mundur) pada saat membaca. Untuk mengatasi kebiasaan regresi pada anak, guru hendaknya memberikan latihan yang intensif tidak hanya terbatas di ruang kelas pada saat jam pelajaran membaca saja. Di mana pun dan dalam jam pelajaran apa pun yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan membaca latihan itu hendaknya diberikan.

Latihan pada tahap awal, guru dapat membimbing muridnya untuk membaca dengan prinsip “melaju terus” meskipun pada mulanya unsur pemahaman akan terabaikan. Jika kebiasaan regresi sudah dapat diatasi, tingkatkan pada latihan membaca kelompok-kelompok kata sebagai satu kesatuan gagasan. Mintalah murid anda untuk menandai bahan bacaannya itu berdasarkan satuan-satuan gagasannya. Penandaan dapat dilakukan dengan melingkari, membuat tanda gatra, garis bawah, dan lain-lain.

Contoh :

Kaum penjajah Belanda tak henti-hentinya memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

Kaum cendekiawan muda/cemas melihat/nasib bangsa Indonesia/karena tingkah laku penjajah itu/.

 


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

4.1 Kesimpulan

Untuk belajar membaca, anak harus membaca, mengatakan tentang apa yang mereka baca, atau menyatakan tentang ide yang ada dalam buku. Kegiatan mental dalam membangun pengetahuan baru adalah hasil dari kegiatan fisik (dalam hal ini, membaca adalah kegiatan fisik). Anak akan belajar ketika mereka mempunyai pengalaman dalam membangkitkan skemata yang melibatkan mental.

Anak memperoleh bahasa secara alamiah melalui interaksi dengan orang dewasa dan anak lain. Supaya siswa menjadi pembaca yang lancar seharusnya guru atau orang dewasa menyediakan materi atau bahan-bahan bacaan, menyediakan waktunya untuk bertanya tentang materi bacaan pada anak, dan menjadi model membaca bagi anak. Proses membaca terjadi apabila terjalin interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Dalam membaca terjadi transaksi antara aktivitas jiwa pembaca dengan teks bacaan. Strategi yang diterapkan oleh guru akan sangat membantu peningkatan kemampuan siswa.

4.2  Saran

Pembelajaran membaca sangat penting, terutama bagi siswa Sekolah Dasar.  Maka dari itu guru diharuskan untuk memahami dan menguasai pendekatan, strategi dan teknik membaca. Hal itu dimaksudkan agar tercapainya tujuan pendidikan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Supriyadi.(1994).PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muchlisoh.(1994).PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA 3. Jakarta: Universitas Terbuka.

Budhi.C.(2012).Penjelasan Tentang Perbedaan Antara Pendekatan Strategi Metode Dan Teknik.(online). Tersedia: http://maistrofisika.blogspot.com

            (26  Oktober 2013).