BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada
dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan
di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan
informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan
merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Rusman, 2011:201). Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu
mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta
(kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses
pembelajaran.
Dalam
model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada
siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan
ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Maka dari itu kami memilih judul model
pembelajaran kooperatif
agar dapat menjadi pengangan pada saat mengajarkan IPA untuk sekolah dasar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud konsep dasar model pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana
sintak-sintak model pembelajaran kooperatif?
3. Apa
kelebihan model pembelajaran kooperatif?
4. Apa
kelemahan model pembelajaran kooperatif?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui konsep dasar model pembelajaran kooperatif.
2. Untuk
mengetahui sintak-sintak model pembelajaran kooperatif.
3. Untuk
mengetahui kelebihan model pembelajaran kooperatif.
4. Untuk
mengetahui kelemahan model pembelajaran kooperatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperatif
learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang
mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperatif learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan
pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya
tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperatif
learning, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman (2011:203) bahwa
pembelajaran cooperatif dilaksanakan
melalui sharing proses antara peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara pelajar belajar
itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar
dalam kelompok. Ada unsur dasar yang membedakan dengan pembelajaran kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa
dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan
bersama.
2. Siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
3. Siswa
haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa
haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
5. Siswa
akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
7. Siswa
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat empat hal yang penting
dalam pembelajaran kooperatif, yakni: adanya peserta didik dalam kelompok, adanya
aturan main dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok dan adanya
kompetensi yang harus diicapai oleh kelompok.
Berkenaan dengan pengelompokkan siswa dapat
ditentukan berdasarkan atas: minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan
siswa, perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh
para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, pembelajaran
kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan
masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative task atau tugas kerja sama
dan cooperative incentive structure
atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal
yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang
telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal
yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka
mencapai tujuan kelompok tersebut.
Sebagai pembeda dengan pembelajaran kelompok yang
lain, pembelajaran kooperatif mempunyai ciri khusus, yaitu:
a. Tujuan
kelompok
Tujuan kelompok ialah tujuan yang
akan dicapai melalui proses kerja sama dalam menguasai sesuatu konsep yang
dipelajari. Tujuan ini dicapai melalui usaha bersama semua anggota kelompok.
Dengan demikian, setiap anggota mempunyai peranan tertentu yang jelas dalam
usaha kelompok mencapai tujuan yang ditetapkan.
b. Interaksi
sosial
Setiap anggota kelompok akan
berinteraksi secara langsung dalam kelompok. Interaksi ini dimaksudkan agar
setiap kelompok dapat berhubungan, saling membantu, toleran, dan berkomunikasi
secara efektif dan etis.
c. Ketergantungan
postif
Keberhasilan
kelompok bergantung kepada keberhasilan individu sebagai anggota kelompok.
Setiap anggota mempunyai tanggungjawab untuk mencapai keberhasilan kelompok.
Prinsip ini dikenal sebagai ketergantunga positif. Untuk mencapai keberhasilan
dalam prinsip ini, perlu ada pembagian tugas kepada semua anggota kelompok
sehingga mereka akan berpartisipasi secara aktif terhadap kelompoknya.
Berdasarkan pola atau metode pembelajaran kooperatif
ini, selanjutnya pola ini di padukan dengan model lain sehingga jiwa kooperatif
melekat pada model pembelajaran tersebut. Bertemali dengan konsepsi ini,
berikut dipaparkan beberapa metode pembelajaran kooperatif yang nantinya akan
diambil polanya untuk diinterasikan dengan model pembelajaran lain.
1.
Student Team Achievement Division (STAD)
Dalam pembelajaran kooperatif beberapa metode, salah
satunya adalah Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif tempat
siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami
konsep-konsep semua anggota kelompok berbagai tanggung jawab. Siswa secara
individu diberi suatu tes yang ikut berpengaruh terhadap evaluasiseluruh
anggota kelompok. Hasil belajar kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok
lainya guna memperoleh penghargaan.
2.
Teams Assisted Individualization (TAI)
Slavin
(2005)
dalam Abidin Yunus,2014:251menyatakan, “Teams
Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu tipe belajar
kooperatif dengan pemberian batuan secara individual dari siswa yang pandai
atau guru kepada siswa yang lemah”. Selanjutnya Slavin (2005) dalam Abidin Yunus, 2014:251 menjelaskan bahwa pada
proses pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan sebagai berikut:
a. Pembentukan
Kelompok
Fungsi kelompok adalah untuk memastikan
bahwa semua anggota kelompok ikut belajar dan lebih khusus adalah mempersiapkan
anggotanya untuk mengerjakan tugas tes dengan baik.
b. Tes
Penempatan
Para siswa diberi tes pada
permulaan program. Soal yang diberikan berkenaan dengan materi yang akan diajarkan.
