Tuesday, 20 October 2015

Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam peneltian dikenali stilah kuantitatif dan kualitatif. Di tingkat metodologi, sejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal dalam (musafa nanang, 2012) membaginya menjadi 2 yaitu: Pertama, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif, atau yang lebih populer dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Kedua, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kualitatif.
Suharsimi Arikuntodalam (musafa nanang, 2012) berpendapat bahwa kaitan pilihan memulai dan memilih suatu pendekatan atau metode ilmiah juga yang ada dalam penelitian tentu tidak bisa terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu untuk dapat memberikan pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik dalam penggunaan suatu pendekatan maka terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut.
Atas dasar pernyataan diatas, maka kami menyusun sebuah makalah yang berisi mengenai Penelitian kuantitatif, prosedur penelitian kuantitatif, dan dimensi-dimensi penelitian kuantitatif yang sangat bermanfaat sekali terutama bagi mahasiswa untuk memahami lebih dalam lagi mengenai penelitian kuantitatif.
B.     Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Apa pengertian penelitian kuantitatif?
2.      Bagaimana prosedur penelitian kuantitatif?
3.      Bagaimana dimensi-dimensi penelitian kuantitatif?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian penelitian kuantitatif.
2.      Untuk mengetahui prosedur penelitian kuantitatif.
3.      Untuk mengetahui dimensi-dimensi penelitian kuantitatif.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penelitian Kuantitatif
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. 
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan fenomena fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. (sukmadinata, N, 2013)
Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan dan lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan  hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai(value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35) dalam (musafa nanang, 2012)
Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replicasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistic bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (musafa nanang, 2012).
1.      Penggunaan Metode Kuantitatif
Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:
a.       Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.
b.      Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam.
c.       Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
d.      Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
e.       Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.
f.       Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori, dan produk tertentu.
2.      Kompetensi Peneliti Kuantitatif
a.       Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.
b.      Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.
c.       Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.
d.      Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.
e.       Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai variabel yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas instrumen.
f.       Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
g.      Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
h.      Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis.
i.        Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke pihak-pihak yang terkait.
j.        Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.
k.      Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:
1.      objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya.
2.      suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3.      Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris. Karenaitu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.
Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma, karakteristik penelitiandan proses penelitian.
a.       Aksioma(PandanganDasar)
Aksioma meliputirealitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.
AksiomaDasar
MetodeKuantitatif
Sifatrealitas
Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur
Hubungan
peneliti
dengan yang diteliti
Independen, supaya terbangun obyektivitas
Hubungan variabel
Kausalitas (sebab-akibat)
Kemungkinan generalisasi
Cenderung membuat generalisasi
Peranan nilai
Cenderung bebas nilai

b.      KarakteristikPenelitian
Menurut sugioni (2015:23-24) Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik berikut:
1)      Desain
a)      Spesifik, jelas, rinci
b)      Ditentukan secara mantap sejakawal
c)      Menjadi pegangan langkah demi langkah.
2)      Tujuan
a)      Menunjukkan hubungan antar variable
b)      Mengujiteori
c)      Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif
3)      Tehnik Pengumpulan data
a)      Kuesioner
b)      Observasi dan wawancara terstruktur
4)      InstrumenPenelitian
a)      Tes, angket, wawancara terstruktur
b)      Instrument yang telah terstandar
5)      Data
a)     Kuantitatif
b)    Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument
6)      Sampel
a)      Besar
b)      Representatif
c)      Sedapat mungkin random
d)     Ditentukan sejak awal
7)      Analisis
a)      Setelah sèlesai pengumpulan
b)      Deduktif
c)      Menggunakan statistik
8)      Hubungan dengan Responden
a)      Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
b)      Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden
c)      Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.
9)      Usulan Desain
a)      Luas dan rinci
b)      Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti.
c)      Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
d)     Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
e)      Hipotesis dirumuskan dengan jelas
f)       Ditulis secara rinci danjelas sebelum terjun ke lapangan
10)  Kapan penelitian dianggap selesai?
a)      Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
11)  Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
a)      Pengujian validitas dan realiabilitas instrument

