Thursday 5 November 2015

Model Pembelajaran Interaktif

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu bentuk keterbukaan dan rasa percaya diri siswa adalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa pada saat tidak memahami sesuatu yang sedang dipelajari, ditemui, dilihat, atau dirasakan oleh siswa. Banyak siswa yang menghadapi berbagai permasalahan saat belajar, tetapi sering tidak dapat mengemukakan pertanyaannya.
Model belajar interaktif ini merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani mengungkapkan keingintahuannya dan ketidaktahuannya terhadap konsep yang sedang dipelajarinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana model pembelajaran interaktif ini?
2.      Bagaimana karakteristik model pembelajaran interaktif?
3.      Bagaimana sintaks/tahapan dalam model pembelajaran interaktif?
4.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran interaktif?

C.    Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran interaktif.
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran interaktif.
3. Untuk mengetahui sintaks/tahapan dalam model pembelajaran interaktif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran interaktif.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan belajar yang merujuk pada pandangan konstruktivis. Menurut Margaretha, model pembelajaran interaktif menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa. Sedangkan Suparman mengemukakan bahwa model pembelajaran interaktif merupakan proses yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik. Hal ini diperkuat oleh Faire dan Cosgrove yang mengemukakan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang agar siswa mau bertanya, kemudian menemukan jawaban mereka sendiri. (Abdul Majid, 2014:84).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.
Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya dengan cara membuat pertanyaan mengenai topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Siswa bertanya melalui aktivitas terbuka dengan berbagai alasan.
Jenis pertanyaan yang muncul akan bermacam-macam dan mungkin tidak jelas, tidak terpusat pada topik yang sedang dipelajari atau pertanyaan yang jawabannya dapat dijawab tanpa penyelidikan. Oleh karena itu, guru perlu mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, kemudian menuliskan setiap pertanyaan pada papan tulis. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian bersama-sama dipilih oleh siswa untuk diselidiki jawabannya. Beberapa pertanyaan yang memiliki maksud yang sama juga dipilih satu. Mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul perlu diubah agar mudah dipahami oleh siswa. Di sini guru membantu siswa dalam mengungkapkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Dengan demikian dari banyak pertanyaan yang muncul tinggal beberapa saja. Setelah terpilih sesuai dengan kesepakatan bersama siswa, kemudian pertanyaan tersebut dituangkan dalam suatu aktivitas.
Model pembelajaran interaktif memberikan struktur pengajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa. Siswa diajak untuk berpikir tentang konsep yang akan dipelajari, kemudian direfleksikan melalui keingintahuannya dan diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab sendiri oleh siswa melalui penyelidikan. Guru tidak terlibat terlalu jauh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi menjawab pertanyaan siswa dengan pertanyaan, sehingga siswa akan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaanya sendiri.

B.     Karakteristik Model Pembelajaran Interaktif
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pertanyaan yang muncul sangat di mungkinkan bervariasi, mungkin ada yang berkaitan dengan topic yang di bahas atau tidak, dan bahkan ada yang tidak perlu dijawab. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran interaktif dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Louisel dan Descamps dalam Abdul Majid (2014:85), berpendapat bahwa pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:
1)      Meningkatkan tingkat berpikir siswa
2)      Mengecek pemahaman siswa
3)      Meningkatkan partisipasi belajar siswa
Menurut Suparman dalam Abdul Majid (2014:85), pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perseorangan
b)      Keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi
c)      Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis
d)     Menerapkan pola komunikasi banyak arah
e)      Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan
f)       Potensial dapat menghasilkan dampak pengiring lebih efektif
g)      Dapat digunakan didalam maupun luar kelas
Sementara Ahmad Sabari dalam Abdul Majid (2014:85) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus di perhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model pembelajaran interaktif yaitu sebagai berikut:
1)      Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa
2)      Model pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa lainnya
3)      Model pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan
4)      Model pembelajaran harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
5)      Model pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6)      Model yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Usmanr (1990) mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dengan siswa, antara siswa dengan gru, dan antara siswa dengan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagai mana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada mixed ability, karena pada umumnya interaksi terjadi antar siswa pandai dengan guru.  oleh karena itu, agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang menyatakan bahwa hal-hal bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa. Motivasi siswa dipengaruhi taraf kesulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyao taraf kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi taraf kesulitan juga dapat tegantung pada motivasi siswa. Hal tersebut didukung leh Sagimun dan Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang bekaitan dengan materi yang hendak diajarkan. Murray dan Bimo Walgito (1983) menyatakan bahwa siswa usia anak-anak senang belajar terhadap hal-hal yang nyata dan menyenangkan.
Dalam hal ini, guru perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama dalam pengelompokkan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan kedalam kelompok siswa yang cerdas. Harapanya agar siswa kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam kerjasama dengan teman yang sekelompok dengannya (Mursal, 1981).
Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada “hasil”, tetapi pada “proses” belajar. Jadi yang lebih utama adalah menyusun strategi bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami”, bukan “menghafal”. Menurut Piaget dan Slavin (1995), struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi, yang berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas struktur pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.
Drost, SJ (1999) mengemukakan bahwa proses pembelajaran berjalan secara baik dan lancar jika terjalin hubungan manusiawi antar guru dan siswa,  hubungan persaudaraan antar siswa, situasi saling membantu, disiplin kerja, tanggung jawab, mitra dalam pelajaran, menolong, kerja sama yang erat, berbagai pengalaman, dan dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam Barokah (2002), bahwa landasan social dalam belajar mutlak harus ada, karena adanya kerjasama akan membantu mempercepat belajar, dan adanya persaingan akan memperlambat proses belajar.