Hal ini dianggap perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan.
Tujuannya untuk mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu dan memudahkan
guru dalam memberikan batuan jika diperlukan.
c. Meningkatkan
Kreativitas
Strategi memecahkan masalah
ditekankan pada seluruh materi. Masing-masing unit terbagi dalam satu lembar
petunjuk, berisi konsep-konsep yang diperkenalkan oleh guru dalam pembelajaran
kelompok. Beberapa lembar praktek keterampilan memperkenalkan sebuah
subketerampilan yang membawa pada ketuntasan keseluruhan keterampilan, lalu tes
formatif di tambah tes unit.
d. Belajar
dan Kelompok
Langkah-langkah dalam mengajarkan
unit kelompok masing-masing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Para
siswa membentuk pasangan-pasangan atau bertiga dalam suatu kelompok untuk
pengecekan.
2) Para
siswa membaca lembar petunjuk dan meminta teman sekelompok atau guru bila
perlu.
3) Masing-masing
siswa mengajarkan misalnya 4 soal pertama, dengan menggunakan praktek
keterampilan sendiri dan kemudian meminta seorang teman kelompok untuk
memeriksa jawaban yang ada di belakang lembar soal. Bila ke-4 jawaban tersebut
benar siswa tersebut boleh meneruskan pada praktek keterampilan berikutnya.
Bila ada yang salah, siswa itu harus mencoba soal berikutnya yang benar.
4) Bila
seorang siswa memdapat sebuah balok dengan 4 jawaban benar siswa tersebut akan
ikut tes formatif yang menyerupai praktik keterampilan terakhir. Pada tes
formatif ini, siswa bekerja sendiri sampai selesai.
5) Siswa
menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk menentukan kriteria
kelompok.
e. Nilai
Kelompok dan Penghargaan kelompok
Diakhir minggu guru menghitung skor
tiap kelompok dengan berbagai kriteria. Kriteria yang tinggi dibuat untuk
kelompok-kelompok super, kriteria menengah dengan kelompok hebat dan kriteria
minimum untuk kelompok baik.
f. Pengajaran
Materi-materi Pokok oleh guru
Pelajaran dirancang untuk membantu
siswa memahami hubungan antara bidang yang mereka hadapi. Pada umumnya siswa
mengingingkan agar konsep khusus diberikan pada mereka dalam pengajaran
kelompok sebelum mereka mengerjakan latihan unit secara individual.
g. Tes
Fakta
Ini merupakan tes yang dilakukan
setelah subpokok bahasan diajarkan. Lamanya tes sekitar 20 menit.
h. Pengajaran
unit-unit secara Klasikal
Setelah pembelajaran selesai, guru
membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa.
3.Team
Games Tournament (TGT)
Slavin
(2005) dalam Abidin Yunus,2014: 254 menyatakan bahwa metode TGT merupakan
prosedur pembelajaran yang memberikan kesmpatan kepada kelompok untuk
berkompetisi dengan kelompok lain sehingga siswa bergairah belajar. Secara
garis besar tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (2005) adalah sebagai berikut:
1) Tahapan
Persiapan
Guru mempersiapkan materi
berikutnya perangkat pembelajaran termasuk LKS, dan perlengkapan turnamen.
2) Tahapan
Penyajian Materi
Pada tahapan ini guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa dengan mengaitkan
materi pokok ini dalam kehidupan sehari-hari.
3) Tahap
Kegiatan Kelompok
Peran guru alam tahap ini adalah
sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok.
4) Tahap
Turnamen Akademik
Guru menyampaikan aturan perminan
yang harus diikuti oleh setiap siswa dalam pelaksanaan turnamen akademik.
5) Tahap
Perhitungan Kelompok
Perhitungan skor dilakukan
berdasarkan ketentuan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.
6) Tahap
Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok ditentukan
berdasarkan rata-rata skor kelompok yang diperoleh masing-masing anggotanya
dengan kriteria penghargaan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
7) Penutup
Guru mengulas mengenai materi dan
soal-soal turnamen yang telah dipelajari.
1.
Jigsaw
Model belajar kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
et.al.(1979) dalam Abidin Yunus,2014:255
sebagai metode cooperative
learning. Pembelajaran kooperatif Jigsaw
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Tahap
perkembangan kooperatif tipe jigsaw
sebagaimana dikemukakan Slavin
(2005) dalam Abidin Yunus,2014:256 adalah sebagai berikut:
Tahap
pertama, guru mengelompokkan siswa kedalam
kelompok-kelompok kecil heterogen. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut
dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti kemampuan
akademis.