B.     Prosedur Penelitian Kuantitatif
Menurut sugiono (2015:49-51) prosedur penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:








Adapun penjelasan mengenai prosedur penelitian kuantitatih ialah sebagai berikut:
Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Menurut Tuckman, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Sugiyono: 52).
Langkah ke 1, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Langkah ke 2, landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori yang digunakan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
Langkah ke 3, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Bila dilihat dari eksplanasinya, bentuk hipotesis penelitian yaitu hipotesis deskripsi (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Hipotesis deskripsi adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri, hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah komparatif (variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda), hipotesis asosiatif adalah adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif (yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih).
Langkah ke 4, hipotes yang masih merupakan jawaban sementara, selanjutnya harus dibuktikan kebenarannya dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara (apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit/kecil), angket (teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya) dan observasi (digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar).
Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Sedangkan instrumen penelitian dalam bidang sosial, khususnya bidang pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu, peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Menetapkan variabel-variabel yang diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Terdapat tiga cara pengujian validitas instrumen, yaitu pengujian validitas konstrak, pengujian validitas isi dan pengujian validitas eksternal.
1.      Pengujian validitas konstrak
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. setelah pengujian konstrak dari para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan antar skor faktor dengan skor total.
2.      Pengujian validitas isi
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada setiap instrumen baik test maupun non test terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.
3.      Pengujian validitas eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan rest-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.
a.       Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Bila koefisien korelasi positif dan siginfikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b.      Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.
c.       Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelaksikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan siginfikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen tertentu. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Langkah ke 5, setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asusmsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi lineritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris,bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.
Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram.
Langkah ke 6, setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Apabila rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Peneliti juga harus memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat terpecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang diajukan.
C.     Dimensi-dimensi Penelitian Kuantitatif
Menurut  Sudarto, A (2013) dimensi dimensi penelitian kuantitatif ialah sebagai berikut:
1.      Penelitian survey
Penelitian survey merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Dalam pelaksanan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen.
Penelitian survei memiliki berbagai macam variasi dalam pelaksanaannya. Di bidang pendidikan dan tingkah laku penelitian survei minimal dapat dikelompokkan menjadi lima macam bentuk, yaitu, survei catatan (sirvey of record) merupakan penelitian yang menggunakan sumber-sumber berupa catatan dan informasi nonreaksi. Survei menggunakan angket dengan memanfaatkan jasa pos (biasanya didistribusikan kepada responden dengan bantuan jasa pos), survei melalui telepon (biasanya menggunakan buku petunjuk telepon untuk menghubungi responden), survei dengan wawancara kelompok (biasanya hasil survey lebih merefleksikan tingkah laku kelompok dan merupakan hasil consensus antar responden), dan wawancara individual (survey model ini menggunakan pendekatan konvensional, dengan wawancara perorangan). Demikian penjabaran mengenai pengertian penelitian baik itu kuantitaif maupun kualitatif, pendekatan survey pada penelitian kuantitatif, langkah-langkah dalam penelitian survey, serta jenis-jenisnya.
2.      Penelitian eksperimen
Menurut Solso & MacLin dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.
Menurut Yatim Riyanto dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Wiersma dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung  berhasil dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel  terhadap satu atau variabel  terikat dapat diidentifikasi.
Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang dimanipulasisecara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri khas, yaitu: 
a.       Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan, kontrol. dan pengacakan.
b.      Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok  eksperimen.