C.    Sintaks Model Pembelajaran Interaktif
Menurut Faire dan Cosgrove dalam Abdul Majid (2014:87), tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu dapat dilihat pada bagan berikut:

1.      Tahap Persiapan (Preparation)
Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang latar belakang topik yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan digunakan, dan media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Pada tahap ini, apersepsi yang diberikan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih banyak dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, seperti menyiapkan alat-alat percobaan dan media pembelajaran.
2.      Tahap Pengetahuan Awal (Before View)
Pada tahap pengetahuan awal,  guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai hal-hal yang telah diketahui oleh siswa tentang topik yang akan dipelajari. Pengetahuan awal siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan dengan topik ynag akan dibahas, kemudian menanyakan pendapat siswa atas permasalahan tersebut. Pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur untuk dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan.
3.      Tahap Kegiatan Eksplorasi (Exploratory)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini adalah menampilkan kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topic kegiatan yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa bisa diajukan dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena melalui video atau gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan menanyakan pendapat mereka mengenai apa yang telah dilihatnya.
4.      Tahap Pertanyaan Siswa (Children Questions)
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masinh siswa diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya, kemudian siswa membacakan pertanyaan yang dibuat dalam kelompoknya tersebut. Sementara itu, guru menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di papan tulis. Pada tahap ini, siswa dimungkinkan mendapat kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus memberikan motivasi dan merangsang siswa agar mau bertanya dan mengarahkan pertanyaan siswa.
Setelah semua pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa untuk menyeleksi pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan yang diajukan siswa mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena itu, hendaknya guru mengarahkan siswa untuk memilih pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang jawabannya dapat diselidiki melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi.
5.      Tahap Penyelidikan (Investigation)
Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep melalui ppengumpulan, pengorganisasian, dan menganalisis data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Sementara itu, guru membantu siswa agar dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan. Kemudian secara berkelompok, siswa melakukan penyelidikan melalui observasi atau pengamatan.
6.      Tahap Pengetahuan Akhir (After Views)
Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasih yang di perolahnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas. Jawaban jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakukan penyelidikan yang di tulis sebelumnya. Dalam hal ini siswa di minta untuk di bandikan apa yang sekarang mereka ketahui dengan apa yang sebelumnya mereka ketahui.
7.      Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai apa yang telah dipelajari, kemudian mengedepankanya menjadi struktur pengetahuan baru. Pada  saat ini, siswa di beri waktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa di rangsang untuk mengemukaan pendapat tentang apa yang telah di peroleh setelah proses pembelajaran. Siswa juga di beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan jika ada yang kurang di pahami setelah mengadakan penyelidikan, dan guru memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang masih keliru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya yang efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan siswa dapat mengemabangkan kemampuanya ke arah berpikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan adalah pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan,  pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berfikir kepada siswa, serta pemberian tuntunan. Pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis, yaitu pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban, dan menjadi “dinding pemantul” atas jawaban siswa.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Interaktif
Kelebihan model pembelajaran interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Suprayekti dalam Abdul Majid (2014:91) adalah bahwa peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu, lalu peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar.
Sedangkan menurut Renny dalam Abdul Majid (2014:91) kelebihan pembelajaran interaktif adalah:
1)      Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingin tahuannya pada objek yang akan dipelajari
2)      Melatih mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
3)      Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi
4)      Guru menjadi fasilitator, motivator, dan perancang aktivitas belajar
5)      Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran aktif
6)      Hasil belajar lebih bermakna
Kelebihan lain dari model pembelajaran interaktif ini antara lain: 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan; 2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Model pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Adapun kekurangan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model interaktif adalah suatu strategi pembelajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai cirri utamanya. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dicari jawabannya oleh siswa melalui penyelidikan, jadi siswa sendirilah yang menemukan jawaban atas pertanyaan sendiri.
Tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengetahuan awal, tahap kegiatan eksplorasi, tahap pertanyaan anak, tahap penyelidikan, tahap pengetahuan akhir dan tahap refleksi.
Kelebihan model pembelajaran interaktif yaitu peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan.