Tahap
kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok diberikan tugas untuk
mempelajari suatu materi tertentu. Kemudian siswa atau perwakilan dari
kelompoknya masing-masing yang mempelajari suatu materi yang sama bertemu
dengan anggota-anggota dari kelompok lain dalam kelompok ahli. Materi tersebut
didiskusikan sehingga masing-masing perwakilan tersebut dapat memahami dan
menguasai materi tersebut.
Tahap
ketiga, masing-masing perwakilan kelompok kembali ke
kelompok asalnya untuk menjelaskan pada teman satu kelompoknya mengenai materi
yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga semua anggota kelompoknya
memahami materi yang ditugaskan oleh guru.
Tahap
selanjutnya, siswa diberi tes/kuis oleh guru dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam memahami
suatu materi dengan metode belajar kooperatif tipe jigsaw. Setelah kuis selesai, dilakukan perhitungan skor
perkembangan individu dan skor kelompok serta menentukan tingkat penghargaan
pada kelompok.
B. Sintak-sintak
Model Pembelajaran Kooperatif
a. Tahap 1
: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan di capai pada kegiatan
pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi
siswa belajar.
b. Tahap 2
: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar
20-45 menit. Setiap pembelajaran dengan model ini, selalu dimulai dengan
penyajian meteri oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat
memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran. Dalam penyajian kelas dapat
digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan
dengan bahan ajar.
c. Tahap 3
: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
Guru menempatkan siswa ke dalam
kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari empat orang, dengan cara
mengurutkan siswa dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademiknya. Kelompok
yang sudah dibentuk diusahakan berimbang selain menurut kemampuan akademik juga
diusahakan menurut jenis kelamin dan etnis.
d. Tahap 4
: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Setelah menyerahkan lembar kegiatan dan lembar
tugas, guru menjelaskan tahapan dan fungsi belajar kelompok dari model
pembelajaran kooperatif. Guru membimbing siswa untuk bekerja dan belajar. Hal
ini dilakukan untuk memastikan bahwa anggota kelompok benar-benar belajar.
e. Tahap 5
: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Guru melakukan evaluasi agar setiap siswa
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok, dengan cara menjawab
pertanyaan dari guru. Jawaban dari siswa dapat menambah nilai kelompoknya.
Dalam hal ini guru memberikan evaluasi dalam bentuk lisan dan tulisan.
f. Tahap 6
: Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara- cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu.
Kelompok yang mendapat nilai tertinggi akan
mendapatkan penghargaan dari guru, seperti pujian verbal, poin kelompok,
umumkan dikelas, menulis komentar positif, memilih murid berprestasi, tulis
nama siswa di papan tulis.
Penghargaan yang diberikan dapat membuat sebuah
kelompok lebih kompak dan lebih aktif lagi dalam belajar.
1. Sistem
Sosial
Sistem sosial dalam model kooperatif begitu menjunjung tinggi
nilai- nilai demokratis yang didasarkan pada kesepakatan kolektif antar anggota
dalam setiap kelompok.
Aktivitas kelompok disajikan melalui struktur eksternal minimalis
yang dimediasi oleh seorang guru. Siswa maupun guru memiliki status yang sama
namun peran yang berbeda dalam mengefektifkan pembelajaran kooperatif ini.
Siswa berperan sebagai pelaksana diskusi, sementara guru bertugas sebagai fasilitator
dalam mendesain lingkungan kooperatif yang kondusif.
2. Peran/
tugas guru
Dalam model ini, guru terkadang berperan sebagai konselor,
konsultan dan terkadang pula sebagai pemberi kritik yang ramah. Dia harus
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok dalam beberapa tingkatan
berikut ini:
pertama, pemecahan masalah atau level tugas (apa masalahnya, apa
saja faktor yang terlibat didalamnya)
kedua, level managemen kelompok ( informasi apa yang dibutuhkan
saat ini, bagaimana mengatur kelompok untuk membicarakan informasi tersebut)
ketiga, level pribadi (apa tanggapan masing- masing anggota
mengenai kesimpulan yang telah diperoleh kelompok, langkah lain apa yang akan
dilakukan setelah memperoleh kesimpulan tersebut.