c.       Mengendalikan variansi untukmemaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian jugadilakukan secara acak.
d.      Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah  manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.
e.       Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan ketergeneralisasian hasil eksperimen. 
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga disebut eksperimenlapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah bentuk  eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan, misalnya:
1)      lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
2)      memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;
3)      hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik. Sedangkankelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk mendalami masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
a)      Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
b)      Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
c)      Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
a.       Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
b.      Menggunakan sedikitnya dua kelompok
c.       Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
d.      Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)
3.      Penelitian analisis data sekunder
Analisis data sekunder merupakan analisis data survei yang telah tersedia. Analisis ini mencakup interpretasi, kesimpulan atau tambahan pengetahuan dalam bentuk lain. Semua itu ditunjukkan melalui hasil penelitian pertama secara menyeluruh. Analisis bentuk ini merupakan analisis ulang (re-analysis) dalam bentuk atau sudut pandang berbeda dari laporan pertama Thomas dalam (Mubah, S, 2007). Hasil dari penelitian pertama itu disaring melalui pengertian peneliti kedua, tergantung dari konteks dan situasi sosialnya.
Dari data sekunder didapat dua manfaat yang menyertainya. Penelitian sekunder dapat menjadi alternatif untuk mendapat jawaban yang tidak didapat dari penelitian primer. Dari data sekunder peneliti juga mendapat manfaat dengan menjadikanya alat komparasi dengan data yang telah ada untuk mencari perbedaan dengan temuan yang baru.
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang mudah diakses, seperti perpustakaan. Bentuknya juga beragam, dari bentuk dokumentasi seperti surat, kontrak, dan memo. Peneliti juga bisa menggunakan jasa penyedia info dan CD ROM. Namun, yang perlu diperhatikan adalah terkadang data sekunder in bersifat subyektif dan memihak, tergantung penyedianya. Kent dalam (Mubah, S, 2007). memaparkan bahwa setidaknya ada empat tipe berbeda dari data sekunder:
a.       jurnal, artikel, buku dan koran yang dipublikasikan.
b.      data statistik dari pemerintah atau sumber lain.
c.       data dari rumah produksi, penelitian pasar atau iklan.
d.         data hasil dari operasional sehari-hari.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan data sekunder antara lain:
1)      peneliti baru mendapat info setelah penelitian usai sehingga data didapat menyeluruh, tidak setengah-setengah.
2)       bukan hanya jadi alternatif sumber bahan, tetapi dapat juga menjadi sumber data utama
3)      data jenis ini dapat memberi data dengan kualitas lebih tinggi dengan mengusulkan hipotesis, formulasi masalah dan metode penelitian yang sebaiknya dilakukan
4)      data sekunder telah melalui proses analisis yang baik.
Selain empat keuntungan di atas, peneliti pengguna data sekunder hendaknya juga perlu memerhatikan beberapa kelemahannya seperti:
a)      data yang terkadang bias dan tidak sesuai dengan tujuan penelitian yang spesifik,
b)      data terlampau luas sehingga bisa terjadi misinterpretasi,
c)       biasanya tidak up to date sehingga kadang perlu analisis ulang dengan tambahan data tertentu,
d)     data lama inilah yang terkadang dapat mengurangi validitasnya.
Kesimpulannya, penggunaan data sekunder dalam penelitian bisa menjadi pilihan. Selain kemudahan akses sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, data jenis ini juga cukup memadai bagi penelitian oleh mahasiswa. Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah bahwa data sekunder cenderung bias sehingga tidak akurat atau tidak sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi, secara keseluruhan penggunaan data sekunder lebih banyak keuntungannya sehingga tak heran jika data ini banyak dipakai.

4.      Penelitian analisis isi
Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi – inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.
Analisis isi; penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung





BAB III 
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penelitian kuantitatifmerupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan darih asilnya.
Proses penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari penyusunan latar belakang masalah; identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah, landasan teori, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data sampai pada membuat kesimpulan dan saran. Dimensi-dimensi penelitian kuantitatif  diantaranya adalah survey, analisis data/isi, analisis data sekunder, dan eksperimen.


          

 DAFTAR PUSTAKA
 
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mushafa, N. (2012).Makalah dan Artikel Pendidikan  Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [02 Oktober 2015].
Sudarto, A. (2013).Indikator-Dimensi-Konsep-Proposis [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].
Mubah, S. (2007).Penelitian Analisis Data Sekunder [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].