B.     Saran
Hendaknya seorang guru dapat memancing dan melibatkan keingintahuan siswa, agar siswa dapat membuat pertanyaan mengenai topik yang akan dipelajari. Serta membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang mereka ajukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trihastuti, D. (2013). Model Pembelajaran Interaktif. [Online]
Tersedia:http://haediwrooms.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-interaktif.html (Diakses: 1 Maret 2015)

Widodo, A. (2007). Pendidikan IPA Di SD. Bandung:UPI PRESS.

Penulisan Laporan Buku

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik atau buruknya sebuah buku namun tidak bersifat menghakimi seperti kritik. Laporan buku juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku. Resensi buku berisi identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan buku. Yang lebih jelasnya dalam laporan buku, kita dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi buku. Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau  resensi sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada  pembaca  agar mengetahu dan memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
B. Rumusan masalah
1.    Apa pengertian dari laporan buku?
2.    Apa dan bagaimana karakteristik laporan buku?
3.    Apa jenis-jenis laporan buku dan jenjang pendidikan?
4.    Bagaimana sistematika dalam membuat laporan buku?
5.    Bagaimana contoh dari laporan buku?
C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui  pengertian dari laporan buku
2.    Untuk mengetahui  karakteristik laporan buku
3.    Untuk mengetahui  jenis-jenis laporan buku dan jenjang pendidikan
4.    Untuk mengetahui  sistematika dalam membuat laporan buku
5.    Untuk mengetahui  contoh dari laporan buku