3. Sistem
dukungan
Sistem dukungan dalam pembelajaran kooperatif haruslah ekstensif
dan responsif terhadap semua kebutuhan siswa. Sekolah harus dilengkapi dengan
sebuah ruang perpustakaan yang menyediakan informasi dari berbagai macam media,
sekolah juga harus menyediakan akses terhadap referensi- referensi luar. Siswa
haruslah didorong untuk melacak dan menghubungi orang- orang yang bisa
dijadikan referensi di luar sekolah.
4. Pengaruh
Model ini sangatlah menarik dan bermanfaat, serta komperehensif, ia
juga memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi sosial,
pembelajaran, proses kolektif.
Model ini bisa diterapkan untuk semua subjek pelajaran, pada siswa
dalam semua tingkat umur, jika guru memang berkeinginan untuk menekankan proses
formulasi dan pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pengetahuan
dibandingkan memasukkan informasi yang belum terstruktur dan belum ditetapkan.
Diantara pengaruh instruksional model ini adalah efektivitas pengelolaan
kelompok, konstruksi pengetahuan, dan kedisiplinan dalam penelitian
kolabboratif. Sementara itu, pengaruh pengiringnya antara lain : kemandirian
sebagai pembelajar, penghargaan pada pihak orang lain, penelitian sosial
sebagai pandangan hidup, dan kehangatan dan interpretasi interpersonal.
C. Kelebihan
Model Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya:2006
dalam blog Syarif, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan
sebagai berikut:
1. Melalui pembelajaran kooperatif
siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tapi dapat menambah kemampuan
berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Pembelajaran kooperatif dapat
membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Pembelajaran kooperatif dapat
membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
5. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan
me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Melalui pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar
abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
D. Kelemahan
Model Pembelajaran Kooperatif
Sebenarnya semua model, metode, strategi pengajaran
dan pembelajaran itu baik, dan semuanya itu tergantung bagaimana guru mampu
mengelola proses pelaksanaanya. Dan masing-masing itu juga memiliki kelebihan
dan kekurangannya, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada pemahaman dan
keterampilan guru dalam pelaksanaanya.
Kekurangan model pembelajaran cooperative learning
bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari pendidik dan peserta didik. Yaitu:
1.
Guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang disamping itu memerlukan banyak tenaga, pikiran dan waktu.
2.
Agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas alat dan biaya yang cukup
memadai.
3.
Selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga
banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
4.
Saat diskusi kelas, terkadang
didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Sedangkan menurut Sanjaya:2006
dalam blog Syarif, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Untuk
memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang
lama. Sebagai contoh siswa yang mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh
siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat
mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2. Ciri utama dari pembelajaran
kooperatif adalah bahwa setiap saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer
teaching yang efektif, bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung
dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari
dan dipahami tidak dicapai oleh siswa.
3. Penilaian yang diberikan dalam
pembelajaran kooperatif kepada hasil kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa
hasil atau presentasi yang diharapkan sebenarnya adalah hasil atau presentasi
setiap individu siswa.
4. Keberhasilan pembelajaran kooperatif
dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang
cukup panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau
beberapa kali penerapan strategi.
5. Walaupun kemampuan bekerja sama
merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak
aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individu.
Sebenarnya apabila guru telah berperan baik sebagai fasilitator,
motivator. Mediator, mapun sebagai evaluator, maka kelemahan yang ditemukan dalam model cooperatif learning ini dapat diatasi. Sehingga peran guru sangat penting dalam
menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pembelajaran IPA dengan mengunakan
model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran model belajar kooperatif adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang untuk memecahkan masalah. Bahasa
sesama siswa mungkin akan lebih mudah dipahami daripada bahasa guru, sehingga
siswa lebih terbuka pada tutor sebaya nya.
Manfaat dari model belajar kooperatif diantaranya
adalah melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, membelajarkan siswa agar percaya pada kemampuan diri sendiri
dan melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kepekaan sosial.
B. Saran
Untuk para guru dalam proses
pembelajaran lebih baik menggunakan strategi kooperatif dengan berbagai
metode-metode seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat
menerima dan memahaminya.
Apabila
menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan
harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran
dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
Huda, M.
(2014). Model- model pengajaran dan
pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Rusman.
(2011). Seri Manajemen Sekolah Bermutu
Model-model Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Widodo,
A. dkk. (2007). Pendidikan IPA di SD.
Bandung:UPI PRESS.
Syarif.
(2011). Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif.
(Online). Tersedia: http://syariftugas.blogspot.com/2011/10/adapun-kelebihandan-kekurangan-dari.html.
(2 Maret 2015)
Muslihudin,
E. (2013). “Jurnal Penelitian Pembelajaran Kooperatif”.Jurnal
FPGSD
UNG, 7.