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Laporan Buku
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik atau buruknya sebuah buku namun tidak bersifat menghakimi seperti kritik. Dalam bahasa Latin resensi atau recensie artinya “melihat kembali, menimbang atau menilai”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resensi memiliki arti pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Tindakan meresensi memiliki arti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku. Jadi, resensi ialah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai buku, baik non fiksi maupun fiksi/suatu karya sastra (cerpen, novel, drama/film, puisi).
Dalam laporan ini penulis boleh mengutip beberapa bagian dari buku tersebut sebagai penguat atas pendapatnya. Kunci:
1.      Ada buku yang diresensi
2.      Mengemukakan isi buku secara objektif
3.      Memberi komentar terhadap isi buku tersebut
Keterampilan menulis resensi merupakan salah satu keterampilan menulis yang patut ditekuni. Resensi buku disebut juga tinjauan buku, timbangan buku, dan bedah buku. Resensi juga termasuk karangan yang bersifat factual informative, dan termasuk kedalam rumpun ulasan. Resensi adalah suatu tulisan atau tulisan mengenai nilai sebuah karya atau buku. Resensi bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya mempunyai nilai-nilai kebermanfaatan yang berguna bagi pembaca atau masyarakat.
Dalam resensi, penulis harus menyampaikan dua hal penilaian atau pertimbangannya, yakni nilai literer dan manfaat untuk hidup. Nilai literer merupakan kandungan isi buku secara factual dan informative sedangkan nilai kebermanfaatan merupakan hasil interpretasi penulis resensi terhadap isi buku. Seseorang yang telah mampu menulis resensi berarti ia memiliki pengetahuan yang luas. Dengan pengetahuannya, ia mampu mengupas, membahas, dan memberikan penilaian terhadap sebuah buku, baik ilmiah maupun nonilmiah. Melalui tulisan resensi, kita mendapat informasi awal mengenai buku yang layak untuk dibaca.
Resensi buku berisi identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan buku. Meresensi buku tidaklah mudah karena memerlukan karena memerlukan ketelitian dan keakuratan analisis. Secara terinci, resensi berisi hal-hal berikut ini.
1.    Jenis buku (keagamaan, tarikh, fiksi, dan lain-lain)
2.    Pokok pembicaraan (topik umum)
3.    Aspek khusus yang dibahas dan tujuan pengarang
4.    Tema atau tesis buku (pendirian atau tafsiran pokok pengarang tentang aspek khusus yang dibahasnya)
5.    Teknik dan struktur penyajian tulisan
6.    Gaya menulis
7.    Hal ihwal pengarang: asal-usul, reputasi, pendidikan, latar belakang, penulisan buku, karya-karyanya dan sebagainya.
8.    Sasaran buku atau pembaca buku yang dituju
9.    Ringkasan isi buku: argumen-argumen utama, alasan-alasan utaa dan sebagainya, yang mendukung pendirian atau pendapat penulis resensi dalam  memberikan penilaian atau pertimbangannya. Fakta-fakta tersebut harus dikemukakan secara jujur dan lugas.
Setelah penulis resensi melaporkan dan menanggapi isi buku. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan penilaian terhadap manfaat buku bagi pembaca atau masyarakat secara umum yang dituju oleh buku tersebut. untuk itu, penulis resensi pun perlu memilih buku sebagai bahan untuk diresensi. Penulis resensi hendaknya jeli dalam mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap buku-buku.
Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang atau dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Karya yang dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film, teater, lagu, dan semacamnya.
Tujuan Resensi
1.    Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam suatu karya
2.    Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu karya yang bermutu atau tidak.
3.    Memberikan gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.
B. Karakteristik Laporan Buku
Suatu laporan buku memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.    Merupakan hasil telaahan dan analisis penulisan atas suatu buku dalam sebuah buku
2.    Menunjukkan pemahaman penulis terhadap buku yang telah ditelaahnya
3.    Mendemonstrasikan kemampuan penulis dalam memberikan gagasan yang berkaitandengan isi  buku yang di telaahnya
4.    Ditulis dalam bahasa indonesia yang baik dan benar
5. Jumlah halaman tidak terbatas karena di sesuaikan dengan volume buku yang telah di telaahnya
C. Jenis-Jenis Laporan Buku
Saryono (1997:61—63) membagi resensi buku berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauannya. Sudut pandang atau sudut tinjauannya yang digunakan adalah resensi berdasarkan media atau forum atau sajiannya dan resensi berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya. Berdasarkan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi (1) resensi ilmiah dan (2) resensi ilmiah populer.
Hal yang membedakan kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tata cara penulisan yang digunakan. Dalam resensi ilmiah digunakan tata cara keilmuan tertentu, menggunakan rujukan atau acuan, dan bahasa resmi dan baku serta yang dipaparkan selengkap-lengkapnya. Sementara itu, resensi ilmiah populer tidak mengguakan rujukan atau acuan tertentu. Selain itu, isi resensi seringnya hanya memaparkan bagian-bagian yang menarik saja. Penyajiannya pun tidak terlalu tunduk pada bahasa resmi atau baku.
Berdasarkan isi sajian atau isi resensinya, resensi buku digolongkan menjadi (1) resensi informatif, (2) resensi evaluatif, dan (3) resensi informatif-evaluatif. Resensi informatif hanya berisi informasi tentang hal-hal penting dari suatu buku. Pada umumnya, isi resensi informatif hanya ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau hal-hal yang bersangkutan dengan suatu buku.
Resensi evaluatif lebih banyak menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku atau hal-hal yang berkaitan dengan buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja, bahkan kadang-kadang hanya dijadikan ilustrasi. Sementara itu, resensi informatif-evaluati f merupakan perpaduan dua jenis resensi tersebut. Resensi jenis ini di samping menyajikan semacam ringkasan buku atau hal-hal penting yang ada di buku juga menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku. Resensi jenis ketigalah yang dapat dikatakan paling ideal karena bisa memberikan laporan dan pertimbangan secara memadai.
Selain jenis resensi di atas, masih terdapat jenis resensi yang lain. Hal ini diungkapkan oleh Samad (1997) yang membagi resensi menjadi dua jenis, yaitu resensi buku nonsastra dan resensi buku sastra. Dilihat dari namanya, jenis yang pertama pastilah membahas, memaparkan, dan menilai buku-buku nonsastra. Resensi buku nonsastra bisa disajikan secara informatif, evaluatif atau informatif-evaluatif. Meresensi buku sastra hampir menyerupai dengan mengapresiasi karya sastra. Hal ini disebabkan materi atau unsur-unsur yang membangun karya sastra berbeda dengan buku nonfiksi.
Di dalam buku sastra (karya sastra) terdapat unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam menilai buku sastra. Dalam meresensi buku sastra, seorang peresensi harus bisa menyimak nilai kehidupan yang termuat dalam karya sastra tersebut. Seorang peresensi juga harus dapat menyampaikan dua lapisan penilaian atau pertimbangan, yakni nilai literer dan manfaat untuk hidup. Nilai literer terungkap dari kegiatan mengapresiasi karya sastra tersebut dan manfaat untuk hidup terungkap dari apresiasinya atas kebutuhan masyarakat.
D. Sistematika Resensi
Pada dasarnya sistematika resensi adalah sebagi berikut :
1.    Cantumkan tema atau judul karya yang diresensi
2.    Cantumkan nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab, dan jumlah halaman
3.    Kemukakan sistematika, bahasa, ringkasan karya yang diresensi
4.    Jelaskan kulitas karya yang diresensi dan kekuatan elemahannya serta perbedaannya dengan karya sejenis yang sudah ada
5.     Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi
6.    Tuliskan identitas si penulis resensi
Format Resensi
Judul resensi
Data/Identitas karya sastra
Sinopsis karya sastra
Kekurangan & kelebihan
Penutup
Syarat-syarat menulis resensi
a.  Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
b.  Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
c.  Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
d.  Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel
a.  Tema
Tema apakah yang diungkap dalam novel? Apakah tema yang diungkapkan itu menarik pembaca secara umum? Apakah tema sudah sering diungkapkan dalam seri cerita lain yang dibuatnya? Apakah tema dapat diterima sebagai kebenaran yang umum?
b.  Alur Cerita
     Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita? Apa keunikan susunan peristiwa yang digunakan pengarang? Apakah ada pembaruan susunan peristiwa dalam cerita itu?
c.  Penokohan
     Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada tokoh-tokohnya? Bagaimana sifat tokoh tersebut? Adakah keunikan dalam menciptakan watak tokoh?
d.  Sudut Pandang
     Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita?  Adakah keunikan sudut pandang dalam cerita?
e.  Latar Cerita
     Bagaimana latar cerita digunakan? Apakah latar ceritanya cocok dengan peristiwa?
f.  Nilai-nilai
     Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita? Adakah nilai-nilai baru yang dikembangkan?
g.  Bahasa dan Gaya Cerita
     Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang? Apakah cerita disampaikan dengan cara humor, serius, atau sinisme?
h.  Pengarang
Siapa pengarang cerita itu? Bagaimana latar belakang kehidupannya?
Bagaimana kreativitasnya?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel)
a.  Tahap Persiapan meliputi:
     1)  Membaca contoh-contoh resensi
     2)  Menentukan buku yang akan diresensi.
b.  Tahap Pengumpulan Data meliputi:
1)  Membaca buku yang akan diresensi
2)  Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi
3)  Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang diresensi.
c.  Tahap Penulisan meliputi:
     1)  Menuliskan identis buku
     2)  Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya )
     3)  Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa
     4)  Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya, diksinya,    ejaan dan tanda bacanya.
     5)  Membuat judul resensi.
E. Contoh Resensi

LAPORAN BUKU FIKSI TENTANG CERITA ANIMORPHS

1.  Identitas Buku
     a.  Judul                                  : Animorphs
     b.  Pengarang                          : K.A. Aplegate
     c.  Kota/ Tahun terbit             : Jakarta,2003
     d.  Penerbit                             : PT Gramedia Pustaka Utama
     e.  Cetakan                             : XVII ( tujuh belas )
     f.  Jumlah Halaman                : 152 Halaman
     g.  Dipersembahkan kepada   : Semua pembaca
     h.  Format Perwajahan                
1)  Format Perwajahan Depan :
Bagian depan didominasi oleh warna Hijau kebiruan, dan judul buku Animorphs terletak diatas dengan tulisan indah berwarna Hijau. Terdapat gambar wanita cantik berubah menjadi seekor cumi cumi. Nama pengarang terletak di bawah judul buku tersebut, terdapat juga tulisan dibagian paling bawah berwarna putih.
2)  Format perwajahan belakang
Bagian belakang terdapat ringkasan tentang isi buku tersebut dengan warna tulisan berwarna putih dan bagian belakang di dominasi warna hijau kebiruan, di sudut kanan bawah terdapat kode produksi buku tersebut, dan disudut kiri bawah terdapat tempat penerbitan dan alamat terbitnya, serta nomor telepon penerbitnya.
LAPORAN ISI BUKU
1.  SINOPSIS
Namaku, Rachel aku tinggi , rambutku pirang. Aku mencoba menjadi anak yang normal. Menurut ku keselamatan selalu yang utama bagiku. Aku takkan mengatakan nama kluarga atau dimana tempat tinggalku. Karena itu akan membuat ku dan teman-teman ku terbunuh.
                 Bukannya, kami tidak akan melawan, tentu saja tapi saja….
Kami lima anak dan andalite yang sepengetahuanku, aku harus berpegang pada tiga hal utama, yang membuat kami dapat terus hidup, kemampuanuntuk morf dengan mengambil DNA hewan.
Anonimitas . tak seorang pun tahu siapa kami. Keuntungan berada dalam satu tim
Sejauh ini, itu cukup untuk membuat kami untuk tetap terus hidup dan menyerang para yerrk dengan serius. Mereka spesies parasit yang ada disini untuk memperbudak bumi.
Kalau yerk punya daftar yang paling dicari kami pasti ada di urutan atas, mereka sangat menginginkan kami. Mungkin mereka akan mebunuh kami,.
Mungkin mereka akan melakukan apa yang sudah mereka lakukan pada begitu banyak manusia : untuk masuk kedalam kami dan mengambil ahli otak kami dan membuat kami menjadi pengendali. Pengedali adalah orang yang telah di perbudak oleh yerk, dan mereka ada dimana-mana .
Mereka orang-orang yang kalian kenal . orang-oranmg yang kalian percayai. Wakil kepala sekolah kami, Mr. Chapman sepupuku Tom, para guru, pembawa acara tv, sopir Fedex , pelayananm pelajar, pekerja bangunan, semua orang berkeliaran seperti manusia normal, membujuk teman-teman dan keluarga mereka untuk bergabung dengan Sharing, organisasi menutupi kegiatan yerrk. Dan begitu kalian bergabung tidak jalan keluar.
Kalian akan menjadi pengendali.Kalian berjalan dan berbicara seperti biasa. Kalian memiliki ingatan yang sama dan tapi otak kalian telah di kendalikan nya.
Pada suatu hari Pesawat Pemalite dengan hati-hati , sopan, menyesal semua yerk termasuk, visser three yang mengamuk, kedalam pesawat BUG FIGHTER mereka dimodifikasi .           
Akan kubunuh kalian semua, akan kuhancurkan sepotong demi sepotong, aku akan kembali dan tak ada yang dapat menghancurkan ku, kalian semua akan mati, kalian semuaandalite dan ….. dan siapa pun yang menjalankan kapal ini, akan kubunuh kalian semua, kata visser three.
Berulang-ulang kami sangat menyesal anda mengalami saat yang buruk, kata kapal itu. Mungkin kita bisa  bertemu lagi di lain waktu dan menikmati aktivitas yang menyenangkan bersama-sama.
Setelah semua nya pergi kami morf dan pergi seperti kami datang tadi. Kapal itu juga sopan pada kami. Tapi ia menginginkan kami juga pergi. Hanya sepuluh menit dari saat kami mematikan sinyal yang membukukan parachee sampai saat Erek tiba dikapal itu untuk menghentikan pertempuran kami dengan para yerk.
Sepuluh menit untuk datang dari daratan, dan menyelam tujuh setengah kilo meter kedalam lautan. Kalau saja butuh lima belas menit…. Drode itu benar untuk satu hal : chee punya kekuatan yang dapat membuat pemalite menjadi penguasa galaksi.
Kekuatan sedasyat itu dan apa yang ingin dilakukan kembali hanya bermain, belajar, dan bergembira, sebelum kami mencapai permukaan samudra, kapal pemalite itu sudah di indahkan, kali ini ke kedalaman yang hanya dapat dicapai android malam sudah larut saat kami sampai di rumah . kami lelah, kecapaian, dan merasa rapuh, setelah seharian bertempur habis habisan.
Orang tua kami masingmasing, dan kami semua di hukum. Kurasa tak ada yang keberatan, aku bertanya-tanya apakah seharusnya aku menceritakan tawaran drode yang mengerikan itu pada jake.
Tapi kemudian aku memutuskan untuk tidak melakukannya aku tahu akan takkan pernah menyerah. Aku kenal diriku sendiri , aku tahu batas-batasan ku, aku tahu, tapi apa yang telah dilihat drode dan majikannya  crayak dalam diriku adalah benar.
Jake tahu itu ia mempercayai ku, tapi mungkin akan ada saat nya dia mempercayaiku, tapi mungkin aka nada saat nya dia meragukanku,…. Jake sudah punya cukup masalah yang membebaninya. Aku berlari-lari menyusuri pantai hari berikutnya . kau bahkan tak bisa melihat bekas tempat paus sperm itu terbaring, terengah-engah mencari nafas.
Aku mendengar siaran berita mengatakan pergantian arah angin aneh telah membuat pasang naik dan membebaskan paus itu, itu saja , aku lebih tahu , aku merasa ada bayangan mungil melewatiku, menutupi sinar matahari dari pandangan ku sesaat.
Aku bahkan mendongak , aku terus berlari mungkin aku bisa menemukan tempat tersembunyi entah dimana dan morf. Beberapa menit kemudian, “hei! Rachel? “. Aku berbalik, kaget melihat T.T.
Berlari-lari kecil mengejar ku “ apa ?” kataku, mengeluh saat ia berhasil menyamai langkah ku .“ well, eh kalau mungkin kamu mau pergi menonton bioskop bersama ku juga pada akhirnya “ katanya dengan gugup, sambil melirik ke arah ku. Perut ku terasa mulas , dia benar-benar tampan dan sangat normal. Sangat bukan tobias. Dia pasti belum pernah makan tikus.
Tapi di pihak lain dia juga belum pernah morf menjadi paus sperm dan menyelam kedasar samudra saat otaknya nyaris tak dapat meredam kekuatan, hanya supaya bisa menjagaku.
“aku tahu. Aku akan jadi elang dan naik ketas sana. Tunggu aku”.Selalu, katanya .
2.  Unsur Intrinsik
a. Tema Cerita       : Kisah seorang gadis petualang yang ingin menyelamatkan dunia dari kekuasaan para Yerrk yang jahat.
b. Alur Cerita         : Cerita ini Alur maju
    Data Tekstual    : Halaman 1    : “Namaku Rachel”.
                                   Halaman 7    : “Aku berjalan menyusuri jalan”
                                   Halaman 10  : “Aku ingin nanti para Yerk akan mati”.
c. Setting Cerita   : Siang, sore, Malam
Data Tekstual : Halaman 3   : “….saat siang”.
                                                  Halaman 12 : “…. Hari sudah sore”.
                                                  Halaman 87 : “…..malam hari buat ku penat”.
d. Latar Belakang:  Cerita ini lahir dari kisah gadis petualang yang ingin menyelamatkan dunia dari pengedalian Yerrk.
                   Data Tekstual    : Halaman 2     : “… Aku tidak member tahu kan identitasku karena aku tidak mau teman-teman ku terbunuh
e. Point of View     : Point of view cerita ini adalah sudut pandang orang I (pertama) dan sudut pandang orang ke III ( ketiga).
                   Data Tekstual    : Halaman 2 : “..Aku tidak ingin teman-temanku terbunuh”.
                                                 Halaman 5 : “ … si Yerrk pengendali itu”
f.  Gaya bahasa     
    1) Personifikasi :
Data Tekstual : Halaman 72 : “ .. tangan nya bagai bekerja mengendalikan otak”
                     2)  Metonimia      :  Pada setiap judul sub bagian dalam cerita
                     3)  Pleonasme      
                          Data tekstual  :  Halaman 156:  “ yang jahat  itu, “
g. Penokohan          
1)  Rachel
     Gadis  yang tinggi, berambut pirang yang pandai yang ingin  dunia selamat dari ancaman yerrk.
2)  Yerrk
     Mahkluk asing yang jahat, yang ingin menguasai dunia.
3)  Drode
     Sahabat baik nya Rachel yang mengerti nya
Data Tekstual    :  
         Halaman 1         : “ Aku gadis tinggi , berambut pirang , yang pandai yang ingin menyelamatkan teman-temanku”.
Halaman 148     :” yerrk yang mengamuk, berkata aku akan balas dendam dan akan menhancurkan pesawat pemalite”.
Halaman 89        :” Aku akan membantumu Cheel…!”

h. Amanat  
1. Nilai sosial     
Didalam cerita ini tersirat bahwa dia tidak mau memberikan
identitas keluarga nya karena ingin itu akan membahayakan teman-temannya
Data Tekstual
Halaman 2    :  Aku tidak akan membri identitas keluargaku
karena itu kan membahayakan mereka.
a.  Nilai Nasionalisme
Cerita ini menggambarkan bahwa kita harus mematuhi perintah orang tua untuk tetap menjadi manusia normal
b.  Nilai Pendidikan
Cerita ini menerangkan bahwa pendidikan itu sangat penting walaupn sedang dalam bahaya.
c.  Nilai Politik
Cerita ini member kita pemahaman bahwa kita harus menaati hukum dan peraturan di sekolah.
d.  Nilai Keagaman
Terdapat nilai Keagamaan dalam Roman ini yang mengingatkan kita untuk selalu berdoa ketika sedang dalam bahaya.
i.   Penilaian
1)  Penilaian terhadap Tema cerita   
Menurut saya, persoalan yang diangkat dalam cerita “Amorphs” ini telah mewakili cara berfikir modern, yaitu menyangkat permasalahan mengenai cara pandang seseorang yang rela berjuang demi menyelamatkan dunia.
2)  Penilaian terhadap Sistematika Penyusunan Gagasan     
Sistematika penyusunan gagasan dalam cerita ini sangat ideal, karena memaparkan semau isi ceritanya, dengan jelas.
3)  Penilaian Penggunaan Bahasa                                          
Cerita ini lebih dominan menggunakan gaya bahasa baku yang cukup sulit dipahami pembaca
4)  Penilaian terhadap Teknis Percetakan/ Perwajahan         
Buku Cerita ini memiliki Perwajahan yang menarik minat pembaca untuk membacanya, yang memiliki suatu makna dan arti yang dalam.
5)  Keunggulan dan Kelemahan Buku                                  
Keunggulan Buku ini adalah Mudah dipahami dan mudah di mengerti para pembaca karena memiliki cerita yang unik, berisi cerita-cerita yang menarik minat orang untuk membaca.
Sedangkan, Kelemahan buku ini adalah Lebih Dominan Menggunakan  bahasa baku, dan sulit di mengerti oleh pembaca.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Buku atau Resensi Laporan buku adalah laporan yang menjelaskan tentang baik atau buruknya. Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang atau dicipta orang lain. Karakteristik laporan buku yaitu merupakan hasil telaahan dan analisis penulisan atas suatu buku dalam sebuah buku, menunjukkan pemahaman penulis terhadap buku yang telah ditelaahnya , mendemonstrasikan kemampuan penulis dalam memberikan gagasan yang berkaitandengan isi  buku yang di telaahnya, ditulis dalam bahasa indonesia yang baik dan benar, dan jumlah halaman tidak terbatas karena di sesuaikan dengan volume buku yang telah di telaahnya. Jenis resensi buku Berdasarkan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi (1) resensi ilmiah dan (2) resensi ilmiah populer. Sedangkan berdasarkan isi sajian atau isi resensinya, resensi buku digolongkan menjadi (1) resensi informatif, (2) resensi evaluatif, dan (3) resensi informatif-evaluatif. Pada dasarnya sistematika resensi adalah sebagi berikut: Cantumkan tema atau judul karya yang diresensi, Cantumkan nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab, dan jumlah halaman, Kemukakan sistematika, bahasa, ringkasan karya yang diresensi, Jelaskan kulitas karya yang diresensi dan kekuatan elemahannya serta perbedaannya dengan karya sejenis yang sudah ada,  Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi, Tuliskan identitas si penulis resensi
B. Saran
Kita sebagai calon seorang guru dapat memahami tentang isi buku secara mendalam agar dapat membuat laporan buku dengan baik, dengan cara membaca dan memahami isi buku mengenai identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada buku yang kita baca.


DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun 2009.
Taringa, Henry Guntur. (1987). Wacana. Bandung: Angkasa
Slametmulyana. (1960). Kaidah bahasa IndonesiaII. Jakarta: Jambatan
Prasetio Bagus. (2014). Contoh Laporan Buku, [Online]. Tersedia:
http://bagus-prasetio4.blogspot.com/2014/06/contoh-laporan-buku.html